Thursday, April 25

Berlatih Berbagi Momais


13 Januari 2022


Menulis  riang gembira…

Tertawalah untuk akronim judul yang selalu dipolitisi regulasi negara, BBM. Sebab kita terlahir politis, dan punya hak-hak politik yang dibawa sejak kita semua keluar dari dalam rahim bunda yang suci mulia. Sebab menulis adalah juga pilihan politik.


Oleh: Dera Liar Alam
Editor: Parangsula


Gambar: Luak di Tanjung, di sisi Laut Maluku


DEPAN pintu kamar, di ruang bawah, menghadap meja untuk sarapan: piring, gelas, sendok, garpu, air bening dingin, ikan asap, dabu-dabu lilang – aroma jeruknya menggoda, nasi mengepul. Membaca berita silam ‘kawan-kawan berbagi, berlatih’. Di ruang ini, almanaknya sudah lewat sebulan tidak diganti, penunggu rumah sibuk menyambut tamu. Saya menunggu kawan perjalanan.

Trip dimulai, 11 Januari 2022, dari Jl. Corneles Palit, berbelok ke Jl. Lengkong, mengarah selatan, tenggara, tuju timur Bolaang Mongondow.

Tanya terminologi Riksföreståndare, pelindung kerajaan. Belajar mengeja nama, mengulang, mengingat: Mat Rey, Dio, Djumadi, Dhat, Filo, Gazali, Andry, Paman, dan seterusnya. Membaca dan memerhati, algoritme kata demi kata, ternyata sama pentingnya dengan berlatih.

Saya membaca dua bait histori sepanjang masa yang terjadi pada 12 Januari: Gustav Eriksson dari keluarga bangsawan Vasa, dia berkedudukan rendah, lalu naik posisi jadi pemimpin pemberontakan setelah Pertumpahan Darah Stockholm yang merenggut nyawa ayahnya. Kawan-kawan berkumpul, 12 Januari 1528, Gustav Eriksson diangkat jadi raja Swedia, dikenal sebagai Gustav I dari Swedia.

Gunung-gunung di Timur, di Asia, suatu ketika meletus, abunya membumbung menabrak atmosfer. Zaman Es Kecil, diduga terjadi selasatu karena aktivitas vulkanis. Masa beku selama dua bulan dimulai di Prancis – Pantai Atlantik dan Sungai Rhine membeku, tanaman gagal panen. Setidaknya dua puluh empat ribu warga Paris meninggal saat itu. Tercatat, 12 Januari 1709.

Musim berbeda dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya, soal ini tentang alam dan aktivitasnya yang memengaruhi bumi. Manusia katanya berpengalaman, namun kadang abai pada gejala semesta. Letus Tambora 1815 mengganggu Eropa yang ketika itu masuk musim semi. Semburan debu dan sulfur dioksida dibawa angin badai ke langit sana, kabut kering ada di berbagai belahan di atas bumi: Waterloo pecah 18 Juni 1815, lalu Napoleon kalah. Bait ini tak terkait penanggalan hari ini, sekedar menyambung aktivitas gunung-gunung di Timur dengan kejadian di belahan bumi yang lain. Musim, perang, damai, dan seterusnya. Alam Timur mengganggu dan menghenti perang di Barat.

Kembali pada sejarah hari ini bertahun silam: Di Timur, 12 Januari 1875, Kwang-su diangkat jadi kaisar Tiongkok.

Membaca data: Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Dalam Angka 2021 — BPS Bolaang Mongondow Timur., Visualisasi Data Kependuduakan – Kementerian Dalam Negeri 2020., BPS: Metode Baru Indeks Pembangunan 2019-2020, berikut sejumlah data terkini terkait lokasi yang dimaksud. Data sebagai pembanding, sebagai acuan, juga sebagai bahan dalam menulis.

Kawan-kawan, kumpul data sebanyak-banyaknya, pilih kata sebaik-baiknya, dokumentasikan. Luaskan literatur, ajak semua anak negeri ini membaca. Dan teruslah menulis, terus dan terus, belajar, berlatih, tanpa henti.

Hari ini bertemu kawan lama, Jamal Rahman, kangen sekali saya. Dia, penyair Indonesia. Kami pernah bekerja satu ruangan, menjadi redaktur di Harian Swarakita. Sekarang Jamal adalah Ketua KPU Bolaang Mongondow Timur, kantornya di Tutuyan, Jl. Trans Sulawesi Lingkar Selatan. Berdua, Jamal dan saya membuka bait-bait kenang, zaman sudah berubah. Bercerita pengalaman tahun-tahun yang dilewati, menyusur kota, menelusur hutan lolaro, memetik gambar, berhenti di satu titik.

