Thursday, April 25

Tag: Indonesia

Sore di Icon
Budaya, Guratan

Sore di Icon

05 Juli 2022 Di Icon, senja itu jingga karena cahaya menembus awan berpendar di atas ufuk mesra sekali, awan-awan seperti ada pasangannya terpantul di laut teduh. Kemarau musim ini pelan membawa riak di ujung batu-batu timbunan di pantai dan selat. Kapal, perahu melintas, entah siapa penumpangnya… Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis LINDA itu kawan yang bikin suasana riang. “I Love her style,” ucap Steven beberapa hari lalu tentang Linda, dia teman yang gesit dan lincah, rambut ash brown grey-nya panjang sebahu. ‘I will’ mengalun, “Who knows how long I've loved you | you know I love you still | will I wait a lonely lifetime | if you want me to, I will.” Tangan dia gemulai diangkat setinggi punggung, leher dan kepala meliuk lentur. Bukan, bukan tentang lagu itu, ...
Wale ne Waraney
Advertorial, Budaya

Wale ne Waraney

05 Juli 2022 Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis TENTANG pemandangan elok ini, kawan saya Reinard Johanes bilang: Padies Kimuwu, Wale ne Waraney... Hill of the Ancestors... Datang dan Nikmati... Seperti itu, rumah para penjaga tanah leluhur, lembah dan bukit di mana jiwa merindu. Demikian disiarnya, 10 Juni 2022. Berulangkali datang di sana dan selalu kangen datang lagi. Medio 08 Januari 2022 silam, saya mampir dan memetik gambar-gambar, menikmat sore nan sejuk, memandangi matahari tenggelam. Lalu gemerlap lampu satu-satu membelah gulita di sana, di teluk terhinggap Manado Tua berakar di samudera. Dekat, lekat dari sana. (*)
Tentang Rindu
Susastra

Tentang Rindu

03 Juli 2022 Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Suatu waktu, Entah pasir dan nyare bersua asin, Beta itu masih nyaku Sesiapa berjibaku buku Mantera dibaca maruku Lembar-lembar tanpa sampul diproduksi mesin yang membunuh senja dan pagi keemasan... Gelombang pasang mendebur sunyi Terus dalam gema Sepanjang abad Menanda rupa wajah luka... Deuz mengulang erang camar Bersiul panggil arwah pemberontak Meretak ketul awan Agar gerimis Agar badai Menyapu hutan Hancur batu Dan Pasir Panjang hilang rupa oleh tiang tembok pancang buku-buku segala teori suku Suatu waktu Kita bersua rindu Semesta cinta yang tak pernah baku Pasir Panjang – Kota Lama, 03 Juli 2020
Proyek Menimbun Logika
Editorial

Proyek Menimbun Logika

03 Juli 2022 Di suatu benua, ada minoritas putih memerintah mayoritas hitam. Otoritas di negeri ngeri adalah pesanan, regulasinya bernasib sama, dipesan untuk mementungi pemikiran kritis. Oligarki makan biaya, rakyat penonton penikmat sengsara. Korupsi jangan ditanya, pelakunya lebih mulia dan suci ketimbang maling jemuran. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis MANGROVE pepohon ditebangi, ditanduskan. Pantai ditimbun itu sudah biasa. Datangi pulau-pulau, tembok-tembok terbiar jauh dari pemukiman itu selasatu proyek menimbun logika. Rakyat menonton, entah. Tak ada tanya, yang penting dana turun, kemudian dibikin pertanggunggugatnya di atas kertas, foto-foto, peresmian. Selesai. Hak disebut kewajiban itu juga proyek menimbun logika yang sering digosipkan para tokoh...
Setelah Panen
Budaya, Susastra

Setelah Panen

29 Juni 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Pematang nan sunyi. Sore di Oesao, Kupang Timur. PANEN tiba pada musim kedua, hembusan angin musim ketiga menggugurkan daun-daun. Kau berdiri di pematang, cahaya sore jatuh pada tubuhmu. Pandangan matamu menyimpan kebahagian, akankah ini terus berulang? Tumpukan jerami kau bakar sore ini, menjadi asap yang hilang ditiup angin. Keringat yang jatuh dari tubuhmu telah tumbuh menjadi tumpukan padi di pematang. Ketika hari telah surup, gelap semakin jelas kau lihat pada hamparan tanah ini. Apa yang kau harapkan menjadi kenyataan, sebab itukah manusia bahagia? Pada hujan yang tak lagi kau rindukan juga kemarau yang tak lagi kau sesalkan, malam ini, aku dengar kau meminta — tuan, aku ingin tet...
Bumi Hitam Putih
Budaya, Esai

