Thursday, July 25

Alor Star, Alor, dan Amon


15 Juli 2020


Di Paliboo, saya belajar menutur Belagar, Denebang, Deing, Mauta, Lemma, Alor, Kabola, Abui, Kawel, Kemang, Kelong, Maneta, Wuwuli, Seboda, Malua, Kramang, Wersin, Kui. Vicky, kawan saya, punya banyak tutur tentang peradaban yang tersimpan ratusan tahun silam di sini.


Oleh: Daniel Kaligi


Gambar: Herderina menyeduh kopi di Bukit Gundul


DI SANA, negeri Kedah di Malaysia, ternama karena sejenis pohon buah kuning kemerahan, bueya micropholia. Itulah Alor Setar, masyur sebagai Alor Star, negeri sang Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, Perdana Menteri Malaysia Pertama.

Nun di sana, di Malaysia, negeri tetangga Indonesia. Jangan lupa, nama Alor ada di sini, di Indonesia. Menilik Indonesia, nama Alor sekarang itu tersirat erat dengan ‘Amon’, sang Pemimpin yang punya visi tentang Alor dan kerakyatan.

Seperti deras sejarah, Alor punya catatan panjang. Di sini, Alor, di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sejarah selalu mengulang perjumpaan di suatu masa, dan senja jingga memantul laut berkaca awan-awan elok: tertera sajak adalah api masa silam manakala gelombang menepi berulang hari ini. Lalu badai, derai kenangan, armada Victoria jauh di teluk. Antonio Pigafetta, ilmuwan dan penjelajah Venesia itu memandangi payung-payung anyaman pandan ada pada pulau-pulaumu — Januari 1522.

Alor Star di Malaysia punya Rekreasi Medan Peremba, Rekreasi Medan Merdeka, Taman Jubli Perak, Taman Jubli Emas, Taman Persisiran Tanjung Chali, dan Taman Persisiran Sungai Kedah.

Alor di Nusa Tenggara Timur – punya kemilau ‘mutiara’ di Indonesia. Tercatat, point interest wisatanya memang kemilau, laut sebening kaca, derai gelombang dihentar angin, terumbu karang dan biota laut yang memesona, membikin potensi laut Alor dikenal dunia. Taman laut Alor bersaing dengan point interest Kepulauan Karibia yang bersebelahan dengan Samudera Atlantik, di tenggara Teluk Meksiko.

Sebegaimana diketahui, bila anda datang ke Alor, anda akan berkenalan dengan delapan belas titik selam yang disebut Baruna’s Dive Sites at Alor, yakni: Baruna’s Point, Never-Never Wall, Cave Point, Barrel Sponge Wall, Mola-Mola Point, Night Snacks, Alor Expree yang dikenal juga sebagai Alor Dreaming, Rocky Point, Three Coconuts, Moving Pictures, Eagle Ray Point, Rahim’s Point, Tuna Channel, Anemone Country, Sharks Reeway, Octopus Garden, Captain’s Choice, dan The Refrigerator.

Selintas Alor, wilayah kepulauan di Nusa Tenggara Timur yang eksotik dalam Indonesia, menghias jalur pembangunan, lingkungan, budaya, ekonomi, dan pelayaran dagang internasional menuju Samudera Pasifik dan dunia.

Sedari 10 Juli 2020 saya ada di Alor. Mendatangi sejumlah point, gunung, hutan, pantai, setapak, jalan-jalan. Sejak tiba di bandara Mali, menyusur kota, sudah menikmat debur gelombang di pantai. Orang-orang berkisah pemanggil Dugong, bercerita panjang lebar tentang Moko dan upacara adat, Deere, Maimol, Mali.

Senin, 13 Juli 2020, saya bersua ‘Amon’, lengkapnya Drs. Amon Djobo di ruangnya, Jl. El Tari Nomor 10, Mutiara, Teluk Mutiara – Alor. Dia, Amon, mengutip visi, bahwa komitmen Pemerintah Kabupaten Alor dalam prioritas pembangunan daerah untuk wujudkan masyarakat kenyang, sehat dan pintar. Kenyang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar masyarakat melalui optimalisasi pembangunan sektor ekonomi – penguatan sktuktur pangan, kedaulatan pangan, dan seterusnya. Soal kesehatan, gizi buruk, menaruh perhatian pada kesehatan perempuan hamil dan bayi, serta jangkauan pelayanan kesehatan hingga daerah terpencil.

