27 Agustus 2024
Surga, fokus diri bersenang-senang, hindari fakta-fakta, sepak keluar sejauh mungkin kenyataan semesta: kesulitan hidup, beban derita, mimpi panjang telah dilunaskan oleh obsesi. Kesenangan dunia lain itu saya sebut sebagai kerajaan beragama manusia…
Oleh: Yosua Simatupang
Penulis Tinggal di Morowali, Sulawesi Tengah
Editor: Parangsula
AGAMA membuat manusia hidup dalam suatu dunia khayalan. Bagi saya, agama adalah semacam eskapisme, usaha untuk keluar dari dunia yang nyata agar dapat masuk suatu dunia lain yang tidak lagi ditandai penderitaan dan kesusahan, suatu dunia sempurna.
Agama dengan janjinya tentang surga yang penuh kebahagiaan menyediakan penghiburan yang memuaskan bila keadaan di ‘lembah mata air’ ini — menurut suatu ungkapan keagamaan — sudah tak tertahankan lagi. Tetapi, sayangnya, dunia sempurna itu adalah mimpi belaka. Karena itu, tanpa disadari manusia menipu diri dengan mengejar dunia sempurna itu.
Namun, agama tetap dicari manusia; sebab terbukti agama mampu memberi kepuasan pada jiwa; Agama dengan janjinya tentang surga yang penuh kebahagiaan menyediakan penghiburan bagi manusia yang hidupnya terdapat ‘empty space’.
Dengan itu manusia sendiri sangat dirugikan, sebab ia melarikan diri dari tugasnya memperbaiki nasibnya dan membuat dunianya tempat yang pantas dihuni dan dikerjakan manusia. (*)