Tuesday, November 26

Tag: Indonesia

Terminal Rajekwesi
Susastra

Terminal Rajekwesi

21 Januari 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro SATU AKU INGIN MEMULAI, memulainya kembali: Bila langkahku berjalan ke gerbang hari ini, di sana aku hirup kembali udara yang dulu, sembari membayangkan wajahmu. Masa itu, angin dan cahaya bersekutu menyentuh wajahku membangun lorong-lorong waktu pada pandanganku, menuju padamu. Namun namamu, seperti kapuk yang terbawa angin, dari pohon randu tua yang tak berhenti menyesali diri. Mengapa waktu tak ingin berhenti untukku? Bila kapuk telah pergi dan aku tiada dikenalnya lagi. Aku hirup udara pagi. Sambutlah aku, sambutlah bila kau masih mengingatnya. Di jalan Veteran aku ingat sepi yang dulu, angin yang malas melepasku. Kini aku kembali, di mana dirimu, dirimu yang dulu? Di jalan Veteran ini, aku r...
Hollandia 1910
Estorie, Susastra

Hollandia 1910

19 Januari 2022 Ngarai, sungai, rawa ditumbuhi pepohon sagu. Mata airnya ada di Pegunungan Cyclop. Numbay dan Anafri bertemu, bermuara di Teluk Numbay. Mata angin sejarah menarik ditelisik, para petualang telah datang, mampir dan menetap, lalu ingin merebut. Dirangkum dari berbagai sumber. Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Dawn - Port of Jayapura, dipanah dari Aston. SUATU pagi di Bay of Bau O Bwai. Nyanyi rindu mengalun di antara kabut, puncak gunung-gunung, dan semerbak rimba. Berapa zaman berlalu, seperti menyeruak Nuuk, San Jose, Songkhla, Puerto Princesa, Quezon City. Bukan, bukan Greenland, bukan Kosta Rika, bukan Thailand, bukan Filipina, bukan di sana. Ini Papoea, ini di Jayapura. Tualang Ynico Ortis de Fretes dengan armadanya San Juan, 1545. Dalam pel...
Para Pembela
Estorie, Guratan

Para Pembela

18 Januari 2022 Peradaban seperti sungai, seperti udara, mengalir. Di bagian-bagian tertentu, di kelok sunyi dia memantulkan kekinian, fatamorgana. Tiang-tiang, menara, pepohon dihempas badai, bergoyang-goyang, mungkin diam. Awan, langit, tanah, lumpur, debu, darah. Ruang kosong itu ada dalam benak, diisi para pembela… Peradaban ditahan-tahan, berganti, mengalir, ditanam, dipunahkan, digoyang-goyang: perang, isu, kertas berharga, digit-digit, digigit kode, dikunyah lapar, dihisap haus, serakah… Oleh: Daniel Kaligis Editor: Parangsula Gambar: Anak-anak di Borgo, Tombariri, bermain lompat karet gelang riang gembira. KETAKBENARAN itu juga jalan berduri. Entah jalannya sepi, entah ramai. Walau dianggap tak berselaras dengan jalan dan cara yang diduga difatsir benar — jalan sunyi ...
Jejak di Bulawan Bersama Momais
Advertorial, Susastra

Jejak di Bulawan Bersama Momais

17 Januari 2022 Oleh: Anugrah Pandey Editor: Bobby Sambeka GENTUSAN rangsang animo, bertemua berbagi berlatih menulis gencar berlangsung di Bumi Totabuan bagian Timur. Aksi tersebut motori Komunitas Momais saat melakukan pelatihan di desa Bulawan, Kotabunan, Bolaang Mongondow Timur. Perjumpaan Momais bersama para penulis ternama Sulawesi Utara ini, memantik sejagat pengetahuan. Ketua Komunitas Momais, Mat Rey Kartoredjo mengatakan, meski digelar sederhana tentunya mereka sangat senang dan merasa bangga, sebab mereka diberikan pengetahuan tentang menulis oleh jurnalis senior. “Kehadiran Bung Daniel Kaligis, Rikson Karundeng dan Jamal Rahman dalam diskusi Momais ini sangat luar biasa. Tentunya kami merasa sangat berterima kasih dan mengapresiasi para penulis ternama ini,” ucap Kart...
Berlatih Berbagi Momais
News, Opini

Berlatih Berbagi Momais

13 Januari 2022 Menulis  riang gembira… Tertawalah untuk akronim judul yang selalu dipolitisi regulasi negara, BBM. Sebab kita terlahir politis, dan punya hak-hak politik yang dibawa sejak kita semua keluar dari dalam rahim bunda yang suci mulia. Sebab menulis adalah juga pilihan politik. Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Luak di Tanjung, di sisi Laut Maluku DEPAN pintu kamar, di ruang bawah, menghadap meja untuk sarapan: piring, gelas, sendok, garpu, air bening dingin, ikan asap, dabu-dabu lilang – aroma jeruknya menggoda, nasi mengepul. Membaca berita silam ‘kawan-kawan berbagi, berlatih’. Di ruang ini, almanaknya sudah lewat sebulan tidak diganti, penunggu rumah sibuk menyambut tamu. Saya menunggu kawan perjalanan. Trip dimulai, 11 Januari 2022, dari Jl. Cor...
Menggambar Wajahmu dengan Debu
Susastra

