Tuesday, April 30

Mabuk Derita Palsu


20 November 2023


Oleh: Dera Liar Alam


POJOK kedai kopi modern – sejenis, dua berkawan lewati pintu kaca dan berhadapan tukang dagang, memesan minuman. Tersaji di wadah plastik wadah kertas di kiri rak – kemudian suara memanggil, nama dieja, “atas nama Fely.” Di ruang sama, saya sementara membaca daftar boikot massal.

Di kanan pintu masuk, lelaki muda duduk memainkan piano. Dengung penggalan sajak bermain dalam benak dan irama yang selalu saya lupa, seperti ini:

Some people want it all
But I don’t want nothing at all
If it ain’t you, baby
If I ain’t got you, baby
Some people want diamond rings
Some just want everything
But everything means nothing
If I ain’t got you, yeah

Ngulang dari awal:

Some people live for the fortune
Some people live just for the fame
Some people live for the power, yeah
Some people live just to play the game

Some people think
That the physical things
Define what’s within
And I’ve been there before
That life’s a bore
So full of the superficial

Bertahun silam suka genre contemporary soul, hanyut rasanya ketika tembang itu disuarakan

Alicia Keys. Masih suka hingga sekarang, di ruang berbatas kaca-kaca, di depan etalase ada lelaki setengah tua tertawa sendiri, tangan dia genggam gadget, sikunya menjepit botol air mineral. Bolak-balik dia, dan kembali tertawa seperti mengkhayalksan patung pajangan H&M yang letaknya vis a vis kedai kopi. Di sini, mengidentifikasi keyakinan itu ‘mungkin’ semudah menengok lalu berasumsi tentang cara orang berpakaian. Namun, mungkin saja asumsi itu ngaco. Kemarin sepanjang lebih empat jam berkelahi teori, terbaca hanya teori palsu – dongeng ribuan tahun yang jadi alasan sebab telah ditafsir dan telah dicocoklogi.

Hanya ingin memberi tanggapan kecil pada soal sepinya warung-warung modern: Baca cerita berita. Medio 2014, Starbucks pernah menegaskan bahwa kabar mereka mendukung Israel terkait isu dengan Palestina adalah kabar bohong. Seperti itu kisah menderas di awal November, insertlive.com menyebut, “Starbucks benar-benar kena imbas perang Israel dan Palestina. Brand kopi terbesar di dunia asal A.S. ini disebut-sebut mendukung Israel. Namun Starbucks sampai McDonald’s kini terkena dampaknya di Indonesia. Selain saham mereka anjlok, sejumlah outlet Starbucks kini sepi pengunjung di dua titik ibu kota dan kota penyangga.”

Tadi, dalam perjalanan dengan taxi online, kerabat saya bilang, “Coba lihat, sepi di situ sebab produk Amerika telah diboikot,” tutur Mor, sambil telunjuknya mengarah bangunan di sudut Sunset Quay. Sore hampir sunset, kami hanya memutar sekitar area pantai, tidak mampir, kendaraan pelan bergerak dan kembali ke keramaian kota, menuju mall. Saya membaca lembar berita, “Saham Starbucks Corp yang memiliki kode saham SBUX melemah 0,79 persen pada Senin, 13 November 2023 ke posisi USD 103,51. Demikian berdasarkan data Google. Saham Starbucks Corp berada di level tertinggi USD 104,23 dan level terendah USD 102,96. Seiring koreksi saham Starbucks Corp itu, kapitalisasi pasar saham tercatat USD 118,27 miliar. Sepanjang lima hari terakhir, saham Starbucks Corp susut 0,66 persen menjadi USD 103,51. Sedangkan selama satu bulan terakhir, saham Starbucks Corp melonjak 10,53 persen.” Begitu ditulis di liputan6.com.

Coba diskusi dengan mesin pencari – ini hasilnya: Hoax produk Israel Starbucks adalah sebuah isu yang beredar di media sosial yang mengklaim bahwa Starbucks, sebuah perusahaan kopi asal Amerika Serikat, mendukung Israel dalam konfliknya dengan Palestina. Isu ini mendorong banyak orang untuk melakukan boikot terhadap produk Starbucks dan menghindari mengunjungi gerai-gerainya.

