Thursday, December 19

Tag: Rakyat

Ditangkap, Demokrasi Terceraiberai
Editorial

Ditangkap, Demokrasi Terceraiberai

28 April 2024 Bertahun silam kami berdiskusi membincang demokrasi yang memang soalnya ribet berliku mengumbar judul ‘Kegamangan Mutahir di Pundak Proposal Miskin’, ketika itu tahun 2010… Potret tanah, demikian rakyat yang bergeliat di atasnya. Tak ada ganti untung, tak ada ganti rugi, tetap tercerai. Tuhan-tuhan berkuasa bersuara berpesta merayakan manusia tercerai dari mimpi-mimpi. Leluhur mungkin nanton dan tak mungkin direkam keberadaannya… Oleh: Daniel Kaligis Gambar: tangkapan layar – gusur demo PROPOSAL cemas kebangkrutan moral diinterupsi berkali-kali, “Saya sudah pernah bilang, bahwa demokrasi sudah mati, tak usah lagi percaya pada sistem atau doktrin produk dunia feodal. Saya juga setuju dengan para ‘Arifin Kiri’, bahwa negara adalah ilusi — tak perlu kita hayati neg...
Candu Impor Beras Sekotak
News, Opini

Candu Impor Beras Sekotak

12 Maret 2024 Memberi pujian pada diri ‘katanya’ itu memberi pada makhluk lain di luar diri sendiri, boleh jadi pada tetangga atau siapa saja di sekitar yang membutuhkan – sebab harta bertambah, tumbuh, berkembang, maka berbagi hasil tumbuhan di alam: buah-buah, biji-bijian, hasil ternak, mineral yang berguna, hasil dagang, niaga, dan seterusnya. Ada hukumnya, syariat – aturan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya… Oleh: Dera Liar Alam BERKAWAN dua tiga empat, terpantau mata dua: penjaja kotak, ‘penunggu duduk’ dengan tangan terjulur genggam mangkuk berbahan plastik – berapa depa dari titik itu ada ‘penunggu lain’ dengan wadah penyimpan entah tas entah berkas. Kotak lalu terisi, kemudian berunding di sudut, kata meluncur datang sekujur dan waktu nan mujur. Masih sama di la...
Pandemi: Proyek Panik
Budaya, Esai

Pandemi: Proyek Panik

06 Maret 2024 Oleh: Daniel Kaligis Babad yang tak sempat disajikan saat pandemi merebak, anda boleh menikmatinya di lain kesempatan, walau pengalan-penggalannya mungkin telah anda baca dalam artikel berbeda atas nama siapa atau atas nama saya. Begini tersurat: Torang manyanyi – love is all that I can give to you, love is more than just a game for two . . . Sudah dicatat, global financial crisis, billions of human beings living below the poverty line, thousands dying needlessly from war, malnutrition or easily curable diseases and thousands more dying. Maar, history pernah dibongkar-bangkir semau orde, semau kepentingan yang bersarang dalam kuasa para penindas... ILUSI berlayar dalam badai, pandemi ini perang. Walau, kita dapat menelisik pertalian soal hari ini dari ‘benang merah...
Perahu Iklan
Foto Pilihan, Susastra

Perahu Iklan

29 Oktober 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Satu mendayung PROMOSI itu pepohon kemiri cengkih pala vanilla – dan bumbu rempah kunyit jahe yang berbaris di tanjung di gunung dekat teluk, bayangnya ada di air, di riak yang didiamkan badai gelombang. Suatu siang teduh anak-anak memancing, melompat menerkam ikan-ikan termuat dalam jala yang dibentuk lingkaran kecil dalam perahu. Suara nyaring, sorak. Di sana satu jam, dua jam, detak-detak patah waktu berhari-hari menanti senja pulang mengaburkan jingga yang singgah di samudera. Berlaksa zaman silam perahu-perahu didorong derap dayung satu-satu, anak-anak negeri pecinta tualang laut, satu mendayung, dua mendayung, semua mendayung, menangkap satwa-satwa dan membumbuinya dengan lada, sahang… Nyaring sorak: satu mendayung, semua men...
Kabut di Seberang Laut
Foto Pilihan, Susastra

Kabut di Seberang Laut

29 Oktober 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kasir siapkan bill PEPOHON kuning itu cerita kemarau. Kabut bermain di atas laut, hembus asapmu yang ditangkap perekam. Namun kamera enggan bicara. Hanya kapar mengambang di atas meja bertata sisa-sisa sia-sia setelah semua diabadikan untuk abai, sebab sampah lebih nyata di depan perdebatan panjang tentang hal yang itu-itu saja. Kabut di seberang laut dan asap dihembuskan perbincangan. Rakyat itu politik yang dipermainkan sampah ayat-ayat konstitusi. Diam. Perekam memelintir kabar raut tertawan senyum menawan, kasir menyodor bill dan beberapa cangkir berwarna: untuk sajian berita murka perdebatan teramat panjang yang dibawa di jalan pulang, di rest room, di kasur, dan seterusnya. Lalu pagi memulai, asap dan pohon kuning. Bercamp...
Birahi Kuasa Dinasti Lupa Etik
Editorial

