Friday, November 22

Imigrasi


21 Juni 2022


[Haibun]


Oleh: MiRa Roe
Penulis adalah sastrawan penulis


Gambar: Rembulan di senja hari, Amstelkade – 25 Mei 2010


Di balik cadar
Mulutnya komat-kamit
Begitu pucat
Hidangan makan malam,
berisi kepedihan

Ah…, kisah pahit,
tak bisa lupa
Beranjak dari duduk,
Dia terhuyung-huyung.
Tak ada yang peduli.

Hari kerjanya,
dijerat krisis
Kemiskinan membukit
Kesenjangan sosial
Menuai kebencian

Kelahiran imigran diperbudak!
Uang dan kekuasaan menjadi bencana kejahatan manusia
Keindahan sayap kupu-kupu dicukur,
terkubur dalam usia kepompong.

Orang kaya tidak membayar tenaga kerja kita
Bunga uangpun hasil rampasan kekayaan alam,
yang dimiliki nenek moyang kita.
Kelaparan waktu tak pernah mati

Di kegelapan,
awan kelabu,
menyelimuti bulan
Tenang, menyapa aneh,
: “Jangan berdiri di angin!”

Memori matahari,
Hatinya surut
Mengalir kering
Keheningan membisu
Waktu mengalahkan kita.

Jiwa apatis
Keberuntungan,
sistem kapitalisme
Lintasan kehidupan
Menggali kuburannya

Kecemasan menggumpal
Miskin dan hina
Bercermin diri
Musim silih berganti
Ada saat melawan!

(*)


MiRa – Amsterdam, 20 Juni 2010