Thursday, April 25

Perjalanan Sunyi


27 Januari 2023


Aaa, zzzz, dengar angin mengikis nubuat cocoklogi, dongeng berulang-ulang saban waktu dan diyakini sebagai sumpah semesta. Angin membaca apa? Petir hujan badai itu biasa, seperti tangan kita yang terbiasa membuang sisa-sisa sambil berseru teintu, taintu, taintu…

— 2009 —


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Twilight menggambar angin dari segala arah


KISAH malam padaku:

Wahai dingin badai aeolian titisan aurora, crystal-mu memutih di pelataran arctic, ranting-ranting biaskan kelam, rona rindu dari waktu ke waktu yang kau tabung di tiap butir salju. Kita pernah setuju, memainkan glasier di telanjang rimba, menenun kabut resah semerdu cinta beku abadi…

Manakala dentang lonceng perak merebak senja
Cakrawala durja beratap jingga

Kusuka tembang malam…
Mengiring tiap tetes crystal taburkan salju di atas debu

Dalam ruang…
Kunanti tawa bocah mainkan cahaya lilin dengan jemarinya

Rindu dihentar sunyi
Seperti benih tumbuh dalam rahim bumi

Kelopak tsubaki tersibak…
Ilalang menajam seperti jarum…
Sakura berpesta di ujung musim dingin
Kita masih di sini
Menanti tiada…

Gambar terkait Banjir – foto Greenhill di group Mawale

MALAM kisah padaku: Sisa-sisa dianggap percuma, memandangnya enggan, apalagi mengangkatnya. Tersirat di catatan lama, Sampah dan Revolusi Daur Ulang, dimuat di BaktiNews, Edisi 161, Juni – Juli 2019: Dokumen laporan kajian kerentanan terhadap perubahan iklim hasil dari kunjungan lapangan, workshop, dan masukan dari berbagai interview dengan pemerintah dan stakeholder Kota Manado yang dilaksanakan periode 2013 hingga 2014. Indikasinya, sampah dan pengelolaannya di Kota Manado tidak begitu bagus, sehingga menyebabkan tersumbatnya sungai, kanal dan drainase akibat sampah sampai terbawa ke hilir hingga ke laut.

Dalam obrolan satir seorang kawan bilang, “Life style memisahkan sampah ternyata bisa menjadi kebiasaan yang menyenangkan bahkan menguntungkan bukan hanya diri sendiri, namun bagi banyak orang dan mother earth…, turn problem to people, planet m profit is fantastic…,” kata Lisa dari Fontana, California, Januari 2019.

Bertahun mendatang, kita membaca berita, mendengar cerita sisa-sisa jadi perkara. Aeolian seperti mengikis cara pandang rentan, pengalaman banjir datang berulang-ulang, langkah tindak paling nyata adalah teriak dan menyalakan alarm supaya publik siaga ketika sudah ada yang hanyut. Tenda-tenda doa meninggi tiang-tiangnya. Sampah dan soal-soal tertimbun, urusan kesekian.

Baca ulang dari situs ini: Sampah, Resolusi Daur Ulang.
Resolusi Sampah

Revolusi daur ulang, menekan sampah hingga di titik nol.

Di negara Skandinavia, selama bertahun-tahun sudah mengubah sampah jadi energi. Mereka mereka harus mengimpor sampah dari Inggris, Italia, Norwegia, dan Irlandia untuk memberi mensuplai tiga puluh dua pabrik limbah untuk menghasilkan energi.

“Sekarang sampah diperlakukan dengan cara berbeda dari sebelumnya. Ini bukan sekedar sisa-sisa, ini adalah bisnis,” ujar Anna-Carin Gripwell, Direktur Komunikasi Manajemen Limbah – Swedia.

Badan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Selasa, 6 Desember 2017, menerbitkan resolusi untuk fokus pada upaya menghentikan pembuangan sampah plastik dan mikroplastik ke laut. Resolusi ini didukung Menteri Lingkungan dari berbagai negara yang turut serta dalam UN-Environment Summit 2017 di Nairobi, Kenya. Diyakini resolusi itu akan menjadi dasar hukum untuk mencegah masuknya sampah ke laut.

Perwakilan negara-negara yang turut serta dalam UN-Environment Summit sepakat mencegah dan mengurangi polusi laut secara signifikan hingga mencapai target pada 2025. Langkah konkret diambil, dibentuklah kelompok kerja internasional mengkaji opsi-opsi penanganan sampah di laut yang mengikat secara hukum. Tujuan utama kelompok kerja internasional adalah mencari cara melenyapkan sampah laut dalam jangka panjang. Diharapkan setiap negara memprioritaskan kebijakan menghindari sampah plastik dan mikroplastik masuk ke lingkungan laut.

