Tuesday, November 19

Pembela Berani Bernurani


26 Juni 2022


Selalu, maju terus, berdiri teguh jangan goyah…!!


Oleh: Emmy Sahertian
Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika


PROFESIONALITAS seorang pembela keadilan adalah bagaimana hati nuraninya menjadi dasar pembelaan dan membuatnya bijak dalam melakukan keputusan etis, cerdas dalam mengelola perilaku.

Hati nurani itu merupakan bingkai atau frame yang akan membentuk ilmu pembelaan, yang dipelajari secara kognitif agar menjadi alat pengungkap kebenaran untuk keadilan: mestinya hal itu terpeta dan tersimpan dengan baik dalam memori, melahirkan keputusan etis perilaku pembelaan yang berani dan  mumpuni.


🖇 Baca artikel terkait: Pantar, Siapa Gentar


Karena perilaku merupakan  perintah evaluatif dari memori.

Frame hati nurani ini tidak bisa direkayasa karena diciptakan oleh Tuhan dan ditempatkan di dalam hati kita – sesuatu yang ilahi. Tuhan memberikan kebebasan dan hikmat kepada manusia untuk menggunakannya dengan sebaik-baiknya.

Sayangnya manusia selalu kehilangan hikmat untuk menggunakannya karena menganggap ilmu yang dimilikinya itu menjadi andalan, dan akhirnya perilakunya justru kehilangan frame hati nuraninya yang ilahi itu.

Saya membayangkan bila memori para pembela ini berisikan ribuan teori ilmu yang dipelajari — semoga utuh dipahami — tapi  kehilangan frame hati nurani. Maka, akan menjadi tombol evaluatif pada perilaku dan  martabat.

Tentu nyali mereka akan ciut terhadap apa yang dinilai sebagai ancaman, atau justru perilaku pelecehan atau menganggap rendah sesama yang jelas berseberangan atau bahkan jadi korban.

Sesungguhnya yang dibela adalah dirinya sendiri, karena dia kehilangan keberanian ilahi itu. Seperti pada  peristiwa Golgota – para murid lari lintang pukang menghadapi ancaman dan penindasan. Tapi Yesus, sang pembela, tegar menghadapi kejahatan luar biasa itu karena Dia sementara menjalankan ‘tugas pembelaan’ kepada mereka yang mengalami ketidakadilan, bahkan ketika Dia merasa bahwa Bapanya meninggalkanNya. Dalam posisi itu, Dia tetap tegar menggunakan frame ilahi hati nurani untuk menuntaskan pembelaan dan penebusan, sekalipun nyawa menjadi taruhan.

Itulah model profesionalitas pembelaan dalam diri Yesus — mestinya hal ini — menjadi acuan para pembela keadilan yang pernah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Maju terus Aliansi Kemanusiaan. Berdiri teguh, jangan goyah.

Selamat hari Minggu. (*)