Birahi Kuasa Dinasti Lupa Etik

18 Oktober 2023 Lupakan saja, sebab birahi kuasa itu sungguh sementara meninggi dan akan terus dipertontonkan, dipertahankan dengan sejumlah argumentasi. Drama ini yang dikunyah pemirsa di mana saja, jadi gunjingan di berbagai tempat, namun kekuasaan tidak lagi malu pada berbagai soal. Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Diberi tanda DRAMA sidang direcoki sejumlah tafsir, rakyat penontonnya. Gugat, cabut, dibantah, batal, ditunda, disetujui. Ruang uji gaduh, ruang tafsir ricuh, sekian lama tarik-ulur: beda pandangan, beda pendapat. Karena kita akan terus mengulang pesta nista pembohongan rakyat, maka, cara apa saja terus digeluti, asal rakyat bingung: Eksploitasi kuras habis – kiat ekonomi pembangunanisme meninggalkan setumpuk besar perkara derita miskin isi kepala, miskin badan, m...
Pagi Usang, Begitulah Tuan
Susastra

Pagi Usang, Begitulah Tuan

05 September 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kenangan pandemi yang rapuh di meja periksa. SUNYI pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Berita semacam buram. Berhalaman-halaman membincang bungkam: batu-batu, jalan di kampung kami praksis penghisapan berkali-kali kampanye menumpuk wajah kusam orang-orang bermindset seragam menadah telapak meminta jatah sumbang pembangunan. Sunyi pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Plural diadu pilkadal - pilih kadal - menelurkan jurang: Rakyat bertengkar keyakinan, tukang sihir bertelanjang di panggung pandemi, mengobral data penghuni miskin yang dimodifikasi sensus isi perut isi kamar isi hati. Sunyi pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Alasan realokasi. Sistem seperti lahan gersang Rakus air rakus cuan...
Nabi Membunuh Kota
Editorial, Esai

Nabi Membunuh Kota

18 Juli 2022 Kepentingan regulasi mencengkram siksa rakyat. Demikian para nabi dirindu mewakili sesuatu harap, asa rakyat tertindas. Kemudian, lahir dia berproses, katanya wakil dari perjuangan hak-hak. Ternyata, nabi mendakwa yang diwakilinya dengan todongan uang. Sajak Kelana: Elang Pratapa & Dera Liar Alam Gambar: Bayang-bayang kota dan nabi PERSINGGAHAN persinggungan kami adalah nama jalan yang ramai di berbagai kota. Nama itu bangsawan, raden, jenderal perang zaman revolusi, dan panglima. Maka, bersahut kami. Hutan menggemakan teriak itu di lurah curam, membawanya bersama arus sungai-sungai, jeram. Suatu waktu di hari terik, pedagang kaki lima dipinggirkan. Mereka bilang, “Ini penataan kota, ini penertiban.” Dipinggirkan dengan cara usir, rombak. Reruntuhannya berbe...
Virus Genius dan Bandit Minyak
News

Virus Genius dan Bandit Minyak

15 Februari 2022 Konsumen ‘panic buying’, begitu kata kabar berita. Kalau harga PCR dipermainkan — “Mau PCR yang ekspres? Ada, delapan ratus ribu.” Rakyat pengguna bertanya ke siapa alasan kenaikan harganya? Mau menyoal daya beli? Jawaban macam-macam. Lalu, rakyat pasrah. Pembela orang miskin mingkin sedang tidur. Jangan-jangan sistem sudah dikuasai para bandit rupanya… Oleh: Daniel Kaligis Editor: Parangsula Gambar: Penjual minyak goreng eceran di Pasar Sawah. NANYA ke Pipit, “Ada minyak goreng?” Dia jawab, “Belum masuk.” Lanjut bertanya, “Kapan masuk?” Dia menjawab santai tanpa memerhati orang yang bicara dengan dia. Matanya tertuju ke layar di depan jidatnya. “Tidak pasti,” ujar Pipit. Pipit itu bukan jenis burung, dia pegawai ritel modern di Jl. Sungai Poso. Kamis, 10 F...
Tersingkir Bela Rakyat
Budaya, Opini

Tersingkir Bela Rakyat

22 Juli 2021 Oleh: Gatot Sugiharto Penulis adalah aktivis Ketua Umum APRI Gambar: Potret Pengusiran MASIH banyak oknum pemerintah yang hobinya sengaja mempersulit rakyat yang berinovasi atau menerapkan teknologi modern. Dugaan saya, mereka nggak mau ketahuan bahwa anggaran pemerintah sudah dihamburkan untuk ‘mengembangkan’ teknologi ‘usang’.  Mereka memang nggak mau rakyat Indonesia maju!  Mereka menganggap rakyat itu harus bodoh, miskin, dan hidupnya susah. Semboyan lama juga masih mereka terapkan: ‘Kalau rakyat bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?’ Kasihan para pegawai pemerintah yang benar-benar ingin membantu rakyat, biasanya malah tersingkir. (*)