Amon bicara tentang cara. “Hal-hal ini yang saya kerjakan bersama rakyat yang menurut saya adalah filosofi hidup berkerakyatan dan berkemanusiaan. Pemimpin ada karena rakyat. Itulah sebabnya saya selalu menegaskan, bahwa orang kecil juga boleh jadi pemimpin, hansip saja boleh jadi bupati. Kita tidak butuh orang pinter untuk jadi pemimpin. Kita membutuhkan pemimpin yang merakyat dan dekat dengan rakyat,” kata Amon bersemangat.

Banyak soal yang dibahas pada ketika yang ringkas, dan ingin kembali bersua. Saya belajar mengakrabi Alor, petakan di Indonesia yang secara geografis berada di antara 125°48″ – 123°48″ Bujur Timur dan antara 8°6″ – 8°36″ Lintang Selatan.

Seraya mengingat bahwa, pemikiran dan pengetahuan pernah terkurung, atau sengaja dikerangkeng. Padahal, sedari dulu ingin menyinggahi di Alor. Saya membaca sejumlah situs, mengumpul data sekunder tentang Alor. Mengulang beberapa pertanyaan terkait soal kerakyatan dan pembangunan yang ada di Alor yang ‘katanya’ soal-soal itu terkait hal berkualitas, mandiri, produktif, sejahtera, sebab ada pemerintahan bersih berwibawa, berorientasi pada kepentingan rakyat ada di Alor. Sudahkah hal itu terwujud? Sementara berproses tentunya.

Di Takpala saya menanyai Novi yang lagi memesak di bale-bale dalam area Falafoka, yaitu rumah gudang. Ata bermain di sekitar Novi. Di halaman Takpala, Martinus Kafelkay mengajari saya memegang busur dan anak panah, menawari saya mengenakan busana tari perang seraya bertutur tentang Kapitang, sang Tama yang ahli berperang. Kami melinting tembakau, Martinus dan saya mempermainkan asap, saya lalu bertanya tentang ‘Amon’, Martinus menjawab saya dengan senyum lebar, “Iya, iya, dia sang pemimpin Alor.”

Ngobrol dengan Martinus seperti mengulang derap serdadu-serdadu menemu puing. Perang nan kelam sudah usai. Larra, Wulang, Neda, Addi, Hari, bahwa kita masih punya catatan teramat panjang untuk visi di Alor ke depan.

Mengutip komitmen pemerintah dalam prioritas pembangunan daerah untuk wujudkan masyarakat kenyang, sehat dan pintar. Kenyang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar masyarakat melalui optimalisasi pembangunan sektor ekonomi – penguatan sktuktur pangan, kedaulatan pangan, dan seterusnya. Soal kesehatan, gizi buruk, menaruh perhatian pada kesehatan perempuan hamil dan bayi, serta jangkauan pelayanan kesehatan hingga daerah terpencil. Berikutnya soal ‘pintar’. Soal ini yang saya singgung pada paragraf pembuka sebagai ‘belajar’. Iya, itu dia, belajar dan terus menguatkan pembangunan mewujud Alor kenyang, sehat, pintar.

Wawancara di Ruang Kerja Bupati Amon Djobo

Saya mengakrabi nama-nama, Aimoli, Alaang, Alila, Alila Selatan, Alor Besar, Alor Kecil, Ampera, Bampalola, Dulolong, Dulolong Barat, Hulnani, Lefokisu, Lewalu, O A Mate, Otvai, Pulau Buaya, Ternate, Ternate Selatan, Adang, Halerman, Kafelulang, Kuifana, Manatang, Margeta, Moramam, Morba, Orgen, Pailelang, Pintu Mas, Probur, Probur Utara, Tribur, Wakapsir, Wakapsir Timur, Wolwal, Wolwal Barat, Wolwal Selatan, Moru, Kelaisi Barat, Kelaisi Tengah, Kiraman, Kuneman, Lella, Maikang, Malaipea, Manmas, Padang Alang, Sidabui, Silaipui, Subo, Tamanapui, Kelaisi Timur, Alimebung, Dapitau, Fuisama, Fungafeng, Kafakbeka, Lakwati, Lembur Barat, Lembur Tengah, Likwatang, Manetwati, Nurbenlelang, Petleng, Tominuku, Welai Selatan, Belemana, Elok, Kolana Selatan, Maritaing, Maukuru, Mausamang, Padang Panjang. Aiiii, memang panjang yang harus saya hafal dan ingat.

