Monday, November 25

Tag: Indonesia

Di Taman Bermain Malam itu
Budaya, Susastra

Di Taman Bermain Malam itu

02 Juni 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Ujung senja di suatu taman SORE ketika matahari ingin pergi, para pedagang datang. tanpa diminta menata gerobaknya. Pop ice, cilok, sempol, martabak telor, aku lupa, apa saja di sana. Ada yang menunggu, keramaian datang ke sini. Bila malam semakin dekat. Datang tenang dalam dadanya. Di bawah sinar lampu merkuri yang menyala. Bau aspal terlindas roda. Ia sambut gembira. Aku hanya jarak yang mengamati tanpa merasa. Seperti hidup apakah ini mimpi. Di antara suara odong-odong, juga kegembiraan anak-anak bermain di istana angin. Aku tak bisa kembali menjadi anak-anak lagi. Hidup telah payah berulangkali. (*)
Penggalan Mantera yang Tertinggal
Susastra

Penggalan Mantera yang Tertinggal

01 Juni 2022 Di suatu petang, di sebuah gang, ketika Nunun, anak jalanan Cempaka Putih kehilangan adiknya, 1997 Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Gambar: Ilustrasi – Dera Liar Alam AKU membaca mantera sila-sila perkasa itu, sambil membuai adikku terbungkus kain kumal nan lapuk, ketika mengorek gundukan sampah itu... Ada kertas bertulis: Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Terhenti di sini, sepenggal kata terakhir tertinggal, tak sempat kubaca karena adikku menangis pilu. Kembali kubaca mantera sila-sila perkasa itu lagi, sambil menggendong adikku yang masih menangis menunggu ibu bapakku pulang dari menco...
Tenun Helong Melawan Punah
Budaya

Tenun Helong Melawan Punah

30 Mei 2022 Ragam budaya, tenun misalnya, mengikat filosofi suatu bangsa – menjunjung persaudaraan dan kekeluargaan. Tangan-tangan terampil masih mengerjakannya hingga hari ini… Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Tenun Helong dari halaman Emmy Sahertian HELONG dikenal dari bahasanya, Helong, sebagaimana disebut di Endangered Languages Project, dan di sejumlah situs dijelaskan yang mana dalam bahasa Helong dikenal ada tiga dialek: Bolok, Kolhua, dan Uitao. Penuturnya terdapat desa-desa di ujung barat pulau Timor dekat pelabuhan Tenau, kota Kupang hingga Amarasi, dan sebagian besar desa di Pulau Semau. Selain bahasa, Helong dikenal dengan kain tenunnya. Kesempatan ini saya mau berbincang sedikit informasi tentang tenun, terkait Helong dan Kolhua. Kema...
Terapi
Guratan, Opini

Terapi

25 Mei 2022 Kita semua yang masih ada di bumi sekarang adalah penyintas C-19. Melewati masa-masa menakutkan di bawah ancaman kematian adalah sebuah perjuangan. Upaya penyembuhan bukanlah sebuah proses sekali jadi atau hanya tentang satu hal. Hal ‘sembuh’ berkaitan dengan banyak hal, yakni fisik, psikis, mental, intelektual, sosial, dan dimensi kehidupan lainnya. Oleh: Denni Pinontoan Penulis adalah penulis Mengajar di IAKN Manado Editor: Parangsula Gambar: James Tissot – French, 1836-1902. Le paralytique descendu du toit, 1886-1896. Sumber gambar: Brooklyn Museum TANGGAL 17 Mei – dalam tayangan konferensi pers di Istana Bogor melalui YouTube Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi mengumumkan kebijakan pelonggaran – karena pandemi di Indonesia sudah terkendali. Salah satu atura...
Padamnya Nyala
Susastra

Padamnya Nyala

25 Mei 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Cahaya hidup dalam gelap PADAMNYA nyala ialah arah tempat bara api dihujamkan. Aku temui kesaksian dari api yang tak pernah bisa digenggam. Bila wujudmu adalah ketiadaan. Aku hilangkan tanpa yang membuatmu ada. Adalah cahaya bukti gelap nyata. Hiduplah mimpi membenamkan waktu antara tubuh dan jiwa. Cahaya-cahaya hidup dalam gelap. Aku pejamkan mata menghidupkan segala cahaya. Ruang betapa terasing ketika ada, waktu adalah ketika kau lupa mengingat ingatanmu. Saat kecepatan menemukan sunyinya, biarlah hilang segala yang menjadikannya ada. (*)
Doa Malam Memeluk
Susastra

