Thursday, November 21

Budaya

Kuah Bening Menu Menyegarkan di Wanua
Budaya

Kuah Bening Menu Menyegarkan di Wanua

08 Januari 2024 Makan adalah ritual, upacara segarkan dan sehatkan badan, pikiran, dan jiwa... Kuah bening itu bergizi, mengandung zat-zat bermanfaat bagi tubuh. Dapat disantap ketika sarapan, makan siang, makan malam, atau kapan saja bila perut minta diisi, dan perlu. Oleh: Dera Liar Alam MENU hari ini dipetik cabut dari halaman alam liar; Kuah bening - labu kuning, talas, gedih, bayam, batang bawang, bawang putih, sereh, kemangi, daun jeruk, jahe merah, garam, air. Dabu-dabu lilang. Khas yang ini: irisan tomat, bawang merah, cabe mentah, sedikit garam, dan perasan limau. Mudah membuat kuah bening, bumbu dan labu direbus duluan, bila mau menambahkan talas atau ketela, bahan-bahan itu ditaruh lebih awal, setelah kuah mendidih, sayur ditambahkan. Beri garam secukupnya, dan siap ...
Soekirman dan Enam Resep Kelanggengan
Budaya, Opini

Soekirman dan Enam Resep Kelanggengan

04 Januari 2024 ...Tulisan ini bukan untuk kampanye... ...Cegah yang buruk berkuasa… Oleh: Dini Usman Penulis adalah pelukis dan penulis SEBUAH pertemuan di ujung tahun digagas Deli Art Community (DAC) pada 29 Desember 2023 untuk bertukar pikiran dan melihat peristiwa yang terjadi di tahun 2023. Silaturahmi itu hanya dihadiri sembilan orang, yang lain menguap dengan banyak alasan. Walau sepanjang hari hujan turun di mana banjir menjadi hiasan peristiwa banyak orang, namun mantan bupati di kabupaten Serdang Bedagai tetap berkomitmen datang. Secara terbuka ia mengakui telah tujuh kali ikut kontestasi politik di Sumatra Utara. Pertama kali dimulai tahun 2004, setelah lama mengabdi menjadi PNS, bergelut sebagai dosen di Fakultas Pertanian USU dan menjadi direktur di LSM Bitra, Soek...
Revolusi Kopi dan Pesta Sastra
Budaya, Susastra

Revolusi Kopi dan Pesta Sastra

31 Desember 2023 Ide mencuat, lalu bersua, Steleng Mawale 2010. Beberapa tahun kemudian menulis – rancu, bias, kata diperguncing sebab negeri sekian lama diwajahkan sistem terpusat. Susastra mesti dari ibukota negara, tidak. Kata, value yang berakar dari mana huruf-huruf itu berawal, bebas merdeka. Saya refrasa keyakinan itu dari wanua, tanah Minahasa 2018. Oleh: Dera Liar Alam PESTA Sastra di Tanah Leluhur 2010: bincang kami politis, memilih huruf sama seperti pilih menu, ini pun politis. Hari ini masih sama, bersama kopi berrevolusi. Gambar dan video selalu lebih menarik daripada text, tiba di 2018. Kopi memang nikmat, kenangan perbudakan — budak sejarah, budak teori, budak text. Dan kita merdeka menyapu semua tatapan. Nanti tengah malam Tomohon semakin dingin, diskusi kita t...
Lumekep Sana Ta’un
Budaya

Lumekep Sana Ta’un

31 Desember 2023 Oleh: Parangsula PINAESAAN ne Kawasaran menggelar ritual spiritual di tanah Minahasa: Lumekep Sana Ta’un – ditafsir kontemplasi refleksi menuntas peristiwa dalam lembar Masehi 2023. Acara itu berlangsung senja, 28 Desember 2023, di Amphitheater Woloan di kaki gunung Lokon. Orang-orang berbagi cerita, yakni para tou, tonaas, waraney, wewene, tuama, dst. Menggugat dalam babak orde silam, sang sepuh, Tonaas Pontoh Supit Karundeng, ingatkan bahwa identitas budaya itu tetap terpatri pada setiap tou. Klaim dalam peran positif sebagai kawasaran bukan sekedar tarian, namun, “Dimaknai dalam tiap tindak nga’as – bijaksana – berkehidupan dari masing-masing tou,” begitu dipaparkan Dr. Denni Pinontoan, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur. Luna di tahta langit timu...
Begitu Mudah
Budaya, Opini

Begitu Mudah

15 Desember 2023 Oleh: Dini Usman Penulis adalah pelukis dan penulis Editor: Parangsula BEBERAPA kawan dekat saat kebetulan bertemu muka atau berbalas kata melalui WhatsApp, dengan rasa ingin tahu kutanyai mereka. Sebenarnya rasa gusar ini begitu parah menyelubungi pikiranku. Aku ajukan kalimat singkat, “Bagaimana perasaanmu? Apakah kau merasa terhempas?” Semua yang mengungkapkan perasaannya menjawab cepat dan kelihatannya cukup jujur. Ya, aku tahu mereka jujur dan mengungkapkan perasaan kecewa yang mendalam di lubuk hatinya. Mengapa harus berbohong, jujur saja lebih enak. Satu per satu dengan nada datar, kesal, marah bilang begini: Aku tertipu, kata yang satu. Aku tak menyangka, jawab yang satunya. Aku merasa dikhianati, jawab yang ketiga lagi. Aku speechless, kata yang lain...
ANGIN
Budaya, Opini

