01 Mei 2022
Haus lapar di bawa dalam tidur, mimpi sistem bercampur dalam cawan keyakinan: dijadikan budak selamanya. Kemudian bangkit dihajar cambuk regulasi, pontang-panting, sisa jadi bangkai, semua nanti bangkai pada saatnya: tiada lapar tiada haus tiada ilusi imajinasi…
Oleh: Dera Liar Alam
Gambar: Dalou Travailleurs des champs et de la ville – Wikimedia
Path: Subuh samar yang memar
Travailleurs, jejak merekah di atas kelopak embun,
Siapa hitung keriapmu?
Sunyi menggambar: Tapak-tapak, bekas.
Jejak hilang di ujung persimpangan
Regulasi, setapak basi, jalan dihembus pembangunanisme
Negara pecut kaki-kaki. Lengan, kaki, terus mendayung badai sampai mati
Birama kelam,
Wahai tapak-tapak luka
Sungai sejarah jadi tinta darah
Catatkan kebosanan membiru di kekumuhan kota
Di sana nyanyian terbunuh untuk pemantauan buta tuli
Di sana adalah dedaun, rerumput duri untuk kemarau tak pernah berganti, Hakmu terbakar
Birama kelam,
Jejak merekah di atas kelopak embun
Siapa memahat kisah jejakmu di tembok peradaban biadab
Semua samar, sejak jejakmu dibalut marmer sebagai monumen kalut
Comrades, catatkan walau kami dihitung sebagai budak
Kami tak terhitung di antara kerumunan organisasi karena kami adalah diri kami sendiri
Penerobos sandiwara perang yang buyarkan lamunan damai
Catatkan, pahlawan itu skenario dominasi kuasa untuk membungkam jejak travailleurs
Di jejak yang entah tak sempat kau catatkan, kami akan tetap: travailleurs
May 1, 2011 at 2:34pm