Menggambar Wajahmu dengan Debu

10 Januari 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro AKU mengingatnya kembali, saat hujan ingin membangunkan dirimu, angin membuatmu tertidur, hujan itu, hanya dalam mimpiku, saat ini. Aku melihatmu pada daun-daun kering yang jatuh, waktu telah luluh, dan seberkas cahaya pagi yang aku simpan dalam sudut mataku. Mungkin kau bisa mengenangnya, bila ingatanmu bukan lagi utuh tentang diriku, pesanmu. Pohon akasia yang kau pilih dengan paku, meninggalkan rindu, kau kerat pohon itu, menjadikannya perlambang perasaanmu. Dua burung gelatik mengintip dari ujung dahan, dan terbang dalam lamunan. Dengan mengenangmu, kau temukan diriku sesuatu yang tak ingin kuberi arti, serupa pecahan waktu yang menyelinap pada ruas-ruas tubuhku, dan jalan angin yang lain me...
Pasar Plural dan Mulia
Guratan, Susastra

Pasar Plural dan Mulia

01 Januari 2022 Pernah menerakan sajak dekat lokasi itu: Sekitar Linnouw Lake, berapa tahun silam adalah belantara, hutan seho, ladang jagung, palawija, ilalang, dan pinus. Surga awan-awan berganti saturasi di bening hijau. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Mulia dengan latar Alfa Omega Tower di waktu senja. TANAH dan tumbuhan hijau, lambang kesuburan: orang-orang boleh menyaksikan itu ada di Wanua sepanjang tahun, saban musim. Penghujung tahun, hasil tanah subur itu lebih limpah masuk pasar rakyat. Ketika datang di tanah leluhur, saya singgah di situ. Pasar lebih ramai dari hari biasa, saban ujung tahun begitu. Ritual foto saya mulai, dan bertanya apa saja yang terbersit di benak pada mereka yang rela menjawab. Orang-orang mencari kebutuhan dan ...
Milu di Lereng Mapuneng
Budaya, Guratan, Susastra

Milu di Lereng Mapuneng

29 Desember 2021 Sejuk di sini kekal meski di musim kemarau. Ada saat angin badai menekuk tetumbuhan jagung, patahkan dahan ranting, namun harap terus ditabur dibaharui, semangat para tou di wanua. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Makawale – Ladang jagung di bayang mendung Mapuneng – Ladang berlatar Mahawu & Masarang - foto: dax. DI DANGAU, wale kanaramen ne tou Remboken, yakni pondok di kebun, kami menikmati sore sejuk di Teneman nan kian dingin. Jimmy, Ferra, Jessy, Angky, saya. Kami disuguhi kopi di gelas tinggi, aroma khasnya menggoda indra penciuman. Cairan itu diseruput dari tepi gelas hangat, lalu uapnya dihembus menjauh. Adri, sang makawale, pemilik dangau, menunjukan butir-butir hasil panennya seraya bercerita. “Di situ, di sebelah at...
Memikirkan Aceh di Hari Tsunami
Guratan, Review, Susastra

Memikirkan Aceh di Hari Tsunami

26 Desember 2021 Lebih dari setahun sesudah gempa dan tsunami, kehidupan sebagian besar orang Aceh masih teramat berat. Tempat-tempat penampungan korban bencana atau pengungsi masih tersebar di sejumlah lokasi. Perekonomian lokal belum pulih… Selama konflik bersenjata di Aceh, kebanyakan berita di media Jakarta memuat pernyataan pejabat sipil maupun militer Indonesia, bukan menjadi penyambung lidah warga, jauh dari mengungkap fakta… Berada di Aceh membuat kami memahami betapa rentannya perdamaian. Oleh: Linda Christanty Penulis adalah sastrawan dan penulis Editor: Dera Liar Alam Gambar: Aceh Tsunami Museum site visit/ wikimedia SAYA tidak mampu mengingat tanggal dan bulannya, tetapi peristiwa itu terjadi di Aceh pada 2006. Seorang lelaki berumur sekitar 60-an berjongkok sambi...
Semalam di Kuranga
Econews, Editorial, Guratan, Susastra

Semalam di Kuranga

22 Desember 2021 Susastra tua ada di teks, ada di dialog khas orang-orang Wanua: mereka ada dalam ruang, ada di jalan-jalan, ada di pasar-pasar. Dan, manakala susastra itu terlontar dalam dialog mereka, boleh jadi hal itu berlangsung tanpa sadar, spontan. Saya menyebut itu 'kanaramen'. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: Malam di batas Kakaskasen MEMBACA kabar ibu kota, menikmat isu di sekitar. “Kemang Raya sore ini, banjir. Sudah tidak dapat dilalui kendaraan. Super parah.” Begitu ditera Kafi Kurnia di beranda metaverse-nya, Senin, 20 Desember 2021. Obrolan banjir, longsor, abrasi, segala bencana jadi biasa di mana-mana tempat di bumi. Apa hubungan cerita banjir di ibu kota dengan situasi di Kuranga? Bagaimana pertaliannya – banjir dengan sastra? Angga...