Sunday, November 24

Susastra

Antara Lambau dan Loji
Susastra

Antara Lambau dan Loji

11 November 2021 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Gambar: Matahari sore, bunga, dan rumput liar. Antara Lambau dan Loji, Antara kebijakan dan kebajikan. Dalam dingin aku merasa ada yang terhempas dalam angin, kuikuti ke mana ia pergi, adakah sesuatu yang ingin melukai? Sebidang tanah lapang dipenuhi guguran daun dan bunga, harum dan kering. Enam butir embun mengayun pada dahan dan kelopak yang ditinggalkan. Adakah sesuatu menyerupai duka yang terbenam? Setelah berkicau burung-burung terbang, meninggalkan kotorannya berjatuhan di tanah, bunga-bunga merekah mendengar kicaunya, hidup seperti bergairah, pohon-pohon tumbuh melumat kotorannya, hidup menjadi lebih tabah. Tiga: dua helai rumput kering saling melingkar membentuk angka tiga, dua ...
Wulan Weru di Hard Rock
Susastra

Wulan Weru di Hard Rock

2010 Gambar: Merah Putih di Selatan Langit Jakarta Oleh: Dera Liar Alam wulan weru tagantong di hard rock,manyanyi donci mangket till the end, sama deng yang ngana bilang kalamaring jo, waktu torang bacirita di kusu-kusu, united state sampe ujung dodutu,... trying to play together somehow,I'm wasting my life, you're changing the world,I get drunk and watch your head grow lengkali so nemboleh pele kita pe hati, natevoor mo bilang pa samua tamangsometimes we talk over dinner like old friends,till I go and kill the bottle of captikus satu grem jo, cuma mo se manganto 
Hujan, dan Kau…
Susastra

Hujan, dan Kau…

26 Oktober 2012 Oleh: Nita Tjindarbumi Ini hujan entah yang keberapa kali membasahi tubuh dan membasahi wajahku yang telah basah dengan air mata. aku selalu tak mampu membunuh rasa sakit itu. Sakit yang terselip di antara rasa sayang dan cinta. Dan kau, burung ipritku, yang senantiasa menyapaku di pagi hari dengan kicaumu, apakah rasa kita selalu sama? Sungguh aku selalu merindu kicaumu, maukah kau selalu bersamaku seperti kekupuku yang setia hingga kini...
Semula
Susastra

Semula

03 September 2021 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di BojonegoroEditor: Parangsula Gambar: Beranda alam, di mana mata leluasa mengintai langit biru, awan, gunung, dan hutan yang kian punah… SEMULA gerimis lalu hujan turun deras sekali. Angin yang tak bisa kulihat menyentuh jejak-jejak langkah kita di tanah. Di antara rumput-rumput di deretan bangku-bangku, aku, kau dan hujan bertemu. Lalu angin berhembus. Menatap ke sana pada langit biru awan kelabu pasangan yang rela melahirkan hujan. Pada setiap kesempatan saat hujan turun. Ia senantiasa membasuh jejak-jejak kaki kita di tanah. Tanah basah, rumput basah dan harapan yang tersimpan dalam butiran hujan. Di sana pada padang sabana yang luas, betapa ingin kau tampung butiran hujan. Dan juga sebuah beranda...
Geladak
Budaya, Susastra

Geladak

07 Oktober 2021 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di Bojonegoro Editor: Dera Liar Alam KAU sudah menyiapkan waktu di geladak, saat buritan dihantam badai dan ombak. Kau ingin bercerita tentang laut pada anakmu, di bawah payung malam, di dalam hati yang legam sekawanan paus mendengus menuntun huruf-huruf pada waktu yang akan menuliskan namamu pada batu. Kau berdiri, malam ini di tengah lautan yang tak bertepi di antara ombak yang menghantam ulu hati, kepasrahan adalah kepatuhan yang kau benci, di tengah badai dan ombak, di antara bau anyir yang merebak bergerak ke geladak, kau mencintai laut seperti kau mencintai anakmu. “Jhiva…, Jhiva...,” kau berseru di tengah laut yang pilu, hitam dan abu-abu legam dan biru warna kesukaan anakmu, anak yang kau cintai seper...
Sia Una
Guratan, Opini, Susastra

