Tuesday, April 30

Antara Lambau dan Loji


11 November 2021


Oleh: Arman Yuli Prasetya
Penulis adalah Penulis
Tinggal di Bojonegoro


Gambar: Matahari sore, bunga, dan rumput liar.


Antara Lambau dan Loji,
Antara kebijakan dan kebajikan.

Dalam dingin aku merasa ada yang terhempas dalam angin,
kuikuti ke mana ia pergi,
adakah sesuatu yang ingin melukai?

Sebidang tanah lapang dipenuhi guguran daun dan bunga,
harum dan kering.

Enam butir embun mengayun pada dahan dan kelopak yang ditinggalkan.

Adakah sesuatu menyerupai duka yang terbenam?
Setelah berkicau burung-burung terbang,
meninggalkan kotorannya berjatuhan di tanah,
bunga-bunga merekah mendengar kicaunya,
hidup seperti bergairah,
pohon-pohon tumbuh melumat kotorannya,
hidup menjadi lebih tabah.

Tiga: dua helai rumput kering saling melingkar membentuk angka tiga,
dua lingkaran yang menyatu dan dua-duanya setengah terbuka,
menguap juga…

Ia datang dengan tergesa,
setumpuk persoalaan tampak pada kerut dahinya,
dua matanya sayu dan memerah,
bahunya terhuyung seperti wajahnya yang mendung.

Ia lepas topi yang menutup kepalanya,
gerah juga rupanya,
seperti angin tak menyentuh tubuhnya,
sesuatu yang membara tersembunyi dalam dadanya.

Ia seperti tak menentunya hari-hari,
ia mulai bercerita aku dengarkan saja,
ingin kutangkap nada dari suaranya tapi yang ada hanya sepi membajak hatinya.

Ia menguarkan cerita mulai A sampai dengan Z,
tak lupa titik dan koma terjatuh dalam segala rencananya,
tanda seru dan tanda tanya ia sebarkan di setiap kalimatnya,
untuk siapa?

Atas nama keindahan ia ditepikan,
karena keputusan telah diundangkan,
kebijakan telah ditegakkan,
tapi kini angin yang ia rasa begitu dingin,
hari tetap hari,
tapi waktu membuat ia sepi,
seperti sendiri.

(*)