Saturday, November 23

Budaya

Etos Miskin Etik
Budaya, Editorial, Guratan, Opini

Etos Miskin Etik

09 September 2021 Artikel ini sudah ada sejak berapa tahun lalu, seperti itu, sejarah berulang. Tadi, sore menjelang malam di tepi pantai nan ramai, mengulang huruf, sajak-sajak yang sekian lama dirusak. Ketika malam baru mulai, bersua kawan di kafe depan hotel tak jauh dari debur gelombang hambar oleh riuh kota. Kami mengulang bincang sejarah berulang, kata diedit, ditambahkan, dimodifikasi, dan manusia-manusia lupa. Menggejala, menggila, dan cinta diri… Oleh: Daniel Kaligis Penulis adalah jurnalis penulis JAKARTA, belantara beton logam kaca plastik. Nyaku, pada satu ruang, melantur kaki lepas penat sehari suntuk. Di hadapku jalan sunyi. kompleks ini diportal dari berapa arah. Nun, dari sini, matahari senja menggantung langit jingga bertabur awan jauh di belakang Pakubuwono Sig...
Pererat Kekerabatan, Bersua di Arung Kahu Bone
Budaya

Pererat Kekerabatan, Bersua di Arung Kahu Bone

30 Agustus 2021 Bertutur Ridwan Basri Daeng Manakku Gallarrrang Parang-Parang, sebagaimana tersirat pesan suci, mantra sakral para tetua: “Saya Karaeng, Penempur tanah Gowa, akan memecahkan kelak hulu badik di arena, akan mematahkan kelak gagang tombak di medan laga…” Oleh: Parangsula Editor: Philips Marx MINGGU, 29 Agustus 2021, di Saoraja Andi Bare Ghurdi Arung Labuaja – Kahu, Bone. Tutur adat berlangsung dalam kunjungan silaturahmi mempererat kekerabatan antara pemangku dan perangkat Lembaga Kerajaan Gowa (LKG) beserta rombongan Ikatan Masyarakat Adat Nusantara (IMAN) di rumpun keluarga Arung Kahu Bone. Dalam suasana kekeluargaan, hadir dari Lembaga Kerajaan Gowa, masing-masing Andi Hasanuddin Andi Baso Erang Karaeng Sila Karaeng Tumailalang Kerajaan Gowa, Ridwan Basri Daeng...
Ramai-Ramai Jadi Hijau
Budaya, Opini

Ramai-Ramai Jadi Hijau

27 Agustus 2010 Oleh: Yustinus Sapto Hardjanto Editor: Dera Liar Alam Gambar: Elle Aon/Shutterstock ENTAH angin dari mana yang membuat daerah-daerah di Bumi Nusantara ini menghembuskan slogan goes green. Pendek kata semua rame-rame ber‘hijau’ria. Padahal sebelum ini konotasi warna hijau sering diidentikkan dengan keagungan nilai dan etika Islam. Hijau adalah warna dasar kerajaan Arab Saudi. Hijau juga warna dasar bendera lambang Nahdatul Ulama (NU). Ketika masa terakhir pemerintahan Soeharto, sering terdengar istilah ‘ijo royo-royo’ itu artinya masyarakat muslim diakomodir dengan sangat baik di dalam pemerintahan Soeharto. Kini hijau dipakai oleh banyak kepala pemerintah daerah untuk menyatakan bahwa kepemerintahan mereka adalah peduli dan punya komitment besar untuk lingkungan. ...
The Act of Free Choice
Budaya, Susastra

The Act of Free Choice

17 Agustus 2010 Oleh: Emmy Sahertian Gambar: Freedom by Dax Di bilik sepi ini aku memilin diri Untuk bebas menentukan jalan… Tanpa sang Sakamu Dan aku mengajak aku… Aku…, aku..., aku dan aku Untuk tidak  lagi mengampu padamu  Jenderal Kuderapkan kakiku sendiri di belantara zaman Tanpa menggelantung pada jari-jari lenturmu Yang biasa menarik pelatuk pelucut  nyawa Yang membuka kerangkeng para durjana Pencoleng cita remaja negeri Lalu ku pinjam aturan ilahi ini: ACT OF FREE CHOICE Merdeka!
Interupsi GSSY
Budaya, Editorial, Guratan, Opini

Interupsi GSSY

20 Agustus 2012 Oleh: Daniel Kaligis “Bung Daniel, biar ley so tinggal di luar negeri, tapi sebagai almamater Perguruan KRIS, tetap tinggal bersama di hati. Kalau saja satu saat ada kesempatan untuk ikut sumbangsih membantu ‘memugar’ sekolah KRIS pasti akan saya lakukan.” — Rondonuwu Indra — Sydney, Australia The son of Jozias Ratulangi and Augustina Gerungan, both from wealthy, well-respected Minahasa families, Sam Ratulangi was born in Tondano, North Sulawesi, at the time a part of the Dutch East Indies. He was a gifted student, who after completing his studies in Tondano and Batavia went to Amsterdam in the Netherlands for further studies. He graduated from a teacher's college as a science teacher in 1915, studied for two more years at the University of Amsterdam, and in 1919 ear...
Kabar Burung-Burung
Budaya, Susastra

