Tuesday, January 14

Sajak Pengumaan


04 Januari 2025


Datang di sana laksana mengulang perjalanan silam – Awal Januari 2022, manakala menelusur tanah Minahasa, bersua unsur-unsur jamak dibincang. Di sisi utara telaga tua penuh eceng gondok, kami membahas ‘mahwetik’. Kata itu dieja juga sebagai ma’ wetik, mahawetik, tenggara, atau tungkara. Mahwetik, tumbuhan penyembuh luka. Mahwetik bermakna memancar, disebut karena sifat buahnya yang ketika tua dapat meletup, memancarkan biji-biji yang menjadi benih. Anak-anak di kampung suka memanfaatkan buah yang telah meletus terbelah ruas-ruasnya lalu kuncup sebagai hiasan di kupingnya, anting-anting. Tumbuhan itu dikenal sebagai bunga pacar: Impatiens balsamina L. Datang di Pengumaan, semacam menyembuh luka, rindu yang sekian masa dipendam dalam pengembaraan…


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Sekitar empat puluh kilometer dari Pengumaan


EMBUN di Pengumaan tertular awan-awan Tetetana, Wenten Hills: di sana mata liar terawang rawa, ladang terbiar kerap ditumbuhi jagung, kemangi, sereh cymbopogon citratus, kunyit, jahe, pisang, umbi-umbian, klotalaria juncea, imperata cylindrica, etc.

Entah masih dapat dicari pada lembar kabar di Kelung: Empung Mahawu terhalang kabut, dedaun Mahoni berdecak dihempas hawa basah nan basa – se Sorit matele-telew dari dahan tuju carang di puncak hutan; rain menajam nun di sana, di rimba kaca logam beton – di sini, rinte-rinte mendenting bambu-bambu telanjang. Supaya ingat, se Sorit matele-telew itu burung lagi terbang, loriculus stigmatus – Serindit Sulawesi, satwa endemik yang selalu bersorak, suaranya, “Rit, riiiiitttt,riiiiiitttt,” seakan membangunkan anak-anak wanua dari tidur panjang terlena di depan modernism. Rinte-rinte itu hujan rintik.

Pernah dicatat, Leluhur Asia Turun di Kimuwu, yakni bukit-bukit atau tanah dan batu menonjol. Tentu mereka juga hinggap di Wenten, di Tetetana, di Soputan, di Klabat, di Lokon, di mana-mana, dan tumani hingga ke Pengumaan. Lokasi ini adalah lintasan zaman silam, kenang Mahoni, Ketena, Nantu, Campaka Wasian, dan gerakan rakyat memberdayakan sumbardaya DAS Tondano dari hulu Kelelondey, Manimporok, Rano Telu, melintas di wanua-wanua pesisir hingga Teluk Manado.

Kemarin, 03 Januari 2024, dari Pengumaan ingatan mampir di Ranomerut, Tandengan, Eris, Watumea, babad Tinelapan Ndano, Toulimembet, Tasuka, Kaweng, Kakas. Tapi kami jalan melingkar di selatan telaga tua, memergoki ladang-ladang sunyi, Weren ni Pepengkouw menghunus kangen berhari-hari dari masa nan entah, lalu koffië di Toronata.

Koffie senja. (*)


Seri: Pesta Sastra Tanah Leluhur