Masyarakat luas tentunya harus terlibat, peduli dan turut serta dalam arah kebijakan kendali sampah yang sudah ditetapkan pemerintah, agar semua pihak boleh melangkah seiring strategi nasional pengelolaan sampah jelang 2025 dan seterusnya. Pemerintah sudah menyebut bahwa langkah tindak akan dikerjakan cepat dan terukur, sebagaimana diamanatkan. “Noh, ini wakil rakyat dengan pemerintah so sering studi banding di luar negeri, so banyak pengalaman, so ada kebijakan yang harus diimplementasikan. So boleh mulai jo, jangan somo tambah banyak ini sampah tabiar kong beking panyaki, kong beking torang samua malo keei,” ujar Yuriko Umboh, warga Sulawesi Utara yang menetap di Singapura.

Berdasar data Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado, produksi sampah per jiwa per hari mencapai 2,064 meter kubik. Jumlah penduduk sesuai data capil 516.154 jiwa, artinya total produksi sampah adalah 412,9 ton per hari. Dilansir dari Tribun Manado, ada delapan puluh satu dum truk milik Pemkot beroperasi. Sampah yang dapat terangkut dengan fasilitas kendaraan sampah milik Pemkot ke TPA Sumumpo sejumlah 1.680 meter kubik per hari. Sementara jumlah sampah tidak terangkut ke TPA Sumumpo sebesar 384,5 meter kubik per hari. Sampah tak terangkut dikelola di luar TPA, dikelola bank sampah, atau ada juga yang tak terjangkau sebab dibuang sembarangan.

Pernah diingatkan, dan saya mengulangnya kembali di sini: Tahun 2010, Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Lebih dari 3 juta metrik ton sampah plastik yang berasal dari Indonesia mencemari lautan dunia. Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia dan Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Dan sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Bagaimana urusan sampah itu hari ini? Perkaranya masih sama, bertebaran di mana-mana. Sama seperti batu-batu tak terurus di tepi yang membahayakan, sama seperti tanah sengketa, sama seperti pengusiran orang-orang yang dimaui sebagai ‘patuh hukum’, padahal ongkos sosialisasinya lebih banyak hanyut jadi tinja ludah dan lendir atau dimakan ngengat yang ‘entah’.

Aeolian ada di mana-mana. Deras angin badai hujan terjadi juga di planet lain. Di semesta kita, kerusakan dianggap bencana bila ada korban manusia, dan kerusakan fasilitas manusia saja. Boleh jadi pohon, rumput, tumbuhan, batu, tanah, situs yang dianggap sisa manusia, berikutnya makhluk lain binatang dan ternak tidak dianggap korban bencana.

Keriangan berapa hari silam seperti tenggelam. Saya membaca di halaman Presiden Joko Widodo, 19 Januari 2023 at 15:23, disebut pernyataannya, ada dua bait, diedit disatukan, “Pada tahun 2014, banjir bandang melanda Kota Manado di Sulawesi Utara. Dua tahun kemudian yakni 2016, pemerintah mulai membangun Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa Utara. Lokasinya di atas Kota Manado sehingga diharapkan mereduksi potensi banjir ke ibu kota Sulawesi Utara itu. Hari ini, Bendungan Kuwil Kawangkoan telah selesai dibangun dan saya resmikan. Selain mengurangi banjir, bendungan dengan luas genangan 157 hektare ini bisa juga untuk pembangkit listrik, pertanian, dan sebagai destinasi wisata.”

Pemukiman elite terus tumbuh, di belakangnya pagar, kebun, semak, hutan, dan di sejumlah titik mengandung sampah.

Kita sering lupa, saya juga. Lupa menaruh ingatan dalam perjalanan evaluasi. Di sana sini penuh sampah. Penuh persoalan.

Sampah di mana-mana, mungkin tidak dianggap kedaruratan. Sama halnya dengan korupsi dan tagihan-tagihan segala macam alasan yang tak membuahkan perbaikan pelayanan, belum dianggap bencana sampai hari ini. Selain itu, kritik terus dipinggirkan, konstruksi soal-soal megah di sejumlah even mentereng, sisanya euphoria dan kerisauan. Evaluasi ada di soal buntut, opini konstruktif sering ditaruh di bak sampah.

Duhai perjalanan sunyi. Kritik ini akan dianggap aeolian, diterjemahkan sebagai alir angin menumpuk sampah persoalan, bergelombang, laksana sisa berbagai jenis sudah ada di mana-mana: di tanah, di hutan-hutan, di pesisir, di pasir, di air asin, di sungai, di sepanjang sempadan, bahkan di badan saya.

Diulangi, tembang perjalanan sunyi, di bait bagian bawah; Rindu dihentar sunyi. Seperti benih tumbuh dalam rahim bumi, kelopak tsubaki tersibak. Ilalang menajam seperti jarum. Sakura berpesta di ujung musim dingin, dan kita masih di sini menanti tiada.

Sisa-sisa, sampah dan segala perkara yang belum dibenahi itu perjalanan sunyi, lalu tetiba menjadi ramai manakala soal ini datang di diri kita. Seperti sekarang ini, perjalanan itu dirombak jadi doa, dingin, sunyi  meringis, mengiris. (*)