
29 September 2025
Terkenang suraro, mereka yang berkelahi hingga tuntas. Lepas. Bebas. Bertahun silam, soul ayah saya ada di sekitar tanah ini, hendak menuju East Asia, Formosa: Tanah di mana saya mencatat ‘Memanah Formosa dari Siam’, di depan National Stadium, Bangkok.
Sekitar 1984, obsesi ayah saya kuat untuk bersua Joop Warouw, karena menurut penuturan kawannya sesama Permesta, bung Joop masih hidup di pulau 180 kilometer dari timur China. Walau kakinya sempat tertembak, Joop ada di sana dengan kaki pincang. Entah! They said if Taiwan has it, Shihlin has it: salam kabar malam kesiangan, pujasera, arcade video, dance, hip hop, lorong berjajar etalase, bar, fashion, tontonan. Mimpi pecah, tanah pelarian zaman silam dalam sajak-sajak fisika…
Nyaku koffie, menelisik dongeng beruang hitam Formosa bertapa di barat laut, penyamaran angsa dari negeri ribu nusa, lalu senyum kakumu beraroma vodka, berlabuh di dermaga Keelung di mana deras menampar tebing lemba liar kitari Sandiaoling, bersua di Tamsui, tuju samudera, berlayar jauh ke ujung bumi.
Oleh: Daniel Kaligis
Gambar: Laskar KRIS – Foto koleksi Wailan Langkay – repro by dax
Berapa kampung dibakar,
nyala-nya menyaru senja,
Lebih merah…
Ratakan, to’o-token,
Ratatotok…
Badan basah peluh di Basaan
Suraro melintas padang tandus,
tak pernah kembali
Hampar ilalang Toulour
Gerilya politik hari ini
Moraya merayu-rayu Basaan
Dipetik dari artikel ‘Gerilya sang Gerilya’ di daxfreewill, 09 November 2018