Tuesday, November 19

Tag: Remboken

Bangkit itu Bangun dan Berkarya
Advertorial

Bangkit itu Bangun dan Berkarya

16 Mei 2022 Oleh: DAX Gambar:  Family Gathering K3M, Minggu, 15 Mei 2022. RUANG penuh pengunjung dan ramai: nyanyi, ujaran, bertemu bersalam-salaman. Minggu, 15 Mei 2022, teturunan Kawanua di Makassar bersua dalam ‘Family Gathering’ di Gedung Serba Guna (GSB) GPIB Immanuel Makassar. Acara ini dirangkaikan dengan Paskah umat Kristen 2022. Tomy Karundeng dari podium memandu acara. Tembang dilantunkan. Pdt Doni Ngala, selalu Penasihat dan Pengurus K3M, mengulang semangat kebangkitan itu, “Falsafah kita ‘Si Tou Timou Tumou Tou’, saling menghidupkan, membangkitkan semangat sesama perantau. Jangan saling ‘tumongko’. Apa itu tumongko? Torang so tau samua itu depe arti,” urai Ngala seraya menerangkan supaya umat tidak saling memotong, saling sikut, dan supaya kita semua bangkit menja...
Milu di Lereng Mapuneng
Budaya, Guratan, Susastra

Milu di Lereng Mapuneng

29 Desember 2021 Sejuk di sini kekal meski di musim kemarau. Ada saat angin badai menekuk tetumbuhan jagung, patahkan dahan ranting, namun harap terus ditabur dibaharui, semangat para tou di wanua. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Makawale – Ladang jagung di bayang mendung Mapuneng – Ladang berlatar Mahawu & Masarang - foto: dax. DI DANGAU, wale kanaramen ne tou Remboken, yakni pondok di kebun, kami menikmati sore sejuk di Teneman nan kian dingin. Jimmy, Ferra, Jessy, Angky, saya. Kami disuguhi kopi di gelas tinggi, aroma khasnya menggoda indra penciuman. Cairan itu diseruput dari tepi gelas hangat, lalu uapnya dihembus menjauh. Adri, sang makawale, pemilik dangau, menunjukan butir-butir hasil panennya seraya bercerita. “Di situ, di sebelah at...
Kabasaran ne Tou Rinembok
Budaya

Kabasaran ne Tou Rinembok

2017 Foto: Youdy Mamahani Sanggar Seni Tou Rinembok Sumber Teks: Tarian Kabasaran, INDONESIA Kaya KABASARAN is a traditional Minahasan war dance from North Sulawesi in Indonesia. It is performed by several men clad in red costumes, wielding a sword with a shield or a spear. The dancers are called Kawasalan, which implies imitating like a pair of fighter cocks. The word Kabasaran is derived from kawasalan. The dancers work daily as farmers and guards of the Minahasan villages, but serve as Waraney (warriors) if the village is attacked. According to Minahasan custom, the weapons and status of Waraney is hereditary. The Kabasaran dance is performed exclusively by men of Waranei lineage. (*)
Bersorak di Hujan Mei
Estorie, Guratan, Susastra

Bersorak di Hujan Mei

15 Mei 2020 Oleh: Daniel Kaligis Pencipta membikin awan, angin, badai, hujan: seperti itu teks bercerita masa lampau. Kita bersua tuhan-tuhan dalam teks, menemu nyonya-nyonya berkelekar dosa… Kenangan tahun silam, 2020, membuncah hari ini: 2021. BERAPA jenis bumbu dalam keranjang diletak dekat tungku tanah liat merah, di situ berserak bara api puluhan tahun silam di kampungku yang masih dijejali pagar bambu. Tetangga saling meminta jagung, talas, umbi, merica, kemangi, kunyit, kemiri, daun gedi, dan garam. Saat itu, mimpi-mimpi masa depan dipahami sebagai sesuatu yang ortodoks, ortho doxa. Kawan diskusi saya, Wailan, mengirimi saya tembang untuk dinikmati, ‘Spirit in the Sky, Norman Greenbaum’. Saya, ambil gitar, memain dawai-dawainya. Menekan tuts-tuts keyboard tua di meja kerja, menc...
Opo-opo dan Opo
Budaya, Politik

Opo-opo dan Opo

04 Desember 2019 Lulu o lulu, tundekkenney, nate ni kalekek… — Cuplikan syair entah siapa penciptanya. Leluhur kami menyanyikannya untuk memulai tutur, mendaur cerita, membikin takut. Waktu berganti, abad bergulir, dan bibir terasa kumal menembangkannya hari ini. — Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Editor: Philips Marx Gambar: The Last Exorcism Part II – sumber VARIETY 23.11 PM MERAMPUNG bait-bait tulisan, seraya menikmat ’21 Bridges’ – film laga Amerika produksi Joe dan Anthony Russo, hadir di sinema-sinema tanah air. Saya di Cinema21 TSM pada kursi E-15. Separuh malam tuntas di ujung November 2019. Lalu, kenang menerawang manakala memulai artikel ini awal tahun 2010 di Jakarta. Di layar masih mengalir adegan memicu andrenalin. Letus mesin pembasmi, da...
Secangkir Kopi dari Pendeta untuk Sang Jenderal
Estorie

Secangkir Kopi dari Pendeta untuk Sang Jenderal

02 Maret 2019 Secangkir kopi hangat disajikan seorang pendeta, Ds. A.Z.R. Wenas kepada sang jenderal menyambut perdamaian yang lama dinanti... Oleh: Denni Pinontoan Penulis adalah penulis, mengajar di IAKN Manado Editor: Daniel Kaligis Artikel ini dikutip dari: kelung.id APRIL tahun 1961 di Tanah Minahasa. Tepatnya di sebuah kampung bernama Woloan, Tomohon. Saat itu hujan rintik-rintik. Udara agak dingin. Hari itu tanggal 11 April 1961. Seorang pemimpin gereja terbesar di Minahasa, Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM), Ds. A.Z.R. Wenas tampak hadir berada di antara para perwira militer, baik dari pihak Perjuangan Semesta (Permesta) maupun TNI. Seorang di antaranya adalah Jenderal Hidayat. Ds. Wenas lalu bertanya kepada sang jenderal mau minum apa. “Een kop koffie, Dominee,...