18 Agustus 2022
Siapa pernah bertemu Setan Iblis itu? Tak ada seorang-pun, selain klaim tanpa dasar dan tak pernah dapat dibuktikan. Ribuan tahun, Setan hanya jadi oknum ‘tertuduh’, di balik itu, manusia adalah pelaku peran Setan. Kelakuan Setan adalah personifikasi nyata dilakukan seseorang, sekelompok orang. Sejauh ini Setan tak pernah dapat dihadirkan sebagai saksi di pengadilan, walau dia dituduh penyebab semua kesalahan kekeliruan manusia.
Oleh: Daniel Kaligis
Penulis adalah jurnalis penulis
Editor: Philips Marx
Gambar: People celebrated the coming of Spring, Walpurgisnacht – sumber germangirlinamerica.com
DI KAMPUNG kami, Setan itu dimakan. Ular – yang oleh dogma – dianggap ‘setan(g)’, ditakuti, namun dikonsumsi sebagai lauk dan tola–tola. Terminologi tola–tola itu artinya ‘dorongan’, ‘penawar’, atau ‘pelengkap’ ketika minum captikus. Mungkin, ular dikonsumsi sebab dianggap hama.
Anda boleh buka sesuatu link – dengan catatan – verify info itu, klik kabar data faktanya secara lengkap. Bukan kesimpulan, kisah berita ‘Church of Satan’ di berbagai tempat – menurut saya adalah penyimpangan, cocoklogi, modifikasi view liputan dangkal, atau malah pengalihan isu dari orang-orang doyan kabar bombastis. Hubungan apa Setan dan gereja? Padahal, diri sosok Setan itu dianggap musuh gereja.
Kita membaca, meneliti, menguji. Sajak-sajak raja dalam kesepian, rakyat ditindas dirantai ‘vision’ penyangkalan diri. Sementara para petinggi kekuasaan berpesta. Ribu, laksa, jutaan turun ke dunia orang mati, semua jadi pupuk di ladang bahkan ada yang terkubur tanpa upacara semacam pada peristiwa petaka tsunami, kejadian yang menelan visi naga-naga hilang bentuk. Visi lebih penting bagi hidup dan kemanusiaan, sebab tak pernah ada bukti mereka yang turun ke dunia orang mati datang kembali ke dunia dan bersaksi. Maka, mari kita terus bersetia pada fakta sebagaimana dianjurkan sejumlah pengarung ilmu.
Padahal, disebut, ‘Setan mewakili pemanjaan bukan pantangan, Setan mewakili pembalasan daripada penyerahan, Setan mewakili semua yang disebut dosa, karena semua itu mengarah ke fisik, mental, atau kepuasan emosional termasuk hubungan seksual’. Begitu kata Anton Szandor LaVey di The Satanic Bible.
LaVey, narator ‘Death Scenes’, film karya Nick Bougas, 1989. Penulis The Satanic Bible itu pernah bermain secara minor dalam film The Devil’s Rain, 1975; dan dia adalah pendiri Church of Satan.
Apa saja kesalahan yang terjadi di bumi, dituduhkan pada Setan, atau Iblis, dan sejenisnya. Sehingga, dikatakan nanti pada ujung zaman si Setan dan pengikutnya akan diberi hukuman.
Dikisahkan, ganjaran bagi Setan adalah dibakar. Namun, bagaimana Setan bisa terbakar, sementara Setan itu katanya terbuat dari api? Diketahui klaim api neraka itu melebihi enam puluh sembilan kali lipat panasnya dari api dunia. Api neraka jahanam telah dinyalakan seribu tahun hingga menjadi merah. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi putih. Kemudian dibakar lagi selama seribu tahun hingga menjadi legam, seperti malam gelap gulita. Katanya juga, bagi Setan dan pengikutnya neraka jahanam punya tujuh pintu dan pada setiap pintu itu terdapat 70.000 gunung, pada setiap gunung itu pula terdapat 70.000 lereng api dan pada setiap lereng itu terdapat 70.000 belahan tanah yang terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70.000 lembah api. Betapa mengerikan api yang disiapkan bagi sang Setan beserta pengikutnya.
Apa Peran Setan
Bagaimana rupanya model si Setan itu? Tampang seram, mungkin bertanduk, bergigi taring seperti binatang buas, ada sejumlah lukisan menggambarkan sosoknya. Seperti naga, seperti singa, mirip macan tutul, ada juga yang cilik-cilik dipanggil tuyul, dibuat seseorang dan diperdagangkan. Walau ternyata tak ada seorangpun pernah melihat tampang si Setan.