Namun, apakah benar bahwa Starbucks mendukung Israel? Menurut hasil pencarian web yang saya lakukan, tidak ada bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa Starbucks memiliki hubungan atau keterlibatan dengan Israel. Berikut adalah beberapa fakta yang dapat membantah isu tersebut: “Starbucks tidak memiliki gerai di Israel sejak tahun 2003, ketika mereka menutup enam gerai yang ada karena alasan komersial. Starbucks tidak pernah menyumbangkan uang atau produk kepada Israel atau organisasi yang terkait dengan Israel. Starbucks tidak pernah menggugat serikat pekerja yang mengunggah dukungan untuk warga Palestina di media sosial. Gugatan tersebut dilakukan oleh perusahaan lain yang bernama Starbucks Manufacturing Corporation, yang tidak berhubungan dengan Starbucks Corporation.” Anda dapat melengkapi data-data ini dengan data-data serta pengetahuan anda, dengan verifikasi berbagai sumber terpercaya tentunya. Saya menemukan ini sekilas di tirto, kumparan, liputan6, insertlive, dan berbagai kanal pemberitaan.

Ilmu cocoklogi telah merambati logika pengetahuan, merasuki tafsir, merantai kebebasan manusia. Mari kita telisik apa itu: Cocoklogi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu cara berpikir yang mencoba menghubungkan antara suatu kejadian, peristiwa, atau fenomena dengan sesuatu yang bersifat mistis, takhayul, atau konspirasi. Cocoklogi biasanya tidak didasarkan pada fakta, logika, atau bukti ilmiah, melainkan hanya berdasarkan asumsi, dugaan, atau kepercayaan pribadi. Cocoklogi sering kali digunakan untuk meneguhkan pendapat atau teori yang tidak dapat dibuktikan secara rasional atau saintifik.

Padahal, mesin waktu telah menempatkan siapa saja pada ‘masa depan’ tanpa mampu menghindar. Walau paham cocoklogi menindas dan dapat menimbulkan kesalahpahaman. Cocoklogi tanpa verifikasi itu kekeliruan, atau hoax, karena tidak mempertimbangkan bukti-bukti yang bertentangan atau menyatakan sebaliknya. Cocoklogi dapat menghalangi pembelajaran efektif, karena tidak mau menerima kritik atau pendapat lain yang lebih masuk akal. Cocoklogi dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, karena dapat menimbulkan prasangka, kebencian, atau konflik.

Berikut ini ada beberapa contoh cocoklogi yang sering muncul di media sosial adalah: orang-orang coba mengaitkan nomor urut calon presiden dengan angka-angka yang dianggap berkah, seperti angka satu yang dikaitkan dengan jari menunjuk saat sholat. Ada juga yang mengaitkan peristiwa alam, seperti gempa, banjir, atau gunung meletus, dengan tanda-tanda akhir zaman atau hukuman dari Tuhan. Pembaca pemirsa ada yang mengaitkan karya sastra, puisi, novel, atau cerpen, dengan fenomena dan gejala yang terjadi dalam kehidupan nyata, tanpa memperhatikan konteks atau maksud penulis.

Sebagian orang masih menghubung-hubungkan berita dan informasi yang tidak disukai dengan teori konspirasi. “Tuhan segera datang,” katanya. Ternyata yang paling pasti tiba adalah lapar haus dan segala tuntutan kehidupan, misalnya, listrik yang sering padam namun biayanya tak pernah turun, selalu membebani pikiran. Orang-orang memaki, menggerutu, tidak kuasa mencipta terang bagi diri sendiri.

Di pojok kedai, saya membuka halaman kominfo: paling atas tercatat – hoax MUI keluarkan fatwa haram membeli produk Israel. Membaca berita seumpama derita, begitu banyak yang mabuk karena menelan semua informasi tanpa verifikasi.

Begitulah, saya coba mengeja dalam mindset suara piano yang tadi terdengar dengan pronunciation yang saya sukai, walau ajaib dan terdengar agak aneh: some people live for the fortune – some people live just for the fame – some people live for the power, yeah – some people live just to play the game…

Mabuk kabar palsu jadi derita berkepanjangan yang tenggelamkan pengetahuan dalam yakin semu. (*)

2 Comments

Comments are closed.