Bumi Hitam Putih

26 Juni 2022 Alakaman, Atimelang, Kobola, tersebut sebagai dialek Abui. Berkali datangi wilayah itu, dan menemu senyum rela dan segar, bahagia mereka sederhana dalam keramahtamahan… Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Anak-anak Abui dan berbagai kerajinan di Takpala Tribe, Takpala Village. MEMILIH gambar anak-anak Abui adalah keputusan saya untuk disematkan dalam artikel ini, seraya meresap kenang mainan anak-anak yang berganti seiring zaman berputar dan terus berlari, menancapkan status-status pengembaraan di dinding media berbagai dimensi. Saya, lebih banyak status mengelabui, trick. Mengulang kejadian silam, membasuh teks supaya terbaca berkilauan seakan baru. Sajak-sajak musim yang berkeliaran di jagad maya. Hitam putih, persepsi nan ada di sejum...
Pembela Berani Bernurani
Esai, Guratan, Hukum & Kebijakan

Pembela Berani Bernurani

26 Juni 2022 Selalu, maju terus, berdiri teguh jangan goyah…!! Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika PROFESIONALITAS seorang pembela keadilan adalah bagaimana hati nuraninya menjadi dasar pembelaan dan membuatnya bijak dalam melakukan keputusan etis, cerdas dalam mengelola perilaku. Hati nurani itu merupakan bingkai atau frame yang akan membentuk ilmu pembelaan, yang dipelajari secara kognitif agar menjadi alat pengungkap kebenaran untuk keadilan: mestinya hal itu terpeta dan tersimpan dengan baik dalam memori, melahirkan keputusan etis perilaku pembelaan yang berani dan  mumpuni. Baca artikel terkait: Pantar, Siapa Gentar Karena perilaku merupakan  perintah evaluatif dari memori. Frame hati nurani ini tidak bisa direkayasa ka...
Kontemplasi Luka
Susastra

Kontemplasi Luka

21 Juni 2022 Oleh: Jamal Rahman Penulis adalah penyair penulis Ketua KPU Bolaang Mongondow Timur Gambar Model: Novia Bachmid – Foto by Jamal Lokasi: Hutan Kota Tutuyan Gear: Canon 550D, 50mm f/1.4 LUKA memang harus dilupa Meski jalan melupai adalah: membuka luka sama Sebab terik kisah kita tertawan bayang sejarah Dan cermin kenangan hanya sedikit memburamkan kepedihan 02 Juli 2019 (*)
Jangan-jangan Saya sendiri juga Malling
Budaya, Susastra

Jangan-jangan Saya sendiri juga Malling

21 Juni 2022 Karya: Taufiq Ismail Dibaca Deddy Mizwar Oasis, 19 Juni 2010 KITA hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1,5 juta orang, VCD koitus beredar 25 juta keping, kriminalitas merebak di setiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya. Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan di punggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Hutang Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya. Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka...
Imigrasi
Internasional, Susastra

Imigrasi

21 Juni 2022 [Haibun] Oleh: MiRa Roe Penulis adalah sastrawan penulis Gambar: Rembulan di senja hari, Amstelkade – 25 Mei 2010 Di balik cadar Mulutnya komat-kamit Begitu pucat Hidangan makan malam, berisi kepedihan Ah…, kisah pahit, tak bisa lupa Beranjak dari duduk, Dia terhuyung-huyung. Tak ada yang peduli. Hari kerjanya, dijerat krisis Kemiskinan membukit Kesenjangan sosial Menuai kebencian Kelahiran imigran diperbudak! Uang dan kekuasaan menjadi bencana kejahatan manusia Keindahan sayap kupu-kupu dicukur, terkubur dalam usia kepompong. Orang kaya tidak membayar tenaga kerja kita Bunga uangpun hasil rampasan kekayaan alam, yang dimiliki nenek moyang kita. Kelaparan waktu tak pernah mati Di kegelapan, awan kelabu, menyelimuti bulan Tenang, menyapa aneh, : “Jangan berdir...