Dulu, ada yang mengaku dapat mengusir Setan. Di abad Pertengahan, Setan tidak memiliki peranan dalam teologi Kristen. Tokoh Setan digunakan sebagai selingan lucu, lawakan dalam sandiwara misteri. Periode Modern Awal, peran Setan menjadi semakin penting akibat tersebarnya kepercayaan kerasukan Setan dan sihir. Ajaib bin aneh, di zaman modern lawan si Setan seperti robot dan sangat sakti, para pahlawan bumi: Superman, boleh jadi Spiderman, atau Thor. Di negeri dongeng, agama impor mengaku yang paling benar, katanya dapat mengusir Setan. Agama impor di sejumlah tempat menuduh para penjaga alam sebagai penyembah berhala, mereka mengafirmurtadkan adat budaya dan tradisi.
Diketahui sejak abad Pencerahan, kepercayaan terhadap keberadaan Setan dikritik habis-habisan. Artikel terkait pernyataan ini anda boleh baca di Opo-opo dan Opo.
Nun, dalam sejumlah kasus pembunuhan, Setan juga jadi tertuduh. Human cannibalism juga katanya didorong oleh ulah Setan. Dalam tualang, saya berargumen, ‘human cannibalism itu hoax buatan pedagang ayat – dalam beberapa kasus’. Anda boleh bandingkan informasi ini dengan beberapa tulisan di link berikut ini: Neanderthals Were Cannibals, Bones Show. Science. Sciencemag.org. 286 (5437): 18b–19. — E. Culotta (October 1, 1999). — Brief history of cannibal controversies Archived February 21, 2011, at the Wayback Machine — David F. Salisbury, August 15, 2001, Exploration, Vanderbuilt University. — From primitive to post-colonial in Melanesia and anthropology — Bruce M. Knauft (1999). University of Michigan Press. p. 104. — Divine hunger: cannibalism as a cultural system — Peggy Reeves Sanday. Genocide: a history. Pearson Education. pp. 17–18. — W. D. Rubinstein, (2004).
Pengembaraan, bagi saya adalah menulis meneliti isu, mengincar info dari titik-titik sunyi, di Andalas, di Borneo, di Nusa Tenggara, Papua, Vanuatu, Vietnam, Cambodia, menguntit ceritanya hingga Caribbean. Tak ada ‘manusia sehat’ mengonsumsi daging manusia, selain propaganda perang untuk menakut-nakuti lawan, psychological warfare. Setan berbagai bentuk digambarkan dalam sejumlah kepercayaan.
Lanjut soal Setan dan apa yang diduga sebagai penyebab berdirinya Church of Satan. Cerita yang seru, isu itu pernah diliput media dan menempati halaman-halaman utama surat-kabar. Kalau ingat, boleh ditelisik ulang kisahnya. Berita itu hanya ramai, dan menimbulkan sejenis perasaan takut dan ngeri di hati pembaca penikmat.
Website resmi Church of Satan menginformasikan, tahun 1950-an, Anton LaVey membentuk The Order of the Trapezoid, yang kemudian berubah menjadi badan pengurus Church of Satan atau apa yang dikenal di negeri ini sebagai Gereja Setan. Orang-orang yang terlibat dalam aktivitas LaVey di antaranya Carin de Plessen – seseorang yang tumbuh besar di Istana Kerajaan Denmark, Dr. Cecil Nixon – ahli sulap – eksentris – penemu automaton, sutradara Kenneth Anger, asesor kota Russell Wolden Jr, Donald Werby, antropolog Michael Harner, dan penulis Shana Alexander. Kolega LaVey lainnya, penulis fiksi horor dan fiksi ilmiah Anthony Boucher, August Derleth, Robert Barbour Johnson, Reginald Bretnor, Emil Petaja, Stuart Palmer, Clark Ashton Smith, Forrest J. Ackerman, dan Fritz Leiber Jr.
Anton Szandor LaVey mendirikan Church of Satan, 30 April 1966, di San Fransisco, California. Malam 30 April dianggap sakral, malam pergantian musim. Cerita rakyat di lain benua percaya malam itu adalah puncak perayaan di mana para penyihir berpesta. Mereka menyalakan api unggun, menari, berdansa, melompati api, bersenang-senang dengan Setan di puncak Harz. Malam pergantian musim itu dikenal sebagai Walpurgisnacht.
Isu Setan menang menarik sekaligus menantang. Tiga tahun silam, 23 Agustus 2019, Kev Geoghegan, reporter seni dan hiburan, menulis tentang ‘Satanic Temple’ – film dokumenter yang disutradarai Penny Lane. “Pengorbanan manusia? Salah. Minum darah? Salah. Misa Hitam? Yah, agak benar.” Begitu Kev Geoghegan mengawali pertanyaan-pertanyaan pada artikelnya ‘Hail Satan?: Para penyembah setan yang berjuang untuk mendapatkan kebebasan beribadah’, dimuat di BBC NEWS Indonesia.
