01 Februari 2022
Sincia tiba, berita mengabarkan, libur seminggu sejak ujung Januari. Di negeri China, anak-anak ramai berbaju merah, aktivitas bisnis merenggang. Di Kamanga, Minahasa, ada pesta: sesajian, doa, nyanyi, tarian, tiada henti di kediaman Sofyan…
Oleh: DAX
Penulis adalah jurnalis penulis
Editor: Parangsula
KEBAHAGIAN nyata bila dibagikan. Ribuan tahun sebelum ‘Tahun Tuhan’ upacara pemujaan bagi dewa dan leluhur digelar manakala musim bergulir. “Ada ritual ‘kue chung’ di Vietnam. Keluarga berkumpul, duduk melingkar sekitar meja berbagi penganan berbahan ketan, kacang hijau, dan daging babi. Kota-kota di Australia menggelar festival besar Tiongkok itu: kembang api di Sydney Harbour, parade festival musim semi dengan ribuan orang, konser gaya China di Sydney Opera House, Karnaval Tahun Baru Melbourne, dan lomba perahu naga.” Seperti itu dikisahkan di detik, 31 Januari 2022.
Orang-orang membenah rumah, membersihkan, pintu dicat, membuat penganan khas, memasang lampion, dan sejumlah persiapan sambut tahun baru dalam penanggalan Surya-Candrakala. Kawan-kawan bertradisi Hokkian menaruh dua batang tebu di depan rumah dekat pintu. Harapannya agar kehidupan di tahun mendatang senantiasa berjalan baik, dan diberi rezeki berlimpah.
Tamu-tamu berdatangan menikmati jamuan khas di Kamanga, wanua Minahasa, di kediaman Sofyan Jimmy Yosadi. Di situ, di ‘Wale Papendangan Library, Home Sweet Home’. Ada ‘dua meja’ dengan ‘dua ragam’ jamuan khas nan lezat. “Kita beking dua meja, supaya yang berpantang jenis makanan tertentu boleh memilih,” kata Sofyan.
Tahun ‘Macan Air’ penuh makna. “Macan merupakan simbol energi, kekuatan, perlindungan, altruisme, kepemimpinan, wibawa, kehormatan, dan gagasan revolusioner. Macan mewakili simbol-simbol lain, seperti kepekaan, egois, over estimate, dan kerentanan. Macan diasosiasikan dengan elemen kayu, namun untuk tahun ini, macan membawa air — di mana air membuat tanaman – kayu – tumbuh berkembang. Macan akan menjadi kuat giat sehingga bisa dimanfaatkan menginjeksi kehidupan, menjadi vitalitas baru dalam usaha-usaha yang tenggelam pada tahun sebelumnya, serta ‘menggiatkan’ proyek-proyek terbengkalai.” Begitu ditulis Widya Lisfianti di tribunnews.
Sofyan menyebut, open house yang ia laksanakan terkait ritual persembahyangan sebagai kewajiban ibadah umat Khonghucu. “Saya suka berteman dengan siapa saja, aktif di banyak organisasi baik level daerah Sulawesi Utara, bahkan di level nasional dan dunia. Punya jaringan komunitas dari berbagai latar belakang, maka menyelenggarakan open house tentu saja bertujuan menjalin silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan siapa saja,”tutur dia.
Praktisi hukum itu berkeyakinan bahwa berbagi berkat pada hari pertama saat tahun baru Imlek, dengan memberi makan minum pada sesama teman, sahabat, masyarakat tetangga di kampung, dan memberi angpao kepada mereka yang berhak, akan membawa hal baik. “Menebar kebajikan, semoga 皇 天 上帝 Huáng Tiān Shàng Di, Opo Wananatas, Tuhan Yang Maha Besar berkenan akan melimpahkan berkat dan lindungan sepanjang tahun, terutama kesehatan dan keselamatan bagi saya sekeluarga.”
Kawan-kawan bersua di Kamanga. Juan, Febriani, Greenhill, Donna, Billy, Milta. Saya mencatat sepotong ingatan, “Langit sore Kamanga: jauh di belakang pemukiman sawah ladang lembah dan awan Soputan Mt, Sempu Mt, Pinus II, Pinawetengan, Bukit Kasih, Kotamenara, Maliku, Maruasey. Sekitar wanua, tanah Minahasa nan elok.
Ruang berjejal buku, jendela kaca terkuak. Denni Pinontoan, Freddy Wowor, Erny, Ruth, Toar Palilingan, dan saya. Kami bertukar pandangan dan perspektif. Berdiskusi tradisi, sejumlah hal terkait kemanusian. Gong Xi Fat Cai, damailah alam semesta di segenap musim. (*)