26 Januari 2022
Manakala masyarakat luas merayakan Hari Australia, 1938, orang-orang Aborigin mengenang itu sebagai Hari Berkabung, seratus lima puluh tahun dijajah. Suatu ketika, tenda-tenda Aborigin di pasang depan Gedung Parlemen, suara lantang diteriakkan, ‘Kami inginkan hak atas tanah, bukan hadiah’.
Tahun 2000, lebih dari tiga ratus ribu orang melintas Sydney Harbour Bridge, serukan rekonsiliasi nasional…
Oleh: Daniel Kaligis
Penulis adalah jurnalis penulis
Editor: Parangsula
Gambar: Aboestorie daxzart photowork
TELUK di pantai selatan. Laut biru, gelombang menabuh pesisir. Orang-orang Eora, yakni Cadigal, berdialek ‘Iyora’. Mereka menyebut tempat hidupnya di sana sebagai Warrane. Ada klan Gadegal tinggal di selatan dan barat semenanjung. Klan Wanegal ada di barat dan utara. Mereka menyatakan bahwa Eora berarti ‘dari sini’, ‘yura’ bermakna ‘manusia’, Iyura, Eora: Iyora atau Dharug, bahasa Aborigin yang pernah dituturkan namun telah punah, efek kolonisasi.
Wilayah Warrane, seperti tertera dalam tulisan di City of Sydney, menyatakan bahwa masyarakat tradisional Cadigal, yakni para Aborigin, menempati area yang — jika dilihat sekarang ini — membentang dari selatan Port Jackson ke Petersham. Pendatang Britania yang tiba kemudian menyebut orang-orang di sana itu sebagai Eora. “Ketika ditanya dari mana asal mereka, orang-orang itu menjawab: Eora, yang berarti ‘di sini’, atau ‘dari tempat ini’ dalam bahasa mereka,” begitu ditulis James Kohen di First and last peoples: Aboriginal Sydney.
Penelitian waktu radiocarbon, dicatat, Richard Macey, 2007, di ‘Settlers’ history rewritten: go back 30,000 years’, menunjukkan bahwa daerah Warrane, telah dihuni selama tiga puluh ribu tahun.
Sajak ini belum terdengar. “Di bawah bintang pari bercahaya, kita akan berusaha dengan jiwa dan raga untuk jadikan persemakmuran ini masyhur di persada dunia. Bagi mereka yang telah melewati lautan, kita mempunyai tanah yang luas, dengan keteguhan mari semua begabung memajukan Australia! Dengan gembira mari semua bernyanyi.” Itulah bait kedua ‘Advance Australia Fair’, lagu kebangsaan Australia. Dicipta komposer Australia kelahiran Skotlandia, Peter Dodds McCormick, pertama kali diperdengarkan tahun 1878.
Ratusan, bahkan ribuan masa sebelum pendaratan di Warrane, teluk itu ‘sunyi’. Tahan air dikelilingi samudera. Tercatat, di sana orang-orang Eora bergantung dari produksi laut, ahli navigasi dekat pantai. Mereka memasak dan makan di teluk dan pelabuhan di kano kulit kayu.
Januari 1788 — Armada Pertama Britania Raya, dipimpin Laksamana Arthur Phillip, berlayar dari Botany Bay merapat di teluk. Hari ini ada dalam kenang di zaman silam. Teluk jadi ramai, mengulang pendaratan Kapten James Cook, 1770, di Botany Bay. Kali ini, di Warrane, Laksamana Arthur Phillip, sebagaimana dicatat Discover Sydney, membawa serta dalam rombongan sebelas kapal memuat pejabat, militer, dan narapidana.
Mestinya, Laksamana Arthur Phillip diperintah untuk mendirikan pemukiman di Botany Bay, teluk besar dekat Warrane. Namun, di Botany Bay tidak menjanjikan penjangkaran aman ataupun sumber air segar yang terjamin. Putar haluan, Phillip menemukan semua itu di Warrane.
Pendaratan itu digambarkan Flora Eldershaw, 1938, dalam bait-bait berikut ini, di ‘Phillip of Australia’:
“Rasanya seperti memasuki surga di sore musim panas ketika konvoi laut melintas semenanjung coklat kelabu dan gersang menuju pelabuhan yang tak tersentuh – airnya sangat biru, pantainya tinggi dan berhutan tanpa terasa terjal, sekumpulan pulau, pantai berpasir, pohon-pohon bersinar di bawah matahari.”
“Tempat pemukimannya ialah Sydney Cove. Adalah bagian dari teluk-teluk kecil, dipilih karena memiliki air segar dan penjangkaran baik bagi kapal yang mendekati daratan. Pihak-pihak dari Gubernur telah mengosongkan tanah pemukiman di samping sungai, yang mencuri kesunyian di balik hutan yang sangat lebat, kesunyian yang kemudian untuk pertama kalinya sejak Penciptaannya, telah diganggu oleh suara bising kapak para pekerja.”
Warrane ditutur pendatang sebagai Albion, Laksamana Arthur Phillip menamainya Sydney. Demikian, Warrane yang dikenal dalam sejumlah zaman oleh orang-orang Eora, diganti menjadi Sydney Cove, seturut nama politikus Britania Raya, Thomas Townshend, 1st Viscount Sydney. Dia memegang beberapa jabatan penting kabinet pada pertengahan kedua abad ke-delapan-belas.
