Wednesday, December 18

Opini

Posisi Tawar Sudah Dirampas
Editorial, Guratan, Opini

Posisi Tawar Sudah Dirampas

Medio 2009 Oleh: Daniel Kaligis Manakala bermimpi otonomi daerah, pemerintah daerah beroleh ‘angin segar’ jadi ‘raja-raja kecil’ di bayang sang maharaja. Demokrasi, otonomi? Mundur lagi. Ketika raja kecil terima mandat, sejarah berulang lagi: rakyat kembali terjajah. INTERUPSI bertahun silam, untuk ditinjau hari ini, terekam dan diterkam sejarah: Pemikiran akan maju, atau memilih mundur puluhan tahun, tidur ratus ribu tahun, atau menyerah sama sekali. Sekedar refleksi untuk fakta pembangunan, propaganda, dan sistem yang melingkupinya hari ini. Kabar tiba kemarin, hari ini kisahnya mendekam sebagai sejarah janji. ‘Fresh money sudah turun’. Itu statement pembangunan dalam berita yang sudah lewat: Tapi, mengapa implementasinya sepi? Bantuan dengan berbagai tajuk teramat banyak, is...
Tersingkir Bela Rakyat
Budaya, Opini

Tersingkir Bela Rakyat

22 Juli 2021 Oleh: Gatot Sugiharto Penulis adalah aktivis Ketua Umum APRI Gambar: Potret Pengusiran MASIH banyak oknum pemerintah yang hobinya sengaja mempersulit rakyat yang berinovasi atau menerapkan teknologi modern. Dugaan saya, mereka nggak mau ketahuan bahwa anggaran pemerintah sudah dihamburkan untuk ‘mengembangkan’ teknologi ‘usang’.  Mereka memang nggak mau rakyat Indonesia maju!  Mereka menganggap rakyat itu harus bodoh, miskin, dan hidupnya susah. Semboyan lama juga masih mereka terapkan: ‘Kalau rakyat bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?’ Kasihan para pegawai pemerintah yang benar-benar ingin membantu rakyat, biasanya malah tersingkir. (*)
Indonesian Update: Salah Siapa?
Guratan, Opini

Indonesian Update: Salah Siapa?

17 Juli 2021 Oleh: Sulistyowati Irianto Guru Besar Antropologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Karena kita tidak memiliki tradisi dan rasa kebutuhan untuk memiliki basic research, maka tidak mudah menghadapi pandemi yang mendadak datangnya. HARI-HARI INI kita tidak hanya bisa bilang Indonesia musim kemarau atau musim hujan, tetapi juga musim kematian. Setiap orang mengalami hampir setiap hari ada kabar duka, kehilangan orang yang kita kenal, sahabat, kerabat bahkan bisa dua atau tiga kali sehari. Betapa ngeri dan was-was setiap membuka group whatsapp, surat khabar, medsos, suara sirene ambulans di depan rumah, atau toa di mesjid. Semuanya mengabarkan berita duka. Aroma kematian tercium di mana-mana. Minggu yang lalu, beberapa hari yang lalu masih bersapa seseorang,...
Rampok Cara Pandang
Esai, Opini, Susastra

Rampok Cara Pandang

2019 Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Gunung Lokon diterawang dari sekitar lereng Woloan. DI TANGAN para haus kuasa, ayat-ayat menjadi mata pedang bernyala-nyala menghunus maut: pada umat, pada pemirsa, pada penonton, pada pembaca, dan seterusnya. Apalah firman - yang dalam susastra - menjadi dua pisau sekaligus di tangan kiri dan kanan: pisau bedah analisa dan tafsir - pisau roti untuk berbagi kenikmatan, yang kedua-duanya akan sanggup memisah sumsum dan tulang, memisah fiksi dan fakta. ‘Ayat-ayat suci’ sesederhana kata para pujangga yang menyimpulkan TUHAN ada di gubuk orang miskin. ‘Ayat-ayat suci’ setara orasi Sukarno ketika meneriaki orang-orang sebangsa se-tanah-air memperjuangkan ‘tanah suci’ ini manakala Nusantara terjajah regime rampok sumb...
Cara Hidup Baduy vs C-19
Budaya, Gaya Hidup, Guratan, Opini

Cara Hidup Baduy vs C-19

02 Juli 2021 Oleh: Dave Tielung Cara hidup masyarakat Baduy adalah antitesa terhadap doktrin fundamental dari liberalisme: sakralitas terletak pada individu. Bagi orang Baduy, sakralitas ada pada landskap dan komunitas, bukan pada individu. MASYARAKAT adat Baduy hingga saat ini belum ada yang terpapar Covid-19. Walaupun berada di wilayah kabupaten yang termasuk zona merah, menurut laporan dinas kesehatan setempat, hingga saat ini, sejak kasus Covid merebak di Indonesia, belum ada satupun masyarakat Baduy yang terpapar. Hal ini dibuktikan dengan hasil laporan rapid test bahkan PCR yang dilakukan secara masal di tempat itu. Banyak yang bertanya, apa rahasianya? Mungkin rahasianya adalah dari cara hidup kolaboratif dengan alam sekitar. Mereka bisa dan terbiasa hidup terisolasi ...
Pemilihan Umum a la Republik Wanua
Budaya, Opini

