07 Mei 2023
Bila saja pertikaian masih berlanjut, segala musim itu cuma cerita ngeri pembantaian kata dan badan, sajak-sajak hilang nanti dikenang tatkala bumi porak-poranda…
Oleh: Dera Liar Alam
Gambar: Saung harp musician – wikipedia
TUMBUHAN semusim mulai berbunga, di wanua Minahassa dikenal sebagai saat ‘menawung’ kata dasarnya sawung – dapat diucap saung. Hal saung di wanua itu beda arti dengan kisah saung di wanua Burma, yakni alat musik tradisional – harpa kuno satu-satunya di Asia.
Tahun 1956, Kon Ichikawa, sutradara film Jepang, membuat film anti-perang ‘The Burmese Harp’ berlatar Burma manakala Perang Dunia Kedua menyala di sana. Karakter utama film itu prajurit Jepang jadi biarawan sebab kengerian pertikaian tersebut. Ia memainkan saung, walau, suara saung dihilangkan dari soundtrack, digantikan dengan suara harpa pedal klasik Barat. (*)