Sekarang, secara geografi, Sydney terletak di dua daerah: Cumberland Plain, sebuah daerah datar di selatan dan barat pelabuhan, dan Hornsby Plateau, sebuah plato batuan pasir di utara pelabuhan, dipisahkan lembah yang dalam. Bagian kota dengan pembangunan tua Eropa terletak di daerah datar di selatan pelabuhan. North Shore berkembang lebih lambat karena topografi berbukit dan sedikitnya akses menuju pelabuhan. Sydney Harbour Bridge dibuka tahun 1932 dan menghubungkan North Shore dengan seluruh kota.
Pertentangan, sampah, penyakit, kelangkaan, kelaparan, perang. Waktu bergeser, ada yang lengser.
April 1789, sejenis cacar merebak. Diperkirakan seribu orang Aborigin tewas karena penyakit itu di sekitar Broken Bay dan Botany Bay.
Bumbul Wuyan
Hening berabad-abad ganti rusuh sekitar Hawkesbury River, aliran di pesisir New South Wales, Australia. Hawkesbury River dan cabangnya mengitari Sydney. Sekitar Botany Bay hadir seorang pejuang, Pemulwuy. Dia Aborigin Australia keturunan Eora, diperkirakan lahir sekitar tahun 1750.
Pemimpin orang-orang Bidjigal, Eora, menetap dekat Botany Bay itu dijuluki Bumbul Wuyan, bermakna yang mewakili bumi dan burung gagak. Tahun 1790, Pemulwuy dan empat anggota suku Aborigin lainnya menombak John McIntyre yang dipercayai telah membunuh orang-orang Aborigin. John McIntyre adalah penjaga dan pengawas hutan Gubernur Philip. Dia tewas tewas. Dikirim petugas memburu Pemulwuy dan pengikutnya, tapi mereka menghilang.
Pemulwuy terkenal karena perlawanannya terhadap kolonisasi Eropa di Australia yang dimulai sejak kedatangan Armada Pertama, Januari 1788. Dia mengajak orang-orang Eora, Dharug, dan Dharawal untuk bergabung dalam kampanyenya melawan para pendatang.
Sang Gagak, julukan bagi Pemulwuy, dan pejuangnya menggunakan api sebagai senjata. Api dinyalakan, hancurkan pertanian, pagar, ladang, stok, rumah, dan suplai Britania. Serangan dibalas, Kamp Eora digempur manakala para lelaki pergi berburu. Di sana orang tua, perempuan dan anak-anak ditembaki. Tentara berpatroli melindungi wilayah pertanian dan pemukiman.
Battle of Parramatta meletus, 1797. Sang Gagak yang dianggap ‘carradhy’ itu mengamuk dengan seratusan pengikutnya – termasuk tahanan Irlandia yang kabur. Baku tembak, tujuh pelor menyasar badan dan kepala Pemulwuy. Terluka dia, dibawa ke rumah-sakit terdekat, lalu lari meloloskan diri.
Gubernur Phillip Gidley King inginkan kepala Pemulwuy. November 1801, King menawarkan hadiah bagi kematian atau penangkapan Pemulwuy. Dalam satu jebakan petugas patroli, Pemulwuy ditembak mati, 1802. Kepalanya dipenggal, disimpan, dan dikirim ke London kepada Sir Joseph Banks bersama surat dari Gubernur King yang menulis: “Walau dia penyakit buruk bagi koloni, tetapi ia seseorang yang pemberani dan independen.” Tedbury, anak dari Pemulwuy, meneruskan pemberontakan hingga tewas terbunuh, 1810.
Laste
Tercatat di Australian Encyclopaedia, 1926, sebagaimana juga ditulis James Kohen di First and last peoples: Aboriginal Sydney, dinyatakan bahwa pada tahun 1820 hanya terdapat beberapa ratus Aborigin di Sydney. Gubernur Macquarie memulai inisiatif untuk ‘menyatukan, mengkristenkan dan mendidik’ penduduk Aborigin dengan memisahkan mereka dengan klannya. Jabatan Macquarie sebagai Gubernur New South Wales adalah periode ketika Sydney diperbarui dari awal. Jalan, jembatan, dermaga dan bangunan publik dibangun para kriminal Britania dan Irlandia. Pada tahun 1822, Sydney memiliki bank, pasar, jalan raya dan kepolisian.
Secara khusus, pada dekade setelah Perang Dunia II, Sydney terus berkembang. Deras imigran Eropa dan Asia berjejal di metropolitan itu.
Apa kabar Aborigin? Di mana cerita orang-orang Eora, yakni Cadigal, berdialek ‘Iyora’. Tahun 2015, demonstrasi besar-besaran diadakan di seluruh Australia mendukung hak komunitas Aborigin yang terpencil untuk tinggal di tanah tradisional mereka.
Bumi bergelimang perkara. Penjajahan jadi soal sehari-hari. Seru laksana gelombang memecah di teluk, ‘bebaskan mereka yang terjajah’. Apa lebih urus perkara negeri seberang? Jadi cermin. Di tanah air kita, isu perbudakan juga terjajah dalam terali-terali regulasi, berkabung.
Kutipan bait pertama Advance Australia Fair, “Rakyat, marilah kita semua bergembira, karena kita satu dan bebas; Kita mempunyai tanah emas dan kekayaan untuk dikerjakan; Rumah kita dikelilingi laut; Tanah kita dilimpahi kekayaan alam yang indah, kaya, dan langka…,” dan seterusnya. Maka, bebaskan. (*)