Wednesday, December 25

Kabar Burung-Burung


08 Agustus 2020


Sajak tahun silam untuk mereka yang Tak Ternama


Oleh: Dera Liar Alam
Penulis adalah jurnalis penulis


KABAR burung-burung – bukan tentang gossip, padanan kata terjemahan popular Oei Kim Tiang, penulis cerita silat yang bermukim di Tangerang taon 1950-an. Dia memetik bahasa Sunda, ‘burung’ berarti sumir, lalu menyambung dua kata: ‘kabar’ dan ‘burung’, menjadi padanan kata bermakna buah mulut, cerita sumir, scuttlebutt, kabar angin. Kabar burung-burung bukan tentang hal itu.

Ngomong-ngomong, siapa sosok Oey Kim Tiang? Dari sejumlah situs, saya beroleh informasi tentang siapa dia. Di Budaya-Tionghoa.Net menyebut yang mana ada anggapan Tiang menulis bersama Oey An Siok yang bernama samara Boe Beng Tjoe. Ditelusuri, ternyata Boe Beng Tjoe adalah Oey Kim Tiang sendiri. Dalam bahasa Hokkian, Boe Beng Tjoe bermakna ‘si tanpa nama’, Boe Beng Tjoe adalah pseudo-name Oey Kim Tiang untuk karya-karya terjemahan yang dia kerjakan bukan untuk penerbit Keng Po. Walau diketahui nama pena Boe Beng Tjoe juga dipergunakan Oey An Siok untuk cerita silat San Hoa Lie Hiap.

Ayah dari Oey Kim Tiang adalah mandor kebun kelapa. Oey Kim Tiang beroleh pendidikan dasarnya di Tangerang, lalu melanjutkan pendidikannya ke sekolah Tiong Hoa Hwee Koan, di situ ia belajar bahasa Mandarin dan sejarah Tiongkok. Walau Oey Kim Tiang hanya mampu belajar sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama.

Oey Kim Tiang pernah berkerja sebagai jurnalistik di koran Perniagaan, kemudian pindah ke koran Keng Po yang berdiri tahun 1923, hingga koran itu terhenti penerbitannya tahun 1958.

Tiang dianggap sebagai salah satu orang yang berperan menyebar dan memopulerkan kesusasteraan Melayu Tionghoa. Sutan Takdir Alisyahbana dan Ajip Rosidi pernah memuji peran Tiang.

Lanjut cerita tentang ‘kabar burung-burung’.

Burung-burung punya kabar, punya cerita mereka sendiri, tak peduli manusia tahu atau tak tahu perkara dahan ranting dedaun tempat burung-burung itu hinggap, bertengger, bersiul sajak-sajak zaman yang sukar.

Burung-burung punya lintasannya sendiri. Mereka tak mendebat badai mampu menumbang pepohon dan bangunan teori butir air yang disangka mampir ke bumi menjadi keping-keping kotak memenjara science.

Saya, punya data selembar, untuk nanti di-verify. Warna sore, perpindahan burung-burung sebab belantara dibabat semau-maunya. Lensa menangkap hue tak pernah sama, dan peradaban diracuni hoax dari waktu ke waktu. (*)