Sunday, November 24

Susastra

Jejak di Bulawan Bersama Momais
Advertorial, Susastra

Jejak di Bulawan Bersama Momais

17 Januari 2022 Oleh: Anugrah Pandey Editor: Bobby Sambeka GENTUSAN rangsang animo, bertemua berbagi berlatih menulis gencar berlangsung di Bumi Totabuan bagian Timur. Aksi tersebut motori Komunitas Momais saat melakukan pelatihan di desa Bulawan, Kotabunan, Bolaang Mongondow Timur. Perjumpaan Momais bersama para penulis ternama Sulawesi Utara ini, memantik sejagat pengetahuan. Ketua Komunitas Momais, Mat Rey Kartoredjo mengatakan, meski digelar sederhana tentunya mereka sangat senang dan merasa bangga, sebab mereka diberikan pengetahuan tentang menulis oleh jurnalis senior. “Kehadiran Bung Daniel Kaligis, Rikson Karundeng dan Jamal Rahman dalam diskusi Momais ini sangat luar biasa. Tentunya kami merasa sangat berterima kasih dan mengapresiasi para penulis ternama ini,” ucap Kart...
Kopi dan Dongeng Ular
Susastra

Kopi dan Dongeng Ular

16 Januari 2022 Orang-orang di Wanua menyebut ular sebagai loloi, orang-orang Aborigin mengenal ular hitam dengan sebutan ooyu-bu-lui. Orang-orang Aborigin berkeyakinan ular hitam sangat berbisa. Orang-orang di Wanua mengeja ular hitam sebagai Setang atau Setan. Orang-orang di Wanua, minum kopi, berdiskusi, menepis ketakutan pada ular. Oleh: Daniel Kaligis Editor: Parangsula Gambar: Minum Kopi di sabua – di Kimuwu. Foto: Dera Liar Alam DIKIRA, ular makan tanah, makan abu. Mel memeriksa tanah gembur, tangannya memburu avertebrata merah ungu menyusup ke dalam liang seukuran tubuhnya. Hewan itu, walau badannya sudah kena pacul dan putus, tubuh tak berdarah. Oleng, papanya Mel, mengayun cangkul beberapa depa di depan Mel. Tangan Mel cekatan, bongkah tanah berikut dibongkarny...
Menggambar Wajahmu dengan Debu
Susastra

Menggambar Wajahmu dengan Debu

10 Januari 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro AKU mengingatnya kembali, saat hujan ingin membangunkan dirimu, angin membuatmu tertidur, hujan itu, hanya dalam mimpiku, saat ini. Aku melihatmu pada daun-daun kering yang jatuh, waktu telah luluh, dan seberkas cahaya pagi yang aku simpan dalam sudut mataku. Mungkin kau bisa mengenangnya, bila ingatanmu bukan lagi utuh tentang diriku, pesanmu. Pohon akasia yang kau pilih dengan paku, meninggalkan rindu, kau kerat pohon itu, menjadikannya perlambang perasaanmu. Dua burung gelatik mengintip dari ujung dahan, dan terbang dalam lamunan. Dengan mengenangmu, kau temukan diriku sesuatu yang tak ingin kuberi arti, serupa pecahan waktu yang menyelinap pada ruas-ruas tubuhku, dan jalan angin yang lain me...
Pasar Plural dan Mulia
Guratan, Susastra

Pasar Plural dan Mulia

01 Januari 2022 Pernah menerakan sajak dekat lokasi itu: Sekitar Linnouw Lake, berapa tahun silam adalah belantara, hutan seho, ladang jagung, palawija, ilalang, dan pinus. Surga awan-awan berganti saturasi di bening hijau. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Mulia dengan latar Alfa Omega Tower di waktu senja. TANAH dan tumbuhan hijau, lambang kesuburan: orang-orang boleh menyaksikan itu ada di Wanua sepanjang tahun, saban musim. Penghujung tahun, hasil tanah subur itu lebih limpah masuk pasar rakyat. Ketika datang di tanah leluhur, saya singgah di situ. Pasar lebih ramai dari hari biasa, saban ujung tahun begitu. Ritual foto saya mulai, dan bertanya apa saja yang terbersit di benak pada mereka yang rela menjawab. Orang-orang mencari kebutuhan dan ...
Milu di Lereng Mapuneng
Budaya, Guratan, Susastra

