Friday, November 22

Telah Sampai pada Pagi


03 April 2022


Oleh: Arman Yuli Prasetya
Penulis adalah Penulis
Tinggal di Bojonegoro


AKU hirup malammu yang gelap hanya berhasta dari keremangan cahayamu. Di jari-jariku yang kecil tak ada air yang mengalir, sungguh serupa angin kau sibakkan wajahku. Kau ayunkan waktu, aku terlontar dalam sepi, di hening ini aku jumpai satu persatu keterasinganku. Begitu lumurnya diriku.

Hanya bayang, tak lagi bayangan dalam hujan. Aku terpekur dalam ukuranmu. Aku meraba-raba dalam jengkal yang tak lagi aku temui. Hanya jarak yang semakin asing, semakin nyaring. Bila nanti, di suatu pagi yang tak bisa kukenali, kau dan aku hanya duduk, tertunduk. Kayu-kayu telah lapuk tak ada lagi ukuran untuk timbangan. Aku berharap bisa memandang wajahmu, hanya wajahmu.

Seperti yang dikabarkan hujan pada angin, seperti yang didengungkan kumbang pada bunga, aku hanya bagian dari yang berlalu dari waktu yang semakin menderu. Lalu cahaya itu merambat pelan dari embun yang pelan-pelan tanggal dari daun.