Lanjut tentang nama-nama lokasi, desa dan kelurahan dalam Alor. Tanglapui, Tanglapui Timur, Kolana Utara, Air Mancur, Kamot, Kenarimbala, Lippang, Nailang, Pido, Taramana, Waisika, Alila Timur, Kopidil, Lawahing, Pante Deera, Kabola, Lembur Timur, Luba, Talwai, Tasi, Tulleng, Waimi, Kamaifui, Lakatuli, Mataru Barat, Mataru Selatan, Mataru Timur, Mataru Utara, Taman Mataru, Bana, Bandar, Baolang, Bouweli, Bukit Mas, Helandohi, Madar, Munaseli, Pandai, Wailawar, Kabir, Baraler, Baranusa, Blang Merang, Ilu, Kalondama, Leer, Piringsina, Allumang, Beangonong, Kalondama Barat, Kalondama Tengah, Kayang, Lamma, Marisa, Aramaba, Bagang, Delaki, Eka Jaya, Mauta, Muriabang, Tamak, Toang, Tubbe, Tude, Batu, Bunga Bali, Kaera, Kaleb, Lalafang, Lekom, Mawar, Merdeka, Nule, Ombay, Treweng, Maru, Pura Barat, Pura Selatan, Pura Tengah, Pura Utara, Pura, Kailesa, Langkuru, Langkuru Utara, Purnama, Adang Buom, Air Kenari, Fanating, Lendola, Motongbang, Teluk Kenari, Binongko, Kalabahi Barat, Kalabahi Kota, Kalabahi Tengah, Kalabahi Timur, Mutiara, Nusa Kenari, Welai Barat, Welai Timur, dan Wetabua.

Dari mengenal nama, beroleh persamaan julukan tempat di sejumlah lokasi di berapa tempat yang pernah saya kunjungi di Indonesia.

Pagi, 14 Juli 2020, saya menuju Maritaing. Ada tiga jam perjalanan dari Kalabahi. Mampir ngopi di Padang Panjang di warungnya Herderina Maure. Di situ, Herderina ditemani anak-anaknya, Albertina, Herusty, Ferdinand, dan Rely. Saya tanya apakah mereka beroleh keuntungan dari pembangunan jalan di wilayahnya Herderina, berapa kira-kira yang ia dapat dari menjual kopi dan jajanan di warungnya, apakah dia mengenal pemimpin di daerahnya. Ringkas Herderina, “Ada keuntungan dari warung kopi,” ujarnya. Dia juga cerita tentang lokasi di mana ia berjualan yang disebut Bukit Gundul, Padang Panjang.

Hingga sore masih di Maritaing, terik matahari, tumbuhan khas pantai, kerikil, jembatan yang menjurus ke laut, Timor Leste yang terhalang kabut, gelombang memecah. Presiden Indonesia, Jokowi, lewat kementerian terkait, berencana membangun Pos Lintas Batas Negara di Maritaing, nanti medio 2021.

Di Paliboo, saya belajar menutur Belagar, Denebang, Deing, Mauta, Lemma, Alor, Kabola, Abui, Kawel, Kemang, Kelong, Maneta, Wuwuli, Seboda, Malua, Kramang, Wersin, Kui. Vicky, kawan saya, punya banyak tutur tentang peradaban yang tersimpan ratusan tahun silam di sini.

Dia mengulang tentang Moko dan berbagai kegamangan isu. Kami menyusur tepian seraya mengambil gambar, membiarkan air asin menampar bekas jejak di pasir.

Ketika matahari turun, Drs. Amon Djobo menanyai saya, “Apa yang saya jumpai di Alor.” Saya bilang, ada sejumlah hal menarik, dan tidak cukup dalam satu artikel saja, tentang Alor dan Nusa Tenggara Timur.

Selintas Alor Star, Alor, dan Amon. Artikel ini akan bersambung tentang point-point menarik yang masih tersimpan di Alor.

Dunia di luar sana ada dalam kita. Kita semua, belajar dari pengalaman. Buka mata pada semesta, dari pengalaman dan belajar kita jadi mengerti ternyata perubahan adalah sesuatu yang kekal di alam. Dunia terus berbenah, belajar dari sejumlah pengalaman. Sebab ia, Alor, tanah di mana cita-cita terus bergelut dengan sejumlah realita, menemu berbagai keajaiban yang terus dikerjakan bersama rakyat. Di sana, di Alor. (*)

1 Comment

Comments are closed.