26 September 2024
Oleh: Dera Liar Alam
PAGI itu tiba diam-diam
Pergi diam-diam
Di sana, pernah diskusi mezbah
Asap mengepul di belakang. Perempuan menyeduh koffie, memanak jagung, mendiamkan anaknya bersorak haus lapar.
Pagi itu tiba diam-diam
Pergi diam-diam
Di bukit pepohon mulai rebah, diganti pengumuman kampanye
Asap mengepul di jalan-jalan, di lorong-lorong belantara. Laut dan mega bersambung ufuk di mana nelayan memandang istananya nun jauh. Alang-alang seumpama emas di atas segitiga monas, monumen nasi panas serta ikan bakar dan sedikit air di musim kemarau…
Pagi itu tiba diam-diam, gelombang telah kobarkan amuk semalam suntuk, berita siapa yang hilang pergi diam-diam. Didiamkan. (*)