12 Maret 2024
Memberi pujian pada diri ‘katanya’ itu memberi pada makhluk lain di luar diri sendiri, boleh jadi pada tetangga atau siapa saja di sekitar yang membutuhkan – sebab harta bertambah, tumbuh, berkembang, maka berbagi hasil tumbuhan di alam: buah-buah, biji-bijian, hasil ternak, mineral yang berguna, hasil dagang, niaga, dan seterusnya. Ada hukumnya, syariat – aturan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya…
Oleh: Dera Liar Alam
BERKAWAN dua tiga empat, terpantau mata dua: penjaja kotak, ‘penunggu duduk’ dengan tangan terjulur genggam mangkuk berbahan plastik – berapa depa dari titik itu ada ‘penunggu lain’ dengan wadah penyimpan entah tas entah berkas. Kotak lalu terisi, kemudian berunding di sudut, kata meluncur datang sekujur dan waktu nan mujur. Masih sama di lalu-lintas bertahun-tahun, jadi badut lalu body painting melintas, sama, di genggamnya kotak. Cerita sepintas tentang gambar dan soal beras.
Lalu-lintas tiada pernah sunyi, dari radio mobil menderu syair Alex Turner: “So predictable, I know what you’re thinkin’, I’m watching your every move, I feel the tears are comin’ on, it won’t be long, it won’t be long straight from the cover shoot, still a trace of body paint on your legs and on your arms and on your face and I’m keepin’ on my costume – keeping on – I’m callin’ it a writin’ tool and if you’re thinkin’ of me, I’m probably thinkin’ of you: There’s still a trace of body paint on your legs and on your arms and on your face, there’s still a trace of body paint on your legs and on your arms and on your face.” Hari telah kelam usai senja dan gerimis, di langit badar – penuh, sisi gelapnya tiada bercerita engkau, mungkin saya dengan kutipan yang itu-itu saja tentang diskusi. Akronim raskin. Kiko, teman saya di Negeri Singa penuh tanya pada gambar saya yang mencibir barisan antre berjudul ‘beras’, “Di mana dinas sosial?” saya bilang, mereka lagi sosialisasi ‘makan beras miskin. Program bersyarat diselenggarakan penguasa negara sejak 2003 jual beras harga pasar pada penerima dengan kriteria tertentu – anggaran: harga beras per kilogram, jatah beras per rumah tangga per bulan, berapa juta jumlah rumah tangga penerima.
Harga selangit ada dalam kotak. Mudah menebak gerak, atau alir air mata, raut dan badan diwarnai agar dapat perhatian – mungkin kita melihat bekas cat, berkas-berkas kangen pada pangan masa silam supaya bodi melar dan lebar kemiskinan boleh berkaca. Nasib menetas dalam bekas, nyanyi beras di bekas cat di lengan, di kaki, di sekujur badan, di wajah, di jari-jari yang berkuasa meminta atau meremas.
Sistem berdandan, membenah tampilan. Jumlah pernah lima belas kilogram, pernah tiga belas kilogram. Waktu berkunjung dan interview di luar daerah, saya beroleh sejumlah data kurang-lebih sama: penerima manfaat boleh berganti sesuai kepentingan. Target ‘penerima manfaat’ harus membayar ‘kepentingan’. “Hanya orang-orang yang dipilih oleh penyalur yang boleh menerima beras. Padahal kami juga kekurangan, kami orang miskin,” cetus Uzi, perempuan warga Batakte di Kupang Barat.
Harga beras selalu ngaret, ditarik ke sana ke mari. Waktu beras mahal, orang-orang berasumsi: “Tentu petani dapat keuntungan sebab harga panennya dihargai,” kata Kiko. Berapa banyak petani padi? Berapa luas ladang rakyat yang bergerak subsisten memenuhi pangannya? Boleh buka data. Ada fakta yang abai ditinjau, yang mana produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino.
