Friday, November 1

Melukis


27 Februari 2024


Suatu ketika ada acara mewarnai, anak-anak ramai di pelataran mall mereka memegang kuas dan pewarna. Langit kemarau, namun terik dihalangi bayang gedung di sekeliling. Di depan jalan juga ramai hampir macet, orang berbondong-bondong. Saya membidik kamera, merekam anak-anak yang gemar mewarnai medianya…


Oleh: Dera Liar Alam


ANDA SUKA lukisan, atau gemar melukis – saya iya, suka dan gemar melukis. Kenal dari membaca siapa itu Leonardo da Vinci (1452–1519), Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni (1475–15640, Raffaello Sanzio (1483–1520), Rembrandt Harmenszoon van Rijn (1606–1669), Johannes Vermeer (1632–1675), Claude Oscar Monet (1840–1926), Vincent Willem van Gogh (1853–1890),  Pablo Ruiz Picasso (1881–1973), Salvador Domingo Felipe Jacinto Dalí i Domènech (1904–1989): masih ada sejumlah nama dan kisah menginspirasi umat manusia tentang hidup dan karya, beberapa sudah saya catatkan. Dari membaca saya tahu bahwa Buonarroti adalah pelukis juga pemahat, dan pujangga. Dia seorang arsitek zaman Renaisans yang terkenal karena sumbangan studi anatomi dalam seni rupa.

Anda boleh berselancar dari berbagai literatur kebudayaan dan seni untuk bersua tokoh-tokoh yang saya sebut pada alinea pembuka di atas.

Kamar saya penuh lukisan: berapa tahun silam seperti itu. Dari ibukota media apa saja saya gambari, corat-coret, warna-warni, melukis diri sendiri dan pemandangan, membuat karikatur, kritik dalam gambar dan segala macam apa saja yang dapat saya ekspresikan. Ada di sudut ruang, digantung dekat potret ayah, ditumpuk samping lemari, di meja belajar, di mana saja. Gambar, lukisan, dipadu, huruf, inisial, kata, sajak, cerita, tentang realita semesta. Entah bagaimana situasi kamar itu sekarang ketika ditinggal sejak bertahun silam. Mengingatnya seperti masuk pada lorong waktu: saya menggambar dengan pensil, pena, kuas, arang, puntung rokok, dan dengan apa saja yang dapat memberi tanda – ada masa lukisan dihancurkan, dibakar jadi debu.

Kagok menyebut karya, walau saya punya beberapa, jejaknya boleh anda simak di mesin pencari: Trotoar Basah, ada sepotong cerita dalam karya gambar itu: nganggur berjejal-jejal, hutang kiri, hutang kanan, hutang di depan, hutang di belakang – di trotoar basah seorang pengamen berdiri bersama kawannya nyanyikan masa depan. Belum terlalu lama, 2022, saya melukis Bulan di Luar Pagar, menyimpan lukisan itu dalam memori komputer lalu lupa taruh di mana – padahal ingin sekali saya beerbagi cerita ini dengan ibu bila dia ada di sini. Tidak, di berada di alam lain, biar saja badai membawa kabar ini pada dirinya – ada dua paragraf saya rangkai jadi satu: “Malam ini purnama, dan ada gerhana bulan total, 08 November 2022. Dikabarkan pada ‘peta visibilitas’, fenomena ini terlihat di Samudera Pasifik dan sebagian besar Amerika Utara manakala bulan beranjak terbit di langit Australia, Asia, dan di ujung timur laut Eropa, hingga ketika terbenamnya bulan di Amerika Selatan dan Amerika Utara bagian timur. Saya dan Sual serta berberapa teman berdiskusi banyak soal, tentang peristiwa, hal-hal di sekitar kami. Mata menerawang, entah mengingat peristiwa ‘pelarangan’ yang sering dibuat di luar tafsir logika. Demikian Sual dan saya saat berdiskusi, berbagi perspektif. Saya coba membuka portal, membaca tulisan terkait ‘Maso’ Sico’o’.” Aaah, semoga saja ibu saya membaca cerita ini.

Ibu saya tidak tertarik pada hal melukis, dan tidak pernah mengajari saya menggambar dan melukis, bukan berarti dia tak suka keindahan. Mungkin karena belajar terbatas, pengaruh pada cara pandang dia, dia memang tidak bersekolah tinggi. Sedari saya mengenal huruf, ibu tak pernah melarang saya mencoret-coret buku yang pada zaman saya sekolah harganya lumayan mencekik bagi kami kaum miskin. Saya selalu dibelikan buku gambar, walau tetap saya mencoret di buku tulis dan di media lain untuk salurkan suka menggambar, melukis, dan menulis.

Menurut saya, betul yang disebut para ahli dan penasehat pendidikan, bahwa kegiatan melukis menyenangkan bagi anak-anak. Meliput kegiatan anak-anak melukis dan mewarnai saya jadi ingat beberapa artikel yang membahas tentang melukis dan manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Jola Sung, penasihat pendidikan di Affinity Education Group, menyebut bahwa anak-anak adalah komunikator yang efektif, dan melalui karya seni, anak-anak belajar mengekspresikan ide dan perasaan mereka.

Anda dapat membaca berbagai artikel terkait soal melukis dan kreativitas anak-anak. Di sini saya hendak menekankan saja, saya sepakat yang mana hal melukis dan menggambar berdampak positif pada perkembangan anak-anak. Hal mana kegiatan itu dapat meningkatkan kreativitas, memicu imajinasi, melatih otak, membangun kepercayaan diri, meningkatkan keterampilan sensoris, dan banyak manfaat positif yang berguna dalam memberdayakan anak-anak supaya mereka terampil dan semakin mahir dalam menjalani hidup mereka ke depan.

Merekam anak-anak mewarnai ketika itu seperti saya menjelajahi lorong waktu: ada anak-anak dan orang tua yang menjaga mereka, ada media, ada pewarna – waktu membawa kenangan gambar-gambar yang musnah terbakar. Namun, ternyata karya akan selalu hadir dan abadi sepanjang kita tidak pernah berhenti untuk terus mewarnainya. (*)