Wednesday, May 31

Susastra

F R A S E  A N O M A L Y
Susastra

F R A S E A N O M A L Y

26 Mei 2023 Oleh: Daniel Kaligis IKLAN-IKLAN menggantung senja Terbakar di terik bola lampu Seperti kisah kualat pemadaman dijawab tunda Bro, sengatnya elektromagnetik Kita di bawah langit Lentera equilibrium Persinggahan kita di waktu lampau Jalan malam yang panjang dirundunglindung dedaun mangga Manakala pagi merekah di Capilano Suspension Bridge, Vancouver, holidays baru dimulai. Ingatlah kenang silam berpuluh waktu hilang: tapak kita menendang-nendang ombak di Teluk Manado penuh bebatu seakan kita bermanja angin di Waikiki Beach, Hawaii Ukulele kita petik menembang o ina ni keke Benar katamu: langit itu ada di jiwa kita Terkadang kita mengoyakcabiknya dalam dendam yang ternyata hanya menambah sayat-sayat luka di badan… Klik, Mana gambarmu yang kau beri judul: this is a pic...
Berkisah Mendung
Susastra

Berkisah Mendung

26 Mei 2023 Oleh: Dera Liar Alam Awan Berkisah tentang mendung dan angin Berkejaran di cakrawala Memandu jejak burung-burung Kadang putih terkadang kelabu Tangis ada di gerimis dan menderas... Pabila sunyi datang menjenguk rindumu Ia adalah terminologi yang sama Dari kabut yang memeluk gunung-gunung Mengurai derai dedaunan saat musim berganti Awan menandai keabadian Saat kau menghilang. (*) DLA, 2010
Stasiun Terakhir
Susastra

Stasiun Terakhir

26 Mei 2023 Oleh: Onald Anold Penulis adalah seniman Tinggal di Jakarta INI KERETA kita, katamu Gerbong tanpa masa lalu Sepinya sesunyi bunyi segetar Bangkunya, selain kita Kosong tak berpenumpang Tepat di hadapan Sebinar matamu Bersama gambar stasiun selanjutnya Di depan Rumah kita menanti, bisikmu: Ranjang yang hangat, Selimut yang lembut dan shower penuh busa, Menunggu… Ahh, Tambahkan sebait lagi puisi kekasih, desahmu Bait terakhir sebelum sampai Sedoa saja Sebagai pencuci mulut pamungkas Sebelum usai Ayo, lekas. Kini birahi berkejaran Waktu begitu lambat menghambat Ruang begitu lengang melenggang Ini kereta kita, teriakmu Di depan stasiun akhir menanti Sepi. Tanpa penumpang Sunyi Dengan plang tegak Menghujam tanah Menghadap langit Bertuliskan nama kita. Rancamaya, 15.1...
Menyinta dengan Sederhana
Susastra

Menyinta dengan Sederhana

17 Mei 2023 Memetik teks, menera ulang beberapa bait Sapardi Djoko Damono, dan percik-percik cerita yang dikira usang dan hilang… Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Bulan retak — Ferryaldo, 2013 SUNGGUH, mencinta sesuatu tanpa alasan tampak aneh. Coba kau terka, kapan cinta datang, kapan cinta menjadi kabur dan tanpa bekas, bila cinta mengeras dan tak dapat dibantah oleh alasan apa saja, biar mati sekali pun. Demikian, saya memetik kata-kata ‘cinta’ yang disebut sederhana itu, “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu | Aku ingin mencintaimu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” Sajak ‘Aku Ingin’ ― Sapardi Djoko Damono, ternyata tak sesed...
Kupayungi Kau
Susastra

Kupayungi Kau

10 Mei 2023 Oleh: Dera Liar Alam DI BAWAH mendung menggumpal, mencakar-cakar cakrawalamu... pabila tangis gerimis usai, kupayungi kau, bianglala... malam hitam ambang fajar tempat kita besua, berbagi cerita demikian kau terbang tuju nirwana membawa secabik pesan nista laknat sudah dimaafkan, diampuni... hentar tembang persimpangan, wahai nestapa, bagi cinta berantakan (*) Jakarta, 2009
BLOOM
Budaya, Susastra

BLOOM

07 Mei 2023 Oleh: Dera Liar Alam THE moon at noon burnt from gloom to bloom #DaXHaiku #2018vs2021challenge
Kuta
Susastra

Kuta

27 April 2023 Perairan tropis, subtropis, dan jejak penyu lekang - lepidochelys olivacea - olive ridley sea turtle - menggores syair percintaannya di pasir hitam. Senja legam, mengantar pasang dan gelombang, pendatang mengokang kamera, memetik jingga, hembuskan asap di atmosfer beruap asin. Lamun telah dibom berkali-kali, lalu pantai menguning di zaman silam seperti warna bendera partai penguasa, kemudian merah bencana silih berganti... Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Twilight di Kuta pada musim silam. KUTA kutanya nama, lalu lupa. Pernah tunggu gulita, rembulan meninggi dari ufuk Canggu. Singgah lepidochelys olivacea di pasir hitam, nun jauh mendengung tembangmu: kalau sampe bakalae, gendong dia lebeh bae, ole sio, sio sayang e. Torang sajak koffië, sayang pa ngana, sayang l...
Ruang Tunggu Rindu
Susastra

Ruang Tunggu Rindu

19 April 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Angin Diam ANGIN menari di sela goyang ilalang laut pantulkan rimba yang nanti tandus Di ruang tunggu rindu hanya jendela agar aku dapat bersitatap kawan dan awan mendung... Malam kelabu... tanya ke mana arahmu... Jakarta, 2009
2020
Budaya, Susastra

2020

08 April 2023 Penanda ricuh soal-soal yang didukung penguasa lokal, dan penguasa dunia... Oleh: Dera Liar Alam Anak-Anak kehilangan pantai, mengurung cahaya dalam ruang baca tertular bosan: awan dan biru disekat murka... selat diterpa babad hippalus, pelayar sunyi memantik api perahu musim: diploblastik triploblastik berkeriap, mengubur diri di pasir asin. sistem: berdagang dogma, menjual liturgi masker vodka pencuci dosa… (*) 08 April 2020
ITU VIA DOLOROSA
Budaya, Internasional, Susastra

ITU VIA DOLOROSA

07 April 2023 …sebuah rekonstruksi jalan pembebasan… Oleh: Johan Sebastian Penulis adalah aktor – tinggal di Jakarta TERIK PANAS matahari membakar tubuh yang lelah karena siksa itu, berjalan tertatih-tatih membawa beban berat kayu salib lambang hina dan kutuk, hendak menuju lembah pembantaian bernama Golgota. Menitik satu, satu, darah dan peluh, tak ada satu pun keluh kesah yang keluar dari mulut yang terluka karena tamparan para imam dan pemimpin agama itu. “Mengapa diam saja wahai anak Maria” “Bukankah engkau Anak Allah, tunjukkanlah kuasamu, Yesus!” “Bebaskan dirimu wahai anak haram jadah!” “Bukankah engkau sanggup membangkitkan orang mati?!?” “Salibkan dia…!!” “Salibkan dia…!!” Begitu teriak histeris penuh amarah serta kebencian dari manusia-manusia pengusung ketaatan p...