Saturday, February 22

Tag: Minahasa

Semalam di Kuranga
Econews, Editorial, Guratan, Susastra

Semalam di Kuranga

22 Desember 2021 Susastra tua ada di teks, ada di dialog khas orang-orang Wanua: mereka ada dalam ruang, ada di jalan-jalan, ada di pasar-pasar. Dan, manakala susastra itu terlontar dalam dialog mereka, boleh jadi hal itu berlangsung tanpa sadar, spontan. Saya menyebut itu 'kanaramen'. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Malam di batas Kakaskasen MEMBACA kabar ibu kota, menikmat isu di sekitar. “Kemang Raya sore ini, banjir. Sudah tidak dapat dilalui kendaraan. Super parah.” Begitu ditera Kafi Kurnia di beranda metaverse-nya, Senin, 20 Desember 2021. Obrolan banjir, longsor, abrasi, segala bencana jadi biasa di mana-mana tempat di bumi. Apa hubungan cerita banjir di ibu kota dengan situasi di Kuranga? Bagaimana pertaliannya – banjir dengan sastra? Angga...
Kabasaran ne Tou Rinembok
Budaya

Kabasaran ne Tou Rinembok

2017 Foto: Youdy Mamahani Sanggar Seni Tou Rinembok Sumber Teks: Tarian Kabasaran, INDONESIA Kaya KABASARAN is a traditional Minahasan war dance from North Sulawesi in Indonesia. It is performed by several men clad in red costumes, wielding a sword with a shield or a spear. The dancers are called Kawasalan, which implies imitating like a pair of fighter cocks. The word Kabasaran is derived from kawasalan. The dancers work daily as farmers and guards of the Minahasan villages, but serve as Waraney (warriors) if the village is attacked. According to Minahasan custom, the weapons and status of Waraney is hereditary. The Kabasaran dance is performed exclusively by men of Waranei lineage. (*)
Interupsi GSSY
Budaya, Editorial, Guratan, Opini

Interupsi GSSY

20 Agustus 2012 Oleh: Daniel Kaligis “Bung Daniel, biar ley so tinggal di luar negeri, tapi sebagai almamater Perguruan KRIS, tetap tinggal bersama di hati. Kalau saja satu saat ada kesempatan untuk ikut sumbangsih membantu ‘memugar’ sekolah KRIS pasti akan saya lakukan.” — Rondonuwu Indra — Sydney, Australia The son of Jozias Ratulangi and Augustina Gerungan, both from wealthy, well-respected Minahasa families, Sam Ratulangi was born in Tondano, North Sulawesi, at the time a part of the Dutch East Indies. He was a gifted student, who after completing his studies in Tondano and Batavia went to Amsterdam in the Netherlands for further studies. He graduated from a teacher's college as a science teacher in 1915, studied for two more years at the University of Amsterdam, and in 1919 ear...
Pemilihan Umum a la Republik Wanua
Budaya, Opini

Pemilihan Umum a la Republik Wanua

Medio, April 2019 Oleh: Daniel Kaligis PILIH UKUNG di Wanua, orang-orang berbaris di belakang para kandidat. Barisan mana paling panjang, maka otomatis kandidat tersebut jadi Ukung, Pemimpin Wanua, Kepala Kampung. Ini riwayat tua Makatana yang tak ada dalam prasasti, dan jadi hikayat manakala Minahasa berindonesia hari ini. Jika demokrasi adalah tujuan bersama, mengapa kita tidak mengevaluasinya? Jangan-jangan negeri kita ini sementara mengidap paradox democracy yang membikin begitu banyak kegilaan baru. Tajuk lama kurang evaluasi, kita selalu memilih pemimpin, lalu rakyat terpecah karena konflik. Wajah politik Indonesia, dari pusat kuasa hingga carang-carangnya di daerah merona banyak warna. Tak kenal malu pada perpecahan anak bangsa yang terus bertikai karena berbagai sebab, sa...
Bisnis Peternakan, Berhutang, Lalu Menghilang
Hukum & Kebijakan, News

Bisnis Peternakan, Berhutang, Lalu Menghilang

14 Juni 2021 Oleh: Jefriar Dunda Biro Sulawesi Selatan BANGUNINDONESIA —  SONDER MINAHASA | BISNIS peternakan ini terjadi kecamatan Sonder di Minahasa, Sulawesi Utara. Diceritakan Imelda dalam rekaman, peternakan babi itu dijalankan oknum berinisial HT awalnya berjalan lancar dengan meminjam modal dari kenalan-kenalannya. “Tahun lalu dia pinjam 50 juta rupiah, uang dikembalikan karena mungkin takut sertifikatnya saya pegang. Saya percaya ketika HT karena dia aktif dalam pelayanan, mengaku hamba Tuhan. Kemudian meminjam lagi 100 juta rupiah, tidak dikembalikan.” Begitu yang terdengar dari rekaman Imelda dari Langowan tentang bisnis peternakan di Sonder yang dikerjakan HT sekitar tahun 2019 dan tahun 2020. Dalam rekaman yang didengar redaksi, 14 Juni 2021, berikut bukti pembicaraan ...
Se’ese’sa’ang dan Messier 60
Budaya, Estorie

Se’ese’sa’ang dan Messier 60

11 April 2019 - April 2021 Se’ese’sa’ang, yaitu loranthaceae, dianggap pengganggu tetumbuhan buah. Padahal, para tetua di wanua dahulu mengenalnya sebagai ramuan penyembuh berbagai sakit Interaksi fundamental, dari ruang berdimensi tiga, merasuk pada demonstrasi artificial di mana manusia-manusia malas dan lupa akan ditindas ketakutannya sendiri di ruang kosmologi abstrak yang sangat dapat dijelaskan Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis KHOTBAH KIAMAT rontok, tafsir meletus sebagai teori di ruang metafisikanya oleh banyak pergunjingan dan pengujian. Perang yang dikendalikan ‘tahta suci’ sudah basi. Tibalah waktu melupa lama mencipta baru. Meski, kemarin masih ada di jejak-jajak gemas bertanya. Selama ribuan tahun burung-burung memindah benih, ‘se’ese’sa’ang’ tu...
PLT Kepala Desa atau PLT Hukum Tua
Budaya, Hukum & Kebijakan

PLT Kepala Desa atau PLT Hukum Tua

01 Februari 2017 Aturan tentang Pelaksana Tugas Kepala Desa Editor: Dera Liar Alam Foto: Youdy Mamahani Sanggar Seni Tou Rinembok Sumber Kutipan: Pusat Bimbingan Teknik Padepokan Literasi Nusantara Referensi dan Acuan: UU No. 6/2014. PP No. 43/2014. PP No. 47/2015. Permendagri 82/2015, 66/2017, 112/2014, dan 65/2017. PELAKSANA Tugas (PLT) Kepala Desa itu tidak harus dengan Surat Tugas atau Surat Keputusan, sebab tergantung kasus yang menyebabkan di-PLT-kannya sang Kepala Desa, atau Kepala Kampung, atau Hukum Tua, atau istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan nama pemimpin di tingkat desa atau kampung di wilayah Indonesia. Misalnya: 1. Apabila kasusnya Kepala Desa meninggal dunia, maka PLT-nya otomatis oleh Sekretaris Desa sampai dengan diangkatnya Penjabat Kepal...