Kev Geoghegan menyebut dalam artikelnya bahwa misi Satanic Temple yang didirikan pada 2013, yaitu “Mendorong kebajikan dan empati di antara semua orang, menolak otoritas tirani, menganjurkan akal sehat dan keadilan praktis, dan diarahkan oleh hati nurani manusia untuk melakukan pencarian mulia yang dibimbing oleh kehendak individu.”
Di Indonesia, ada yang mengaku pernah bergabung dengan Church of Satan, katanya ritualnya tidak menyembah Setan, namun menghujat pencipta semesta alam, berikut puncak pemujaannya dengan berhubungan seks.
Apa benar demikian posisi Church of Satan itu? Balik pada pernyataan di awal artikel ini: info keberadaan Church of Satan itu boleh klik di link ini ‘Gereja Setan’ secara lengkap. Anda boleh masuk lebih spesifik, lalu klik tautan ‘administration@churchofsatan.com’ yang tertera di portal itu. Sekali lagi, bukan kesimpulan, kisah berita ‘Church of Satan’ dalam sejumlah perspektif di berbagai tempat – menurut saya adalah penyimpangan, cocoklogi, modifikasi view yang dangkal, atau malah pengalihan isu dari orang-orang doyan kabar bombastis.
Di wikipedia.org disebutkan yang mana, praksis dan wujud “Gereja Setan berlawanan dengan kepercayaan populer atau pandangan dari pihak lain. LaVeyan Satanisme sebenarnya tidak melibatkan penyembahan Setan secara literal ataupun penyembahan dalam bentuk tuhan maupun dewa apa pun. Sebuah filosofi ateistik yang menggunakan karakter Setan sebagai simbol mewakili kebanggaan, keduniawian, kebebasan, pencerahan, kebijaksanaan, dan kosmos. Selebihnya LaVeyan Satanisme juga tidak memiliki konsep memercayai adanya supernatural ataupun mantra-mantra dalam bentuk apa pun.”
Selaras dengan apa yang ditulis Kev Geoghegan seputar dokumenter ‘Satanic Temple’, anda dapat membandingkannya dengan informasi tentang ‘Church of Satan’. Geoghegan bilang dalam tulisannya di BBC bahwa “Kegiatan Satanic Temple meliputi membersihkan pantai-pantai umum — menggunakan garpu rumput kecil – sentuhan yang lucu — serta mengadakan klub Satanis sepulang sekolah untuk anak-anak yang mengajarkan prinsip-prinsip Satanic Temple, yang mencakup, antara lain, seorang manusia harus berusaha untuk bertindak dengan belas kasih dan empati terhadap semua makhluk dengan sewajarnya. Manusia bisa salah. Jika kita membuat kesalahan, kita harus melakukan yang terbaik untuk memperbaikinya dan menyelesaikan segala kerusakan yang mungkin disebabkannya.”
Dan, kata Geoghegan, meskipun ritual ‘misa hitam’ terkait Satanic Temple punya sisi teatrikal — nyaris seperti film horor ketika mereka memang berdoa kepada Setan — para pengikutnya secara terang-terangan mengakui bahwa tidak satupun dari mereka benar-benar percaya kepada Setan sebagai entitas spiritual yang nyata. Sebaliknya, mereka bersandar pada terjemahan akurat dari kata Setan dalam bahasa Ibrani, yang berarti ‘musuh’.
Laste
Berapa tahun silam, saya membaca cerita berita Gereja Setan. Mendengar ulasan orang-orang tentang Setan. Kabar bikin geger, tuduhan, asumsi, tafsir, mengalir seperti alir banjir menghitam di malam buta. Hanyut nyali, tergenang lumpur data dan fakta.
Ingat, orang-orang kecil, orang-orang di kampung yang mengusahakan ladang dan hutannya dituduh Setan, diusir sebagai illegal. Peramu herbal penanam pohon – orang-orang yang jadi benteng situs-situs adat budaya dituduh penyembah berhala. Kabasaran, tari perang di wanua, dituduh mengandung Setan. Para penggarong beras miskin, pejabat korup yang belum terlapor belum terbukti masih saja dikawal seperti dewi dewa. Pedagang ayat dan tukang tagih bisnis bohong masih lenggang-kangkung, sayur-mayur, buah-buahan, maki-maki lawannya di setiap statusnya di media sosial.
Lalu, dongeng ini juga nanti akan dituduh Setan. Begitu kira-kira. (*)