Wednesday, April 24

Tag: Dunia

Pandemi: Proyek Panik
Budaya, Esai

Pandemi: Proyek Panik

06 Maret 2024 Oleh: Daniel Kaligis Babad yang tak sempat disajikan saat pandemi merebak, anda boleh menikmatinya di lain kesempatan, walau pengalan-penggalannya mungkin telah anda baca dalam artikel berbeda atas nama siapa atau atas nama saya. Begini tersurat: Torang manyanyi – love is all that I can give to you, love is more than just a game for two . . . Sudah dicatat, global financial crisis, billions of human beings living below the poverty line, thousands dying needlessly from war, malnutrition or easily curable diseases and thousands more dying. Maar, history pernah dibongkar-bangkir semau orde, semau kepentingan yang bersarang dalam kuasa para penindas... ILUSI berlayar dalam badai, pandemi ini perang. Walau, kita dapat menelisik pertalian soal hari ini dari ‘benang merah...
Pagi Usang, Begitulah Tuan
Susastra

Pagi Usang, Begitulah Tuan

05 September 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Kenangan pandemi yang rapuh di meja periksa. SUNYI pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Berita semacam buram. Berhalaman-halaman membincang bungkam: batu-batu, jalan di kampung kami praksis penghisapan berkali-kali kampanye menumpuk wajah kusam orang-orang bermindset seragam menadah telapak meminta jatah sumbang pembangunan. Sunyi pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Plural diadu pilkadal - pilih kadal - menelurkan jurang: Rakyat bertengkar keyakinan, tukang sihir bertelanjang di panggung pandemi, mengobral data penghuni miskin yang dimodifikasi sensus isi perut isi kamar isi hati. Sunyi pergi berpasang-pasang Memecah tembikar pagi usang Alasan realokasi. Sistem seperti lahan gersang Rakus air rakus cuan...
Sarapan Mata Sapi
Budaya

Sarapan Mata Sapi

16 Maret 2023 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Menu kemarin pagi, belum pakai telur mata sapi. SELASATU budaya tertua umat manusia global yang masih tersisa hingga hari ini adalah sarapan. Journal of Physiological Behavior, 1999: seseorang yang rutin sarapan cenderung memiliki suasana hati lebih positif dan lebih tenang menjalani aktivitas sehari-hari. Lambung kosong semalaman, diakhiri dengan sarapan. Breakfast. Ayo sarapan, tetap semangat tetap merdeka. (*)
<strong>Langit Berlapis Tujuh</strong>
Sains

Langit Berlapis Tujuh

12 Maret 2023 Oleh: Dera Liar Alam Dicapas dari berbagai sumber DI ZAMAN SILAM orang-orang percaya bumi sebagai pusat alam semesta: Masyarakat Romawi percaya bahwa langit berlapis tujuh. Hal ini berkaitan dengan tujuh benda langit yang punya jarak berbeda. Benda langit pada zaman itu diamati cepat gerakannya dianggap lebih dekat jaraknya. Mereka menggambarkan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada lapisan langit berbeda dan benda-benda itu mengelilingi bumi yang berada di tengah-tengah. Di langit pertama ada Bulan, benda langit yang bergerak cepat sehingga di anggap paling dekat. Langit yang kedua ada Merkurius. Venus di urutan ketiga. Kemudian Matahari di posisi empat. Di langit kelima adalah Mars. Di langit keenam ada Jupiter. Di langit ketujuh ada Saturnus, bintang Zi...
Imigrasi
Internasional, Susastra

Imigrasi

21 Juni 2022 [Haibun] Oleh: MiRa Roe Penulis adalah sastrawan penulis Gambar: Rembulan di senja hari, Amstelkade – 25 Mei 2010 Di balik cadar Mulutnya komat-kamit Begitu pucat Hidangan makan malam, berisi kepedihan Ah…, kisah pahit, tak bisa lupa Beranjak dari duduk, Dia terhuyung-huyung. Tak ada yang peduli. Hari kerjanya, dijerat krisis Kemiskinan membukit Kesenjangan sosial Menuai kebencian Kelahiran imigran diperbudak! Uang dan kekuasaan menjadi bencana kejahatan manusia Keindahan sayap kupu-kupu dicukur, terkubur dalam usia kepompong. Orang kaya tidak membayar tenaga kerja kita Bunga uangpun hasil rampasan kekayaan alam, yang dimiliki nenek moyang kita. Kelaparan waktu tak pernah mati Di kegelapan, awan kelabu, menyelimuti bulan Tenang, menyapa aneh, : “Jangan berdir...
Qīngmíng Festival
Budaya

Qīngmíng Festival

05 April 2022 Di beberapa negara Asia, tradisi Qīngmíng menjadi ajang berkumpul anggota keluarga, mengingat dan menghormati leluhur. Dikenal juga dengan berbagai nama, ‘taqing festival’, ‘hari semua arwah’, ‘festival bersih terang’, ‘festival ziarah kuburan’, ‘hari menyapu kuburan’, ‘hari peringatan musim semi’. Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis Gambar: China Qīngmíng Festival – sumber foto: rove.me QINGMING dirayakan hari pertama dari lima terminologi Matahari. Secara tradisional terselenggara pada hari keseratus empat setelah titik balik Matahari musim dingin, atau hari kelima belas pada persamaan panjang siang-malam musim semi, sekitar 4 - 5 April. Hormati nenek moyang dengan melakukan perjalanan ke kuburan mereka. Kubur dibersihkan dari rumput liar, menan...
Medan Laga
Susastra

Medan Laga

20 Februari 2022 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro SATU IA BERANGKAT, didengarnya hembus angin, suara-suara yang datang padanya. Sepasang mata menatap dirinya. Perintah yang harus ditunaikan, pada hujan yang jatuh, ia akan menyimpan, bila kelak ia sampai pada suatu tempat, di mana gelap dan gelap menjadi batas pandangannya, serta cahaya yang tak pernah bisa ia lihat wujudnya, ia akan bercerita, pada medan laga ia berhenti dan memulainya. DUA RIMBUN belantara yang tak pernah di kenalnya, lembut kabut luruh, malam yang pekat, ia tajamkan pandangan, menampik dingin yang menggigilkan tubuhnya, berharap bila hujan berhenti, mengantarkannya pada pagi, kembali pada waktu, kasihku aku telah jauh padamu, pagi menunggu, rumah yang terbuka, serta pagar bun...
Musim Paceklik
Gaya Hidup, Guratan, Susastra

Musim Paceklik

Agustus 2012 Oleh: Daniel Kaligis Musim seperti saat ini sudah pernah dialami umat manusia di alam semesta, takut kiamat. Padahal kiamat sudah sekian kali terjadi di peradaban manusia: paling mudah diamati adalah berakhirnya manusia dan kemanusiaan karena tua, bukan karena usia, namun karena selesai, mati. Hanya saja, musim yang sekarang ditambahi propaganda ketakutan, kejahatan, dan berbagai ramalan buku tua yang tidak pernah dievaluasi dan diuji... BAGI kita, ada secarik lusuh, kertas peradaban yang tercecer di hutan hujan. Dan mari menghitung, demikian juga saya, coba mengalkulasi setelah kembali menuliskan kegamangan itu sekian kalinya tanpa bosan. Setelah lewat perayaan ulang tahun proklamasi negeri ini, — katanya buku sejarah begitu —, yang diperingati selalu mentereng setiap...