Telisik, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional menugaskan Perum Bulog untuk impor beras sebesar dua juta ton ditambah satu setengah juta ton pada tahun 2023. “Importasi ini merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan. Kita sama-sama ketahui kondisi produksi padi nasional menurun akibat dampak climate change dan El Nino. Dampaknya kita rasakan beberapa bulan setelahnya, sehingga awal 2024 ini terjadi defisit bulanan neraca beras,” kata Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, sebagaimana ditulis pada siaran pers di situs Badan Pangan Nasional.
Masuk lebih dalam: Beras telah dipolitisasi agar rakyat membayar ‘kemurahan hati pemberi sumbangan itu’, rakyat dikendalikan seturut maunya selera siapa si pemberi yang bisa saja di belakangnya adalah ‘kaki-tangan penguasa’ yang berkehendak tetap duduk di tahta kediktatorannya. Di titik ini raskin mestinya ditinjau ulang supaya tidak jadi beban negara dan tidak membuat masyarakat justeru menjadi malas. Penerima beras menjadi tergantung dan selalu menadahkan tangan meminta sumbangan.
Harga dan kerja, sajak yang enggan dinilai. Pemerintah bilang, “Sampai sekarang harga di petani selalu kita jaga, agar tidak jatuh terlalu dalam. Kami di Badan Pangan Nasional selalu berupaya menjaga keseimbangan harga mulai dari produsen sampai konsumen. Importasi beras tidak banyak mempengaruhi harga di tingkat petani. Jika nanti Kementerian Pertanian telah berhasil wujudkan produksi beras lebih dari 2,5 juta ton dalam sebulan, kita harapkan harga beras mulai turun,” demikian disebut Badan Pangan Nasional. Opsi cadangan. Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah melalui Perum Bulog telah menyepakati impor beras dari India sebesar satu juta ton pada tahun depan. “Untuk 2024, alhamdulilah kemarin Kepala Bulog dari India sudah menyampaikan kepada saya “Pak, sudah tanda tangan satu juta ton,” ungkap Jokowi dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024, sebagaimana diberitakan VOA.
Pemerintah menyebut yang mana langkah impor dilakukan karena volatilitas harga komoditas pangan masih terjadi akibat ketidakpastian global yang diperkirakan masih akan berlangsung pada tahun depan. Jokowi mengakui bahwa pemerintah masih khawatir terkait urusan komoditas pangan utamanya beras yang produksi nasionalnya turun. Walau khawatir, harap cemas ada asa, impor dari India dan Thailand, “Tapi untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan, memang itu harus kita lakukan. Artinya kita sudah mendapatkan tanda tangan dari India dan Thailand. Paling tidak, rasa aman kita dapat untuk urusan pangan,” demikian ditulis Ghita Intan di VOA. 22 Desember 2023.
Memberi berbagi mungkin kepujian pada diri sendiri. Padahal, memberi seyogyanya tanpa syarat. Rela, ikhlas. “Nilai manusia itu adalah bekerja, bukan menerima sesuatu yang gratis,” beber Stanley, pengamat adat budaya Sulawesi. Urusan bantuan sosial itu tanggung jawab penguasa supaya semua warga negara dapat keadilan sosial dan dengan demikian warga dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Raskin telah jadi candu bagi kaum miskin, bahkan boleh jadi program beras itu sarat beban korupsi sebab dimanfaatkan kelompok tertentu dengan jumlah tertentu. “Coba perhatikan, diumumkan terima sepuluh kilogram, ternyata ada yang terima lima kilogram saja,” kata Stanley manakala kami berdiskusi sehari silam.
Memberi kadang saya terpaksa, tidak rela. Mungkin khawatir. Mindset penuh asumsi. Memotret itu saya, menyimpan gambar sebagai bahan evaluasi diri sendiri. Itu saya, menulis resume dan masih mencandu beras. Asa, pangan dalam negeri berdaya tak tergantung pada butir-butir putih saja sekotak amal. (*)