Pemilihan Umum a la Republik Wanua

Medio, April 2019 Oleh: Daniel Kaligis PILIH UKUNG di Wanua, orang-orang berbaris di belakang para kandidat. Barisan mana paling panjang, maka otomatis kandidat tersebut jadi Ukung, Pemimpin Wanua, Kepala Kampung. Ini riwayat tua Makatana yang tak ada dalam prasasti, dan jadi hikayat manakala Minahasa berindonesia hari ini. Jika demokrasi adalah tujuan bersama, mengapa kita tidak mengevaluasinya? Jangan-jangan negeri kita ini sementara mengidap paradox democracy yang membikin begitu banyak kegilaan baru. Tajuk lama kurang evaluasi, kita selalu memilih pemimpin, lalu rakyat terpecah karena konflik. Wajah politik Indonesia, dari pusat kuasa hingga carang-carangnya di daerah merona banyak warna. Tak kenal malu pada perpecahan anak bangsa yang terus bertikai karena berbagai sebab, sa...
Alam, Sampah, dan Hukum Alam
Budaya, Econews, Opini

Alam, Sampah, dan Hukum Alam

28 Juni 2021 Oleh: AKBP Purn. Kamaluddin, M.Si KITA adalah sebuah perjalanan, setapak, atau bertapak-tapak. Demikian saya mengurai pengalaman dari alam dan hukum alam dengan contoh-contoh soal sederhana yang kita jumpai sehari-hari. Minggu pagi, usai menyapa sahabat dan kawan, saya bersama keluarga dan kerabat mengunjungi ‘titik sunyi’. Datang di alam dan merenung, menyepi dari bisingnya kota. Ternyata, tidak ada ruang kosong di alam. Di mana-mana ada aktivitas manusia. Begitu kenyataannya. Minggu pagi, 27 Juni 2021, melintasi jalan berliku dan mendaki. Mata awasi kiri dan kanan dari jendela kaca kendaraan yang saya tumpangi. Menuju Timbuseng, di Pattallassang, Gowa. Sempat mampir makan siang di rumah kerabat, kemudian menemu ‘titik sunyi’ itu, Rumah Hobbit di bukit Bollangi. ...
Absurditas Makna (toga) Profesor
Budaya, Opini, Sains

Absurditas Makna (toga) Profesor

19 Juni 2021 Pakaian yang digunakan pada kegiatan akademik disebut toga atau gown. Penggunaan pakaian akademik ini awalnya dilakukan di Eropa pada zaman pertengahan. Dengan menggunakan pakaian tersebut orang ingin menunjukkan kelasnya. Jubah hitam guru besar mirip paderi gereja Katolik berbentuk seperti mantel, merupakan pakaian luar warga Roma. Penutup kepala atau cap persegi empat dilengkapi dengan tassel atau rumbai-rumbai. Hood, penutup kepala menyatu dengan toga. Di Indonesia, ketika masih menggunakan sistem kontinental, toga hanya digunakan profesor. Oleh: Sulistyowati Irianto Guru Besar Antropologi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia SAAT ini lulusan anak TK dipakaikan jubah seperti toga profesor. Acara kelulusan anak TK pun dipopulerkan sebagai wisuda. Tidak jel...
Tradisi Berpengetahuan di Masa Pandemi
Budaya, Guratan, Opini

Tradisi Berpengetahuan di Masa Pandemi

17 Juni 2020 Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis BUKU dalam ingatan paternal juga membincang sejarah perempuan: padahal history, kental nuansa lelaki ‘his story‘. Masuk pada kisah dan tutur a la perempuan, entah ini hanya sebuah definisi yang enggan dipakai kaum lelaki. Herstory is a term for history written from a feminist perspective, emphasizing the role of women, or told from a woman’s point of view - sejarah ditulis dari perspektif feminis, menekankan peran perempuan, atau diceritakan dari sudut pandang perempuan. Di ruang diskusi, di situ kami. Berbincang dan berbagi perspektif. Interupsi di Ruang Obrolan Anda ingin membaca bebas biaya? Berbagai material sumber primer dari berbagai kebudayaan dunia dalam format multibahasa: manuskrip, peta, buku langka, pa...
Hukum Sarang Laba-Laba
Hukum & Kebijakan, Opini

Hukum Sarang Laba-Laba

07 Juni 2021 Deras kencang suara sosialisasi: All men are equal before the law, without distinction sex, race, religion and social status. Diterjemahkan: Semua manusia adalah sama di depan hukum, tanpa membedakan kelamin, kulit, agama dan status sosial Oleh: AKBP Purnawirawan Kamaluddin, M.Si Editor: Parangsula Gambar:  Laba-laba, sarangnya nyaris tidak terlihat oleh serangga yang akan jadi mangsa sang pemilik sarang. SILAHKAN berpikir, berasumsi, judul yang aneh. Jelas anehnya, saya juga berpendapat demikian. Coba perhatikan: laba-laba membangun sarang di antara semak belukar dan pepohonan, jaring-jaringnya nyaris tak terlihat. Ada serangga melintas, terjebak lalu dimangsa. Nah, seperti itu juga praktik hukum di Indonsia, ibarat sarang laba-laba. Jaring-jaring hukum mene...