Kabar Burung-Burung

08 Agustus 2020 Sajak tahun silam untuk mereka yang Tak Ternama Oleh: Dera Liar Alam Penulis adalah jurnalis penulis KABAR burung-burung – bukan tentang gossip, padanan kata terjemahan popular Oei Kim Tiang, penulis cerita silat yang bermukim di Tangerang taon 1950-an. Dia memetik bahasa Sunda, ‘burung’ berarti sumir, lalu menyambung dua kata: ‘kabar’ dan ‘burung’, menjadi padanan kata bermakna buah mulut, cerita sumir, scuttlebutt, kabar angin. Kabar burung-burung bukan tentang hal itu. Ngomong-ngomong, siapa sosok Oey Kim Tiang? Dari sejumlah situs, saya beroleh informasi tentang siapa dia. Di Budaya-Tionghoa.Net menyebut yang mana ada anggapan Tiang menulis bersama Oey An Siok yang bernama samara Boe Beng Tjoe. Ditelusuri, ternyata ...
Munaseli
Budaya, Estorie, Susastra

Munaseli

31 Juli 2021 Oleh: Dera Liar AlamPenulis adalah jurnalis penulis File info gambar fitur: Location -8.194, 124.32464Munaseli - Pantar, Alor Regency, East Nusa TenggaraDimension 4608 x 2128Shot 1/400 sec. f/2.2 2.23mm TUTUR orang-orang di sini tentang leluhur, cerita tanah, Galiau Watang Lema, yakni pesisir pulau, siapa-siapa yang datang dan menetap sejak 1300-an. Jauh sebelum teks-teks dikenal, lokasi itu sudah dihuni. Mereka menutur badai, api, lebah magis, dalam perang sudah usang. Bertani, memanen hasil laut, dan saling berdamai. Maret 2021 singgah di Munaseli, membelah pagi ketika hari mulai menghangat walau musim penghujan membuat pemandangan sepanjang perjalanan hijau kaya dan sejuk. Pantai Lianglolong tak jauh dari sini. Di depan kami laut biru membentang, Pulau Buaya, nyare, air...
Pattaya, Rumah Inkarnasi Dewa
Budaya, Travel

Pattaya, Rumah Inkarnasi Dewa

03 Januari 2019 Manakala menapak Bang Lamung, dari titik Wat Phra Khao Yai memandang pegunungan Khao Khiao membentang dari barat laut hingga tenggara, lalu sore hari menatap matahari menjingga di titik terendah batas laut. Pattaya yang disebut Prathet Thai, tanah kebebasan yang beramakna kota malaikat, kota keabadian agung, tempat bertahta raja, dan rumah inkarnasi dewa. Oleh: Daniel Kaligis PHRAYA Tak memerintah, siapa dapat melawan? Saya tak pernah bersua Phraya Tak, atau pun mengenalnya. Hanya dengar dari berapa cerita tutur dan membaca dari tulisan di media. Phraya Tak adalah gelar kerajaan Thailand, diberi pada orang yang memegang jabatan strategis. Semisal panglima tentara, penasihat kerajaan, dan gubernur. September 2018 silam, saya membaca tajuk menarik di Bangkok Post....
Tersingkir Bela Rakyat
Budaya, Opini

Tersingkir Bela Rakyat

22 Juli 2021 Oleh: Gatot Sugiharto Penulis adalah aktivis Ketua Umum APRI Gambar: Potret Pengusiran MASIH banyak oknum pemerintah yang hobinya sengaja mempersulit rakyat yang berinovasi atau menerapkan teknologi modern. Dugaan saya, mereka nggak mau ketahuan bahwa anggaran pemerintah sudah dihamburkan untuk ‘mengembangkan’ teknologi ‘usang’.  Mereka memang nggak mau rakyat Indonesia maju!  Mereka menganggap rakyat itu harus bodoh, miskin, dan hidupnya susah. Semboyan lama juga masih mereka terapkan: ‘Kalau rakyat bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah?’ Kasihan para pegawai pemerintah yang benar-benar ingin membantu rakyat, biasanya malah tersingkir. (*)
Ingatkah Kau
Budaya, Susastra

Ingatkah Kau

22 Juli 2010 Jakarta, lewat tengah malam: Oleh: Dera Liar Alam wahai angin memporandakan dermaga tawamu jalang kusuka beberapa tahun silam kisah ini dimulai berhadapan kita: perahu dalam cawan terombang-ambing kubaca, resap tetes demi tetes bukan aksara hanya syair sorot matamu dalam tangis dan kita bersahutan suara laksana bedil letupkan judul-judul tanpa tajuk sebuah gelisah merekam ziarah masa depan KaKa: Jika Senyum Itu Pindah engkau di balik setir boat