Thursday, January 16

Blog

Kabasaran ne Tou Rinembok
Budaya

Kabasaran ne Tou Rinembok

2017 Foto: Youdy Mamahani Sanggar Seni Tou Rinembok Sumber Teks: Tarian Kabasaran, INDONESIA Kaya KABASARAN is a traditional Minahasan war dance from North Sulawesi in Indonesia. It is performed by several men clad in red costumes, wielding a sword with a shield or a spear. The dancers are called Kawasalan, which implies imitating like a pair of fighter cocks. The word Kabasaran is derived from kawasalan. The dancers work daily as farmers and guards of the Minahasan villages, but serve as Waraney (warriors) if the village is attacked. According to Minahasan custom, the weapons and status of Waraney is hereditary. The Kabasaran dance is performed exclusively by men of Waranei lineage. (*)
Battle of Lepanto
Estorie, Internasional

Battle of Lepanto

07 Oktober 2021 Oleh: Dera Liar Alam Gambar: Battle of Lepanto, britannica Diramu dari berbagai sumber TELUK PATRAS, 07 Oktober 1571, meletus Pertempuran Lepanto: Liga Sancta, yakni negara-negara maritim Katolik besar di Mediterania yang digagas Paus Pius V, baku hajar dengan Osmanlı İmparatorluğu. Armada Osmanlı İmparatorluğu berlayar ke barat dari pangkalan lautnya di Lepanto, berpapasan dengan Armada Liga Sancta, yang berlepas dari Messina, Sisilia, tempat mereka mula-mula berhimpun. Berturut-turut, sebagaimana dicatat John L. Esposito (1999). ‘The Islamic Threat: Myth or Reality?’ Oxford U.P., berikutnya dicatat Paul K. Davis (1999), dalam ‘100 Decisive Battles: From Ancient Times to the Present. Oxford U.P., demikian pula dicatat Jackson J. Spielvogel (2012). di ‘Western ...
Universitas, Budak Kapitalis?
Opini

Universitas, Budak Kapitalis?

02 Oktober 2021 Oleh: Soe Tjen Marching Editor: Dera Liar Alam Gambar: Retouching — Intellectual Monopoly Capitalism and the University MEDIO dua pekan yang lalu, saya diminta organisasi yang meranking universitas-universitas di seluruh dunia, untuk menjadi salah satu panitia. Saya harus meranking salah satu universitas di Indonesia, nama universitas itu tidak saya sebut. Ada beberapa yang langsung saya kritik dari kebanyakan universitas di Indonesia: mereka sangat mementingkan formalitas. Yang digembar-gemborkan fasilitas — walaupun fasilitas yang dipakai seringkali tidak ramah lingkungan, tapi isinya tipis. Ini kritik saya: Universitas fungsinya seperti makelar bisnis, yang mencetak mahasiswa supaya bisa jadi budak perusahaan dan bahkan budak penguasa. Tak ada vissi missi yang ...
Tene, Penjual Bunga
Guratan, Travel

Tene, Penjual Bunga

28 September 2021 Oleh: Dera Liar Alam Lombosang, mana air menderas dari gunungmu, mematah belukar manakala curah menghambur rinai musim yang silam: bunga seribu cantik, lavender, kaktus, bakung, aselia… SELAMAT PAGI kembang berbagai corak. Embun masih basah di kelopak, di ujung-ujung semak, lalu kilau menerobos pepohon dan belukar Tinggi Moncong. Merah menyembul di antara rimbun gunung, bunga liar memang lebih menantang. Puspa berbulu putih, dandelion, diterbangkan angin bertiup di lembah, di relung pemukiman, di selah gundukan bedeng sayur, putri malu, ilalang, teki, sawi langit, euphorbia, suruhan, sintrong. Jajaki Malino Highland berjam-jam, memotret padang hijau, lalu ke hutan pinus, ke campground morning dew Bontoa. Kawan seperjalanan berkisah Takapala. Jalan menurun ...
Sia Una
Guratan, Opini, Susastra

Sia Una

28 September 2021 Oleh: Daniel Kaligis A power ballad titled 'When the Children Cry', menggugat dari United Kingdom, awal 1989. Mike Tramp – Lead vocals, menyayat soul pendengarnya: Anak-anak menyanyi, dunia baru dimulai dalam cinta dan damai... KEKESENEN adu mulut dengan Karto, jabang masih dalam kandung badan Keke. Pertikaian menjadi biasa, menyala dan reda, hingga Rudolf lahir, tumbuh, masuk sekolah, lalu berkarya. Jauh sebelum itu, di Egypt ada Rudolf yang lain lahir. Kisah tentang dia bermula di Alexandria, 1894. Manakala Perang Dunia Pertama berkecamuk, Rudolf mendaftarkan diri dalam Resimen ketujuh Artileri Medan Bavaria, menjadi infantri, dianugerahi Salib Besi Kelas Dua. Usai perang, ia ke München, bergabung dengan perhimpunan Thule, membantu Freikorps. Rudolf, wakil ...
Eksekusi Che
Estorie, Internasional

