Sunday, November 23

Esai

<strong>Bola Menabrak Mata</strong>
Budaya, Esai

Bola Menabrak Mata

24 November 2022 Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Perempuan, kelamin yang dibola BELUM mulai pergulatan, kau sudah memilih kalah, menunjuk kaki-kaki lelah, patah. Biar saja, bendera-bendera tetap berkibar di tanah pemujanya diiring peluit panjang kebimbangan, orang-orang berlari mengejar gagasan pola, bola-bola menabrak sunyi. Bebas, bebas, bebaskan…!! Kelamin-kelamin berpasangan, bertutur pertandingan diulang tadi subuh. Matahari adalah lampu-lampu yang tidak kenal terbit-tenggelam, selalu nyala, bakar waktu. Bola-bola politik, menggelitik diusik berisik mengiris sisa-sisa harap yang miris. Kemudian, orang-orang terbanting diurusi regulasi negeri ngeri. Demokrasi katanya, urusannya investasi berdalih tukang tagih darah daging dan lendir. Darah, darah, darah, dar...
Kopi Nikmat Usai Hujan di Minanga Timur
Budaya, Esai

Kopi Nikmat Usai Hujan di Minanga Timur

19 November 2022 Paling tidak – nama – ‘Minanga Timur’ ada di dua lokasi di Sulawesi, selasatu ada di Nosu, Mamasa, Sulawesi Barat, berikutnya ada di Pusomaen, Minahasa Tenggara, di jazirah utara Sulawesi. Suatu sore mampir di wanua itu dan minum kopi nikmat sekali… Oleh: Daniel Kaligis Editor: Philips Marx RUMAH di kelok dusun, kami datang ke sana. Bangunan bertembok rendah menghadap arah matahari terbit, jalanan menikung, bukit, kebun dan hutan, langit mendung, gerimis satu-satu kian hilang sore itu. “Torang so hubungi Iko, ada di rumah dia,” ucap Rikson. Dan dari balik ruang, ada suara-suara semacam ritual penyambutan tamu. Seorang lelaki mengintai dari balik cermin tembus pandang, langsung keluar dari pintu menyambut ketika menyadari siapa yang datang. Yang mengintai itu, Ik...
Bulan di Luar Pagar
Esai

Bulan di Luar Pagar

15 November 2022 Para penghayat ‘Lalang Rondor Malesung’ di tanah Minahasa, sekali waktu dilarang lakukan ritual bulan purnama, ‘Maso’ Sico’o’, yang rutin mereka lakukan. Padahal, upacara bulan purnama dirayakan di banyak latar budaya di bumi, ritual itu sudah terjadi jutaan kali dalam siklus peredaran sang luna di cakrawala selama ribuan tahun.  Oleh: Daniel Kaligis Editor: Greenhill Weol ISWAN Sual, pemimpin ‘Lalang Rondor Malesung’ duduk di depan saya, kami bertukar pikiran manakala kelas ‘Menulis Naratif’ hari kedua usai. Sore jelang malam, langit di ufuk Kakaskasen senantiasa berkabut, lalu arak-arakan putih kelam itu perlahan menipis saat gelap turun. Diskusi tentang ajaran, tradisi leluhur masih dipinggirkan. “Berjuang supaya kolom agama di KTP kami tidak diisi dengan ...
Darah, Leluhur, dan Identitas
Budaya, Esai

Darah, Leluhur, dan Identitas

29 Oktober 2022 To, Tau, atau Tou – yang dalam terminologi Minahasa itu bermakna manusia, ternyata beragam, telah tercampur, dan semuanya asli… Oleh: Denni Pinontoan Penulis adalah penulis Mengajar di IAKN Manado Editor: Parangsula Sumber: Katanisme TAHUKAH anda warisan genetis apa yang mengalir dalam darah penyanyi asal Papua, Edo Kondologit? Menyimak hasil tes DNAnya, mungkin kita semua akan terkejut. Hasil tes DNA Edo oleh Lembaga Eijkman menemukan bahwa ada gen Taiwan pada darah yang mengalir dalam tubuhnya. Lalu bagaimana dengan Najwa Shihab? Dirinya sendiri terkejut, dan mungkin juga kita, gen Arab pada dirinya hanya 3,4 persen. Najwa Shihab memiliki 10 fragmen DNA dari 10 leluhur berbeda. DNA-nya didominasi gen South Asian dengan jumlah 48,54 persen. (selengkapnya anda ...
Langit Beracun Jingga
Budaya, Esai

Langit Beracun Jingga

23 Oktober 2022 Oleh: Dera Liar Alam DAN, dia telah membuka semua jendela: Asap menerobos ke taman, halaman sebelah dikosongkan berminggu-minggu silam oleh orang-orang berseragam pamong. Puang memanggil sopirnya, “Sule, Sule, Sule.” Sule hampiri Puang, rautnya datar menunggu perintah. Pintu mobil putih terkuak, jendela kaca diturunkan, surat-surat berhamburan diterpa badai terbang ke langit jingga… Pertapaan kita berbatas halaman tetangga yang sudah diusir. Dan, aku membuka jendela, menunggu selentingan yang hilang, gossip, desas-desus diam, suara timba merecoki sumur sudah sepi. Sule datang dari halaman lain memotong semak, menebang pohon, mengangkat sisa pagar, memindahkan loyang bekas wadah cucian, membanting loyang ke tembok. Burung-burung bubar, Sule pulang, langit jingga ...
Mengawal Sandiwara
Esai, Hukum & Kebijakan

