Sunday, December 29

Tanah Suci di Timur


26 Juni 2024


Oleh: Daniel Kaligis


GUNUNG Besar, lambang kebesaran Abuy, menggenal lokasi ini manakala menyusur Takpala Tribe, di sana saya mengeja sajak, ‘senyum rela dan segar’, sebab bersua dengan orang-orang yang ramah tamah di Alor. Sajak itu saya ulangi, 26 Juni 2022, di halaman media sosial.

Di sana tiga suku besar menghuni kampung adat Takpala: Aweny — berposisi sebagai raja; Marang — juru bicara adat; Kapitang — ahli perang. Tercatat Aweny punya suku kecil antara lain Kafelkay, Lema, dan Kafolakani. Di Takpala saya bertemu dan berdiskusi dengan beberapa orang, berfoto dengan Martinus Kafelkay, dia mengajari saya memegang busur dan anak panah, menawari saya mengenakan busana tari perang seraya bertutur tentang Kapitang, sang Tama yang ahli berperang. Kami melinting tembakau, Martinus dan saya mempermainkan asap. Begitu, seperti yang saya catat di ‘Alor Star, Alor, dan Amon’. Mengenang Takpala seumpama mengeja sajak-sajak suci di timur Nusantara. Foto Martinus terpampang di halaman ini, dia dan anak suku Abuy.

Takpala Tribe, di sana menapak gunung-gunung. Nama itu maknanya tempat tinggi. Belajar mengenal arti, mengeja Barawahing, Barue, Namatalaki. Altarnya batu-batu rimba raya. Seperti udara menghembus kenang peperangan zaman silam, lalu tegak diri membela. Mereka menarikan kenangan pada tanah sucinya. (*)