ANGIN

15 Desember 2023 Oleh: Denni Pinontoan Penulis adalah penulis Mengajar di IAKN Manado Editor: Parangsula ANGIN telah digunakan sebagai simbol untuk kehidupan. Ia adalah nafas, roh, daya sakral. Sara Teasdale, penyair perempuan Amerika, dalam suatu puisinya menulis begini: “Alas, the wind has made me wise, Over my naked soul it blew, There is no peace for me on earth Even with you.” “Angin telah membuatku menjadi bijaksana,” kata Sara. Angin membuat kehidupan menari. Angin adalah daya yang menggerakkan. Ia tidak wujud untuk menyatakan diri. Pada lambaian nyiur, pada gerak angkuh pohon aren, pada senyum cerah bunga mawar, pada kesuraman pohon beringin kita tahu angin hadir. Angin hadir pada perasaan romantis saat kita berada di tepi pantai suatu malam. Angin berbicara dalam din...
Dimensi Kerja Kecakapan Hidup
Budaya, Gaya Hidup, Guratan

Dimensi Kerja Kecakapan Hidup

13 Oktober 2023 Sekolah-sekolah terbabit modernism tak lagi mengajarkan kecakapan hidup, namun menjadi kaki-tangan pabrik untuk menghasilkan lulusan bermental budak... Diramu dari berbagai sumber Oleh: Parangsula Gambar: Pasar Rakyat di Wanua BANTAH berbagai pernyataan yang menyebut kemajuan berbagai bidang, modernism hilang arah pada fakta kemajuan jalan di tempat, rakyat mangsa pasar. Sekuat apa kita bertahan di isu-isu sensasi, sudah maju: daerah mana yang maju, mungkin ada. Namun fakta yang paling nyata adalah, di daerah, rata-rata menyusu dari kantong anggaran nasional ditambah hutang yang selalu ludes dikunyah praksis korup. Sampai kapan rakyat diberi makan statement? Janji-janji menyemir dusta masa depan – padahal zaman itu sudah sementara lewat dan lagi kita jalani sa...
Pemetaan Partisipatif dan Eksistensi Masyarakat Adat
Budaya, Hukum & Kebijakan, News

Pemetaan Partisipatif dan Eksistensi Masyarakat Adat

02 Oktober 2023 Oleh: Reinhard Loris Penulis tinggal di Mitra, Sulawesi Utara Sumber: Kelung.id Editor: Parangsula PENGABAIAN eksistensi masyarakat adat jadi soal serius di Indonesia. Sederet perkara mendera pemilik hak tanah di berbagai pelosok. Karena itu, upaya untuk mendapatkan pengakuan masih harus terus diperjuangkan. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) menggariskan bahwa upaya itu penting mendapat perhatian kita semua. Terkait isu, AMAN-Sulawesi Utara menggelar Training of Trainer (ToT) Pemetaan Partisipatif Wilayah Adat (PPWA). Acara ToT itu berlangsung 12 hingga 17 September 2023, di Balai Pertemuan Umum Minanga Timur - Pusomaen, Minahasa Tenggara. Yoga Kipli, Direktur Pelayanan Komunitas AMAN, dalam kesempatan pembukaan acara mengatakan bahwa pemetaan partisipat...
Bakudapa Basudara
Budaya

Bakudapa Basudara

24 September 2024 Anak-anak rantau di kota Makassar berasal dari berbagai daerah di Sulawesi dan sekitarnya, menggagas pemikiran untuk saling bantu: karena leluhur sudah memberi contoh dan kami menimba pengalaman dari mereka, kami meneruskan semangat etos budaya yang baik - basudara...   Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah Jurnalis Penulis BERHIMPUN dari berbagai latar, kemudian berkomitmen diskusi, berkumpul berbincang, dan saling bantu: memperkuat ikatan sosial antar-anggota dan menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya. Praksis itu yang diamalkan mereka sudah sekian lama, dalam tradisi di utara jazirah Sulawesi dikenal sebagai mapalus. Mereka menyebut pertemuan-pertemuan dalam berbincang itu sebebai ‘Torang Samua Basudara’. Saling bantu, “Kita di sini memberi dan menghindari si...
Bola Meletus di Bibir
Budaya, Esai

Bola Meletus di Bibir

31 Juli 2023 Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Anak-anak bermain bola TUKANG taman berkeliling jalan dengan truk memuat tandon air, siram tanaman saban sore, lalu geraknya macet sebab anak-anak bermain bola di ruas jalan. Langit masih biru di atas ufuk Sungai Poso manakala saya membidik kamera. Riuh suara anak-anak memandingi gema toa di lorong seberang. Oma Bibi bercerita, sabdanya panjang lebar, rautnya serius. “Kalau bola itu nyasar ke sini, saya belah jadi dua. Biar meletus bola itu,” kata dia. Pada saya, oma bilang, bahwa dia sudah sekian kali menegur anak-anak itu supaya jangan bermain di jalanan. Oma memang selalu sibuk dengan apa yang lalu di hadapannya mobil parkir memantulkan cahaya ke dia, pasti oma murka. Anjing tetangga menggonggong, oma ...