Eksekusi Che

09 Oktober 2020 Oleh: Dera Liar Alam Diramu dari berbagai sumber Gambar: Demonstrator carrying a flag bearing an image of Cuban revolutionary Che Guevara at an antigovernment rally in Bangkok, 2010. Sumber Gambar: britannica — David Longstreath/ AP Images ERNESTO Che Guevara, pejuang revolusi, dokter, penulis, pemimpin gerilyawan, diplomat, dan pakar teori militer Argentina berhaluan Marxis, 09 Oktober 1967 dieksekusi mati. Richard Willoughby Gott, jurnalis dan sejarawan Inggris, dalam ‘Green Beret behind the capture of Che Guevara', menyebut, medio 07 Oktober 1967, seorang informan memberitahukan kepada Pasukan Khusus Bolivia lokasi perkemahan Guevara ada di jurang Yuro. Pagi, 08 Oktober 1967, mereka mengepung kawasan tersebut dengan dua batalion yang berjumlah 1.800 tentar...
Mantra dan Kita
Susastra

Mantra dan Kita

24 September 2020 Oleh: Daniel Kaligis Alir arus menepi di bumi asing, setapak sunyi danau buatan. Kita bermain kecipak air, menanti sore pulang mengulang mantra. Lereng-lereng menabuh gema berulang-ulang. Rimba, alang-alang, gubuk tua sudah roboh. Foy-doa, prere, foy-pai, sunding-tokeng, sasando, heo: angin sapu badai hanyut aroma santalum-album dari pulau sebelah menghisap mantra. Dramaturgi, fiesta, pemanggil hujan meratapi langit, gunung, awan, lautan, perahu-perahu menjauh. Dewi dewa menitip mantra pada tangis fana bayi: o nea, aida oba tapim anasu, a serla muku salara dumu, so mi amuru, ilu aroko wong tamudu aida amidi... Anak-anak baca persepsi, doa panjang-panjang. Kurikulum berbisnis kertas dan mantra, mendaur bimbang pandemi. Ruang kelas sepi dan mahal, guru-guru be...
Perundingan Batin
Susastra

Perundingan Batin

2009 Oleh: Dera Liar Alam gores rindu di kaki cakrawala saat jingga mulai pudar, dan kelam melingkupi kurenangi kabut bergelombang, menikam hitam, lalu hilang: masih kudengar tangismu menjauh, memanggil kasih kisah masa silam
Black Monday
Susastra

Black Monday

Medio, September 2009 Oleh: Dera Liar Alam MATAHARI di atas Pasar Rumput lebih membakar. Sempat dengar sebuah nama dipanggil. Nama akrab dalam benak. Ia mewakili personifikasi. Tawa menyeringgai, berapa banyak kepedulian di mimpi panjang ini dapat diwujudkan. Atau, di masa datang, ketimpangan masih terus bertahta di segala lorong derita negeri ini, supaya kerja keras kita hanyalah bhakti menuju mati bila kita tak pernah memberinya arti. Di lain waktu, nama-nama, wajah, pergi seperti kertas. Terbakar, mengasap!
Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk
Budaya, Guratan, Internasional

Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk

09 September 2021 Oleh: Dera Liar Alam Negara itu batas politik. Dogma, sudah sekian lama membungkam pengetahuan dan fakta-fakta. Namun, keyakinan tak selalu benar-benar dapat bertahan, malah rontok oleh ketakutan ngeri yang ditularkan pesta politik sejumlah pebisnis yang kambuh oleh uang dan alat bayar… Kuasa turun dari langit, seperti itu klaim sejumlah dogma. Bukan hanya teks Sumeria yang berkisah seperti itu, orang-orang di Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk punya keyakinan seperti teks Sumeria jauh sebelum anda membaca kitab-kitab yang disangkakan suci: putra dewa Hwanung turun dari surga untuk menyatukan umat manusia di bumi… ZAMAN tembikar tak berpola di Mumun, berikutnya tembikar berpola sisir di Jeulmun. Tak ada teks, hanya kisah tutur dan penemuan-penemuan yang kemudian...