Mengawal Sandiwara

18 Oktober 2022 Hubungan Brigadir J dan Putri Malu ada dalam struktur relasi kuasa dan cukup baik. Sebagaimana ia mematuhi perintah Pecatan Jenderal, begitu pula ia mematuhi perintah istri Pecatan Jenderal. Disuruh apa pun, harus mau… Oleh: Linda Christanty Penulis adalah sastrawan dan pegiat budaya Gambar: Kawal Sandiwara - DLA/ bangun-indonesia Teman-teman tercinta, Selamat pagi. Saya sengaja menulis kepada kalian di pagi hari tentang perkara yang membutuhkan pengawalan ketat kita dan seluruh rakyat Indonesia. PERKARA pembunuhan berencana Brigadir J mulai disidangkan di Jakarta. Para tersangka mulai melakoni sandiwara tahap berikutnya. Ketika seseorang sah ditetapkan sebagai tersangka, dalam hukum negara mana pun ia berhak berbohong sebanyak-banyaknya kepada hakim di ru...
Tak Ada Bugis dalam Sureq Galigo
Esai, Sains, Susastra

Tak Ada Bugis dalam Sureq Galigo

12 Oktober 2022 Bahasa 𝑆𝑢𝑟𝑒𝑞 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 adalah bahasa Luwu’ kuno dan 𝑆𝑢𝑟𝑒𝑞 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 adalah sastra lisan yang diciptakan bangsa Luwu’ di Sulawesi Selatan... Oleh: Linda Christanty Penulis adalah sastrawan dan pegiat budaya Gambar: Manuskrip Sureq Galigo abad kesembilan-belas Sumber foto: wikipedia.org SEBAGIAN orang menganggap 𝑆𝑢𝑟𝑒𝑞 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 atau 𝐼 𝐿𝑎 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 atau 𝐿𝑎 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 adalah sastra Bugis, meskipun epos tersebut faktanya adalah sastra lisan Luwu’. Saudari Nurhayati Rahman, filolog dan guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan, turut mengklaim 𝑆𝑢𝑟𝑒𝑞 𝐺𝑎𝑙𝑖𝑔𝑜 sebagai sastra Bugis dalam esainya, “Epos La Galigo: Huruf, Bahasa, dan Karya Sastra”, yang dimuat 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑎𝑠, sebuah koran di Jakarta, pada 30 September 2022. Esainya itu mempermasalahk...
Kesepian, Kisah Teman dan Diri Kita Sendiri
Esai

Kesepian, Kisah Teman dan Diri Kita Sendiri

10 Oktober 2022 …Maka kesepian yang warnanya buram itu pun merayakan kemenangannya dengan gelak tawa yang sunyi… Oleh: Dini Usman Penulis adalah pelukis dan penulis Gambar: Pemotret mencari sudut – Foto Dera Liar Alam KESEPIAN ini adalah warna bayangan dari cermin diri yang kelabu. Ibarat pisau ia berkarat dan tumpul. Bagaimana menghadapi perjalanan hidup yang tiap detik, menit, hari, minggu dan bulan hingga tahun berganti dengan perasaan yang terasa begitu sepi? Sebab ia karatan dan tumpul, pisau itu mesti diasah dengan perjumpaan pada siapa saja, pada entah apa saja. Barangkali di sana atau di sini, ada ruang kemungkinan akan terjadi. Kusamnya perasaan itu perlahan memudar. Begitulah harapan ini mesti disemai, jika tidak kesepian akan membunuhmu. Sebab hidup adalah piliha...
Eksplorasi Proposisi Peran
Budaya, Esai

Eksplorasi Proposisi Peran

23 Agustus 2022 Kebudayaan dalam segala dimensi, kalau memberi kesan abadi, justru akan dinegasi, dan kalau dianggap hancur dan tiada kepastiannya, justru menemukan bentuknya yang lebih tinggi. — diskursus kemasyarakatan & kemanusiaan Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis Editor: Parangsula Gambar: Kabasaran modify - pernah dianggap mengandung berhala TANDA masih ada, walau hendak dihapus, atau dibiar hilang. Bila pernah menyimak lebih dalam prilaku yang menjalar saat ini, yakinlah, bahwa, yang abadi dari ranah peradaban dan budaya itu hanyalah perubahan. Masa silam cuma obrolan gombal, dicita-citakan untuk diulang, walau ada banyak peristiwa berulang dalam kebobrokan, namun, manusia terus mencari dan menemu baru. Kekhasan, kemiripan masa silam, terpaksa m...
Nabi Membunuh Kota
Editorial, Esai

Nabi Membunuh Kota

18 Juli 2022 Kepentingan regulasi mencengkram siksa rakyat. Demikian para nabi dirindu mewakili sesuatu harap, asa rakyat tertindas. Kemudian, lahir dia berproses, katanya wakil dari perjuangan hak-hak. Ternyata, nabi mendakwa yang diwakilinya dengan todongan uang. Sajak Kelana: Elang Pratapa & Dera Liar Alam Gambar: Bayang-bayang kota dan nabi PERSINGGAHAN persinggungan kami adalah nama jalan yang ramai di berbagai kota. Nama itu bangsawan, raden, jenderal perang zaman revolusi, dan panglima. Maka, bersahut kami. Hutan menggemakan teriak itu di lurah curam, membawanya bersama arus sungai-sungai, jeram. Suatu waktu di hari terik, pedagang kaki lima dipinggirkan. Mereka bilang, “Ini penataan kota, ini penertiban.” Dipinggirkan dengan cara usir, rombak. Reruntuhannya berbe...