Thursday, April 25

Jalan Lain Natal GCDS


28 Desember 2022


Alternatif dipilih meski beda tafsir, jalan lain itu tentang perdamaian – tutur di tanah kami menyebutnya sebagai maleos-leosan, masayang-sayangan, meilek-ilekan: berbuat kebaikan, saling mengasihi, dan saling memperhatikan…


Oleh: Daniel Kaligis


Gambar: Membaca salam damai dari kitab Markus.


SERAYA mengucap salam pada hadirin, Ruth Wangkai, aktivis Gerakan Cinta Damai Sulut (GCDS), mengajak Erny Jacob tampil membaca teks: “Pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.” Demikian Erny, mengutip sebagian yang tersurat di pasal dua kitab Matius. “Intisari pertemuan Natal keberagaman, di Tondano, 28 Desember 2022, akan kita terima dari refleksi setiap perwakilan yang hadir,” tutur Ruth, perempuan enerjik yang juga bergiat di Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT) itu.

Even keberagaman digelar di Rinegetan, kediaman Agus Basith, penganut Baha’i di tanah Minahasa. Acara dirayakan bersama ulang tahun istri ‘makawale’ itu, Basith menuturkan tentang kesatuan umat manusia. “Kita bersama yakini kesatuan umat manusia mesti didirikan. Misi bersama yang sama-sama dicita-citakan yaitu bumi damai.”

Sejumlah sahabat merekam, memetik gambar, bergambar bersama, mencatat resume dan hal-hal penting: Rikson, Jo, Sian, Jull dan lainnya. Ada paduan suara mengisahkan bahagia hidup rukun. Ada doa-doa, lirik menguatkan, ada jamuan disantap bersama. Sekitar lokasi, lalulintas tak terlalu ramai, pemukiman di kiri dan kanan. Sekian ratus langkah dari situ hamparan sawah dan rawa dibelah jalan, tersambung telaga tua di bayang mendung. Di sana berlalu awan cenderung berganti corak kelabu putih di deras angin sore. Ke utara berbelok arah Koya, pelancong lokal dengan ‘otooto’ menyemut sekian kilometer, bergerak tuju wanua-wanua.

Iswan Sual maju ke podium vis a vis hadirin, merefleksikan soal pembawa damai, dan tentang hubungan baik. Natal, damai, ajaran bagi semua manusia, untuk semua kepercayaan. “Maria perlu jadi tokoh, berikutnya Yesus, tokoh sentral, bersama torang dapat ‘tampias’ sukacita dalam perayaan ini,” kata Penghayat Lalang Rondor Malesung (LAROMA) itu.

Umat Hindu di Minahasa, diwakili I Dwi Budi Medhawinata, mengucapkan salam Natal, merefleksikan keselarasan antarkepercayaan. Berikutnya John Sumanti dari komunitas Kristen tampil dan bilang bahwa perbedaan adalah kekuatan. Menyusul Mardiansyah Usman menutur tentang hidup bertaqwa. Dia dari Lesbumi Nahdlatul Ulama.

Tajamkan visi, Denni Pinontoan mengingatkan Gerakan Cinta Damai Sulut, merajut cerita Zoroastrian bijak, para magi dari Timur, yakni orang-orang Persia kuno yang gemar astrologi datang pada juruselamat bumi. “Padahal Yesus itu tokoh kemanusiaan semua umat manusia, dikenal semua bangsa – yang nanti di suatu masa diklaim kepercayaan tertentu,” begitu Pinontoan menyambung isu bumi plural dan damai, juga tentang tema ‘Jalan Lain’.

Orang-orang bersalaman, semua terlihat senang sepanjang acara berlangsung. Jalan lain, menendang perseteruan perang. Demikian, berdamai walau beda keyakinan, beda tafsir. (*)