Milu di Lereng Mapuneng

29 Desember 2021 Sejuk di sini kekal meski di musim kemarau. Ada saat angin badai menekuk tetumbuhan jagung, patahkan dahan ranting, namun harap terus ditabur dibaharui, semangat para tou di wanua. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Makawale – Ladang jagung di bayang mendung Mapuneng – Ladang berlatar Mahawu & Masarang - foto: dax. DI DANGAU, wale kanaramen ne tou Remboken, yakni pondok di kebun, kami menikmati sore sejuk di Teneman nan kian dingin. Jimmy, Ferra, Jessy, Angky, saya. Kami disuguhi kopi di gelas tinggi, aroma khasnya menggoda indra penciuman. Cairan itu diseruput dari tepi gelas hangat, lalu uapnya dihembus menjauh. Adri, sang makawale, pemilik dangau, menunjukan butir-butir hasil panennya seraya bercerita. “Di situ, di sebelah at...
Memikirkan Aceh di Hari Tsunami
Guratan, Review, Susastra

Memikirkan Aceh di Hari Tsunami

26 Desember 2021 Lebih dari setahun sesudah gempa dan tsunami, kehidupan sebagian besar orang Aceh masih teramat berat. Tempat-tempat penampungan korban bencana atau pengungsi masih tersebar di sejumlah lokasi. Perekonomian lokal belum pulih… Selama konflik bersenjata di Aceh, kebanyakan berita di media Jakarta memuat pernyataan pejabat sipil maupun militer Indonesia, bukan menjadi penyambung lidah warga, jauh dari mengungkap fakta… Berada di Aceh membuat kami memahami betapa rentannya perdamaian. Oleh: Linda Christanty Penulis adalah sastrawan dan penulis Editor: Dera Liar Alam Gambar: Aceh Tsunami Museum site visit/ wikimedia SAYA tidak mampu mengingat tanggal dan bulannya, tetapi peristiwa itu terjadi di Aceh pada 2006. Seorang lelaki berumur sekitar 60-an berjongkok sambi...
Semalam di Kuranga
Econews, Editorial, Guratan, Susastra

Semalam di Kuranga

22 Desember 2021 Susastra tua ada di teks, ada di dialog khas orang-orang Wanua: mereka ada dalam ruang, ada di jalan-jalan, ada di pasar-pasar. Dan, manakala susastra itu terlontar dalam dialog mereka, boleh jadi hal itu berlangsung tanpa sadar, spontan. Saya menyebut itu 'kanaramen'. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Malam di batas Kakaskasen MEMBACA kabar ibu kota, menikmat isu di sekitar. “Kemang Raya sore ini, banjir. Sudah tidak dapat dilalui kendaraan. Super parah.” Begitu ditera Kafi Kurnia di beranda metaverse-nya, Senin, 20 Desember 2021. Obrolan banjir, longsor, abrasi, segala bencana jadi biasa di mana-mana tempat di bumi. Apa hubungan cerita banjir di ibu kota dengan situasi di Kuranga? Bagaimana pertaliannya – banjir dengan sastra? Angga...
Ponirin Terpenjara
Susastra

Ponirin Terpenjara

15 Desember 2010 Kepada duo Ponirah Terperah dan Ponirin Terpenjara: semoga persahabatan kita tak mengenal ruang dan waktu… Oleh: Nita Tjindarbumi DI MANA kau letakkan harga dirimu sebagai lelaki Ketika kau tak berdaya memperjuangkan kata hati Atau, telah kau gadaikan kelelakianmu demi pundi-pundi? Ini luka batin menahun yang kau pendam Yang kau biarkan menganga dan membusuk di jiwamu Tersenyumlah, kau tahu cara lari dari penjaramu Jakarta, 15 Desember 2010 Kasih dalam persahabatan, sayang dalam kebersamaanlah yang mendorongku menulis ini.
Anak-Anak dan Hujan
Opini, Susastra

Anak-Anak dan Hujan

21 November 2021 Oleh: Daniel Kaligis OBROLAN dengan kawan, namanya Alicia, 2018. Ketika itu, ibukota negara, menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, April adalah awal kemarau, dan puncak dari musim itu ada di Agustus hingga September. Berdua kita bicarakan hujan. Genangan air masih ada di mana-mana. Alicia minta foto hujan. Saya, sibuk sejumlah pertemuan tanpa arah, walau memberi dua link foto tentang hujan pada Alicia. Hari ini, ketika saya coba membuka halaman foto, yang saya jumpai adalah pemberitahuan: “Sorry, this content isn't available at this time.” Di bilik lain, dengan #Delta88, dia dan saya bercerita panjang lebar di selasatu kampung di ibukota, Gelora. Jl. Asia – Afrika, Tanah Abang. Di lahan milik Agung Podomoro Group itu membahas pekerja mogo...
Diorama Rindu
Susastra

Diorama Rindu

Path 17 Oleh: Dera Liar Alam Laut… Lanciare in Alto Gelombang dan langit, Sajak purba yang terus mendebur Walau enggan kita catatkan