Tuesday, January 14

Sajak Jejak


12 Januari 2025


Alternative perlindungan itu adalah terus melawan. Kata, telah sekian lama dimodifikasi jadi firman, tiap kritik dianggap melawan negara. Padahal kaum, menanggung luka, menabung hutang tak pernah selesai, tak kunjung lunas…


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Jejak pasar tua di Wanua


KAKI tangan luka memar, badan luka memar, berdarah bernanah.
Begitu, manakala pesta dihentikan.

Namun pesta tidak pernah berujung: terus bersambung
Menyabung sabung
Tikai dirancang sistem, lalu ditaruh di titik-titik Wanua.

Pesta, jalan-jalan ditutup.
Negara berdiri jauh, melindungi diri dengan ayat-ayat dari gurun.
Anak-anak berkelahi adalah ladang di mana aparat boleh memanjangkan tangan-tangan suap, penangkapan berbayar, supaya penonton tau bahwa mereka bertugas dengan tambahan-tambalan karena gaji yang dibayarkan dari pajak rakyat itu tidak memadai soal urus negara.

Pesta, berhenti jalan dipalang suruhan kaki-tangan aparat.
Ternyata berdiri di tanah sendiri juga harus bayar sewa. Demikian kisah pesta tanah-air yang batas tanahnya telah disorong-sorong. Airnya telah privat supaya haus lebih kejam dari harga bahan bakar.

Begitu kaki.
Begitu jejak.
Jejak-jejak telah ditimbun regulasi kian korup, kian berdaki.



Gambar: Patung memeluk, menyembah patung


SUATU saat menulis sajak kuserap di raut jejak, wajah retak gemeretak

Subuh nan pucat oleh embun di bukit terjal di mana kita menyimpan air tanah dan rindu – di situ sajak-sajak kita ukir dengan pacul, waluku, keris, sabit, pedang, dan pula cakar-cakar gersang: di situ diam bukan emas, namun pengertian disulam leluhur tentang siapa-siapa mendiami riwayat seperti kau bentuk dalam memoar bebas merdeka puluhan zaman silam – begitu sajak kita adalah jejak-jejak pulang…

Suatu saat menulis sajak kukerat di raut tapak, kaki tangan luka memar

Malam nan benderang oleh mata mata mata nyala di mana kita berdansa tari nyonya tuhan dewi dewa – Di situ sajak-sajak terinjak ayat, pasal, regulasi, administrasi: di situ ramai adalah cemas, namun tarimu semakin lemas, bibir mengulum bibir lentur membentur batok-batok mindset – demikian demi sekian sajak kita adalah jejak-jejak ulang…

Suatu saat menulis sajak kulelap di raut murka, badan ditombak gulita….


12-01-24


Seri: Pesta Sastra Tanah Leluhur