Tuesday, April 30

Menggandar Pasal Pengurasan


11 Juli 2023


Oleh: Dera Liar Alam


Gambar: Sarapan siap.


PARA dewa dewi datang di negeri ribuan pulau dan ngaku menemu Surga. Kayakinan berkhayal negeri kekal seberang langit, menggandar pembenaran pasal-pasal pengurasan sumberdaya.

Hampir pagi: diskusi sambil sarapan sayur buah, teh kopi air mineral ditata pada meja tanpa taplak. Lorong-lorong dipenuhi bunyi tepuk tangan. Renungan di atas pesawat goyang, kemudian membahas teori tinggal landas, tiket yang teramat sering dibikin mahal karena kepentingan-kepentingan sistem. Kemarin, perahu-perahu bocor membaptis ilusi. Mengabarkan bahtera tuju dermaga, dan hilang oleh ufuk bercahaya bias.

Menyambung huruf, kata, data, fakta. Jembatan, bandar-bandar, jalan bikin kaya. Perhubungan apa kerjanya? Tarif sudah melonjak tanpa kontrol, dikatrol demi gengsi dari bertualang mengelilingi bandar-bandar. Proyek aristokrat berteriak demokrasi, laut ditimbun kampanye monarki.

Plutokrasi sudah di gerbang, lengannya memanjang – menutup wajah dengan serbet. Orang-orang Wanua masih berdiskusi gambar-gambar ladang menyubur gagal panen, sebab upacara selalu ditunda untuk pembenahan regulasi yang katanya pro-umat.

Telah dilebarkan keyakinan pindah ibu kota, generasi kurang gizi kurang pikir dan instan semakin mungkin diam. Berhenti meneliti, hanya makan dan berfoto supaya pemandangan terpusat di meja judi. Akal merasuk akar ribet soal-soal.

Intelektual sementara dijual, dibayar tunai proyek selokan lupa dibangun. Aliran itu sesuai pesanan, selalu membanjir saban musim, lalu bersorak bila persoalan sudah membumbung lampaui pemikiran. Seperti itu, doa dan kutuk bersetubuh dalam jiwa kerontang. (*)