Sia Una

28 September 2021 Oleh: Daniel Kaligis A power ballad titled 'When the Children Cry', menggugat dari United Kingdom, awal 1989. Mike Tramp – Lead vocals, menyayat soul pendengarnya: Anak-anak menyanyi, dunia baru dimulai dalam cinta dan damai... KEKESENEN adu mulut dengan Karto, jabang masih dalam kandung badan Keke. Pertikaian menjadi biasa, menyala dan reda, hingga Rudolf lahir, tumbuh, masuk sekolah, lalu berkarya. Jauh sebelum itu, di Egypt ada Rudolf yang lain lahir. Kisah tentang dia bermula di Alexandria, 1894. Manakala Perang Dunia Pertama berkecamuk, Rudolf mendaftarkan diri dalam Resimen ketujuh Artileri Medan Bavaria, menjadi infantri, dianugerahi Salib Besi Kelas Dua. Usai perang, ia ke München, bergabung dengan perhimpunan Thule, membantu Freikorps. Rudolf, wakil ...
Mantra dan Kita
Susastra

Mantra dan Kita

24 September 2020 Oleh: Daniel Kaligis Alir arus menepi di bumi asing, setapak sunyi danau buatan. Kita bermain kecipak air, menanti sore pulang mengulang mantra. Lereng-lereng menabuh gema berulang-ulang. Rimba, alang-alang, gubuk tua sudah roboh. Foy-doa, prere, foy-pai, sunding-tokeng, sasando, heo: angin sapu badai hanyut aroma santalum-album dari pulau sebelah menghisap mantra. Dramaturgi, fiesta, pemanggil hujan meratapi langit, gunung, awan, lautan, perahu-perahu menjauh. Dewi dewa menitip mantra pada tangis fana bayi: o nea, aida oba tapim anasu, a serla muku salara dumu, so mi amuru, ilu aroko wong tamudu aida amidi... Anak-anak baca persepsi, doa panjang-panjang. Kurikulum berbisnis kertas dan mantra, mendaur bimbang pandemi. Ruang kelas sepi dan mahal, guru-guru be...
Perundingan Batin
Susastra

Perundingan Batin

2009 Oleh: Dera Liar Alam gores rindu di kaki cakrawala saat jingga mulai pudar, dan kelam melingkupi kurenangi kabut bergelombang, menikam hitam, lalu hilang: masih kudengar tangismu menjauh, memanggil kasih kisah masa silam
Black Monday
Susastra

Black Monday

Medio, September 2009 Oleh: Dera Liar Alam MATAHARI di atas Pasar Rumput lebih membakar. Sempat dengar sebuah nama dipanggil. Nama akrab dalam benak. Ia mewakili personifikasi. Tawa menyeringgai, berapa banyak kepedulian di mimpi panjang ini dapat diwujudkan. Atau, di masa datang, ketimpangan masih terus bertahta di segala lorong derita negeri ini, supaya kerja keras kita hanyalah bhakti menuju mati bila kita tak pernah memberinya arti. Di lain waktu, nama-nama, wajah, pergi seperti kertas. Terbakar, mengasap!
Jakarta Menunggu September
Opini, Politik, Susastra

Jakarta Menunggu September

2010 Oleh: Dera Liar Alam MERDEKA di negeri ini jadi tak berguna selain laknat regulasi memusuhi rakyat. Kalkulasikan seberapa kacau balau tumpang tindih aturan mengguncang tubuh negeri sendiri. Tanah berubah kuasa mengusir anak negeri, air menjelma bencana, privatisasi meruncing lebih purba dari zaman perang bambu-runcing di masa silam. Seberapa tua usia sistem? Mengapa tetap berstatus negara berkembang? Masa pertumbuhan yang aneh, sebab ia sudah mencapai pikun sebelum dewasa. Lihatlah para pecandunya yang duduk-duduk di depan layar berita dan membisikan ketololan sehari-hari. Terminologinya tak bertambah, hanya keheranannya tumbuh lebih cepat dari rambut di kepala berisi neuron harga mati kesatuan maya. Hari itu setelah upacara selesai, saya dan engkau pun belum merdeka: car...