Doa Malam Memeluk

21 Mei 2022 Walau telapak meminta, dan aku tak pantas mendapat apa-apa: “Telapak tangan menengadah, kutujukan pada seorang bocah nan suci dan dalam dekapku. Kini bibir bertemu bibir, doa itu hadir di setiap pelukkan dalam malam,” tutur Delima, kawan ceritaku di negeri seberang... Oleh: Daniel Kaligis KABUT bila air mata merenung Sisa senja bergelimang tangis Anak manusia menadahkan telapak Di trotoar empat lima Kapan kembali malam memeluk mimpimu Menghirup pekat asap knalpot Atau sisa-sisa yang mereka beri Supaya kenyang kau kenang dalam lapar Cukup makna derap jalan kereta Roda yang mendetak-detak lubang jalanan Saat kau pungguti seketul harap Yang ditendang keluar saku Tangismu kering dikira amsal Kau tuliskan dengan mata hati terima kasih Yang tak pernah kau pelajari dal...
Kete Kesu
Budaya

Kete Kesu

20 Mei 2022 Buntu Burake, hutan mistis, patung belum ada di sana menakala datang suatu senja, kenang diam nan sunyi lorong-lorong rimba, dinding batu, kubur ratusan tahun lampau, dan alam elok... Oleh: Parangsula Foto: daxzart HUTAN, gunung, tebing, jurang, datang di situ seakan menjejak ritual silam yang eksis sampai sekarang, kubur kuno berbentuk sampan di tebing berlubang, ada di sana, di Kete Kesu. Pada situs Luwuraya disebut bahwa di sana ada peninggalan purbakala, manusia purba, ‘oky kete kesu’ yang berasal dari salodong dan mempunyai adik kembar ‘nunang tongkonan’. Di jalan masuk Kete Kesu, sawah hijau kuning sepanjang musim menyambut pengunjung yang datang di desa adat yang berada empat kilometer tenggara Rantepao, ibu kota Toraja Utara. Tongkonan, yakni bangunan rumah ...
Tumpak Sewu
Foto Pilihan, Travel

Tumpak Sewu

20 Mei 2022 Oleh: Parangsula Foto: Ferdinand David - Pronojiwo, 06 Mei 2019 SUNGAI Glidih berhulu di Gunung Semeru, alirnya meliuk-liuk lalu tumpah, itulah air terjun Tumpak Sewu. Orang menyebut Tumpak Sewu juga sebagai Coban Sewu, menderas dari tebing berketinggian sekitar seratus dua puluh meter. Tumpahan Tumpak Sewu membentuk semacam tirai. Lokasinya berada di batas Lumajang dan Malang, di Jawa Timur. (*)
Balada Kelamin-Kelamin
Estorie, Susastra

Balada Kelamin-Kelamin

13 Mei 2022 Oleh: Emmy Sahertian Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika Gambar: Seni instalasi karya Elina Simbolon memperingati 20 tahun peristiwa Mei 1998. Sumber: theconversation.com HARI ITU tanggal satu bulan satu tahun satu, ada ritual ilahi Tuhan menenun kelamin-kelamin Untuk mengalir cairan hidup…, merah… …putih… Dan dari liang yang lentur itu keluarlah kepalamu, …kepalaku… Berisi semua: Huruf –huruf Angka-angka Garis-garis Noktah-noktah Warna-warna, dan mimpi-mimpi Tiap hari melekat dekat merekat Nikmat dalam cinta Berjuta bahkan triliunan tahun kemudian Hari ini tanggal 13 Mei tahun 1998 Ada ritual birahi Kelamin-kelamin berseliweran tanpa arah Liar… Menusuk… Merobek… Mengumpat… Dan liang-liang memerah  itu  meradang… Luka dalam dendam. Belin...