Laut jernih berbayang langit awan warna-warni terlihat dari tepi Tanjung. Sisa plastik terserak di antara lolaro, tetumbuhan hijau, dan rumput. Kami berdiskusi dari ruang ke ruang. Saya bertanya tentang Luak, telaga kecil dihias tiang-tiang bambu, perahu, dan anak-anak berlari di sekitarnya. Lolaro itu adalah pohon bakau, mangrove dalam tutur orang-orang di sana.

Di derai pelan gelombang asin, di sisi Luak, Jamal membuka catatan sajaknya. Saya memilih selasatu yang dia tulis di Natuna, 05 Mei 2017:


Dari Rahim Bunda Tanah Melayu

Tetaplah mendayung dengan legukmu sendiri
Sebab Kulek dan Jungkong
Kan kehilangan pelabuhan
Tanpa buih-buih kecil di tanganmu
Biar suaramu tak segaduh ombak
Teriakanmu tak setajam lengking camar

Dari rahim bunda Tanah Melayu ini
Larungkanlah biduk penuh sunyi
Agar dayung dan peluh ikhlas bersemi
Karena badai gelombang adalah kenduri

Biarkan merdeka jiwa
Tepiskan kungkung kuasa
Tapi jangan kelahi tak tentu pasal
Kelak waktu menjadi muara
Menjelmalah musim teduh dari dalam doa


Sore tiba, masih di 12 Januari 2022. Berdiskusi, belajar dan berbagi cara menulis agar berita senantiasa enak dibaca khalayak. Pada koordinat 124° 19′ 15″ – 124° 51′ 14″ Bujur Timur dan 0° 25′ 40″ – 0° 57′ 40″ Lintang Utara, di rumahnya Mat Rey, di Bulawan. Lepas maghrib kembali Jamal berbagi ilmu ‘verifikasi’. Wajah-wajah cerah, bertanya, menutur cara. Membicang soal-soal, release, info lembaga pemerintah, korporasi, dan pihak lain mesti dibaca utuh, dilihat semuanya, dimengerti secara menyeluruh dari semua sudut yang bernilai berita.

Saya masih lupa sejumlah nama, belajar mengeja Kotabunan, Modayag, Mooat, Motongkad, Nuangan, Tutuyan. Rikson bicara tentang semangat menulis mendokumentasi dan belajar mesti terus berkobar. “Pertemuan saat ini kita bertemu berbagi dan pacu semangat, bahas strategi judul dan lead. Nanti ada pertemuan selanjutnya, pelatihan bersama tingkat Sulawesi Utara, membahas teknis dan sejumlah hal yang lebih luas untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mendokumentasikan.”

Mat Rey, Dio, Djumadi, Dhat, Filo, Gazali, Andry, Paman, dan kawan-kawan lain yang berlatih dan berbagi di Momais, Bolaang Mongondow Timur, 11 dan 12 Januari 2022. Selalu ingat kebaikan mereka, jajanan dan makan malam dalam keakraban: cakalang asap dabu-dabu iris, mata-sapi, pisang goreng. Kopinya nikmat sekali. Belajar dan berbagi dengan riang gembira.

Berlatih berbagi di Momais – Foto: Filo

Tuan rumah memberi kami buah tangan untuk dibawa pulang: rambutan, mangga, singkong, beberapa bungkusan.

Sepanjang jalan pulang, Filo berkisah pengalaman di negeri seberang, makan sirih pinang, “Suruh itu sirih,” terang dia tentang kebiasaan-kebiasaan leluhur yang masih jadi praksis mujarab di berbagai tempat, pula hal itu untuk mengakrabkan suasana, pertemanan.

Belajar itu mengalir laksana air. Datang di timur Bolaang Mongondow, anda akan bersua sejumlah poin terkait air: Danau Torotakon Buyat, Danau Mooat, Gunung Ambang, Pulau Nenas, Danau Togid, Danau Motongkad, Air Terjun Matabulu, Pantai Tanjung Woka, Air Terjun Kosibidan Tutuyan, Pantai Patokan Jiko, dan lainnya. Dengar dari kawan-kawan, pemimpin di daerah ini adalah juga penulis, wartawan. Kami yang berlatih dan belajar bersama-sama bangga dengan itu.

Kata, kata-kata adalah ‘pelindung kerajaan menulis’. Belajar dan berbagi di Momais, salam hangat dari kawan-kawan di sana masih terasa manakala saya mengetik artikel ini. (*)