Saturday, April 20

Sandar di Liang Lolong


01 Februari 2023


Status negeri, bentuk pendidikan sekolah dasar, kepemilikan pemerintah daerah, ada surat keputusan pendirian sekolah, ada izin operasional. Anda boleh telisik di mesin pencari, nama ini terrekam asing, satu dua data anda bersua, mungkin tanpa pengenal yang buat kita lebih akrab…


Oleh: Daniel Kaligis


Gambar: Perahu sandar di dermaga dan para penjemput.


TIADA pemberita di sana, tukang tulis, tukang wawancara, sibuk memerhati politik di ibu negeri, di kabupaten. Manakala sandar di Liang Lolong, saja berjumpa anak-anak bercengkrama dekat perahu. Ada dua tiga mungkin lebih penjemput dengan sepeda motor, wajah penuh tanda tanya, namum senyum mereka niscaya lebar.

Berapa tahun silam datang, kemudian menulis beberapa peristiwa kecil: ‘Pantar, Siapa Gentar’. Berita dari seberang yang kini tertimbun peristiwa, Astri. Cari namanya di lembar berita. Kosong. Coba dengan kata kunci lain, ada. Topiknya tentang ‘tersangka baru’.

Di sini, gelombang berderai pelan menggapai pantai, memecah di beton dermaga, membawa sisa lamun putus, tumbuhan berbunga laut dangkal, ke tepi pasir putih.

Awal tahun adalah saat di mana kita bersua hijau dan berbagai rona di sana. Hujan menyiram alam yang selalu berkemarau panjang pada kumpulan nusa di timur Indonesia itu. Perahu nelayan ditampar angin dan gelombang, terdampar di Australia. Di selatan nusa, siklon tropis mengancam, ada peringatan dini. Saya mengutip dari media asing, kemudian memuat artikel itu di BANGUN-INDONESIA.COM: Gelombang setinggi empat meter hingga enam meter berpeluang terjadi di perairan barat Lampung, Selat Sunda, bagian selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Pulau Sawu, Kupang, dan Pulau Rote. April 2021. O iya, saya memang ada di sana sekitar waktu itu, beberapa pekan di sana, kemudian ke Kupang dan lanjut ke Jakarta.

Malam di Liang Lolong Ponti, Lomboan, dan saya, makan di tepi pantai. Lampu-lampu samar di kejauhan, sekitar kami gulita, dan listrik memang nanti menyala malam hari. Saya membaca beberapa catatan, menulis sekian kata sebagai resume perjalanan, mengulang kutipan di cerita yang saya tulis bertahun lalu: cómo está, maligayang pagdating sa Albay, bermakna salam ketibaan.

Selamat datang di Albay. Aaaamboi, kita bukan di Albay. Tiba di Liang Lolong, bertualang sekian kilometer di Pantar, melewati Kabir dan deretan rumah jarang-jarang di sela hutan pantai. Namun Albay mengingatkan sesuatu. Mayon terletak antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Filipina. Cómo está, maligayang pagdating sa Albay 1814. Memandang Camarines Sur di utara, masih mengenang erupsi yang singgah di jantung Legazpi. Mayon, gunung berapi aktif di provinsi Albay, Filipina — beberapa kilometer di selatan Mayon terletak kota Legazpi. Tercatat pada 01 Februari 1814 aliran lava mengubur kota Cagsawa, sekitar seribu dua ratus orang meninggal dunia.

Omong-omong soal pulau, kepulauan, erupsi, Albay, Pantar, dan Liang Lolong, teringat pulau Mauritius. Pulau itu berada di Mascarenhas di Samudra Hindia, kepulauan yang terdiri dari tiga pulau besar: Reunion, Mauritius, dan Rodrigues, serta beberapa pulau kecil di sekelilingnya.

Pulau Mauritius terbentuk sekitar sepuluh juta tahun silam oleh ledak vulkanis, puncaknya di Piton de la Riviere Noire. Secara geografis cuaca tropis di Mauritius dipengaruhi angin dari arah tenggara; musim dinginnya berlangsung dari Mei hingga November saban tahun, dan musim panas dari November sampai Mei. Angin siklon biasanya terjadi selama November-April. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Port Louis di bagian barat laut. Kota-kota penting lainnya adalah Curepipe, Vacoas, Phoenix, Quatre Bornes, Rose-Hill dan Beau-Bassin.

Tercatat Mauritius ditemukan Portugal tahun 1505. Dijajah Belanda tahun 1638. Belanda yang menamai pulau itu sebagai ‘Mauritius’ untuk mengenang Pangeran Maurice dari Nassau. Sepanjang abad Delapan Belas dikuasai Prancis dan disebut sebagai ‘Ile de France’. Manakala dikuasai Britania Raya, 1810, nama pulau itu dikembalikan jadi Mauritius. Tahun 1968 merdeka dengan pemerintahan republik, masuk dalam kumpulan Negara-Negara Persemakmuran tahun 1992. Terkait estorie hari ini, orang-orang di sana mengenang, 01 Februari 1835, perbudakan dihapus di Mauritius.

Jauh bertualang, padahal kita sementara membicarakan Liang Lolong. Di sana berkeliling. Saya singgah di pasar sepi. Perempuan-perempuan berdagang ikan dan telur ikan, menjemur ikan asin, bercengkrama dengan sesamanya. Bertanya nama, berfoto, bercerita.

Sandar di Liang Lolong mengenang senyum orang-orang serta keramahan, mangrove yang jarang-jarang di tepi dekat dermaga. Putih yang misteri sekeliling sunyi. (*)