28 Januari 2023
Oleh: Dera Liar Alam
ENTAH diingat, suatu sore saya menata kamera untuk memetik cahaya di nadir, memintalnya sebagai gambar — bayang itu sudah sering berada pada titik itu, di sana: 12° below the horizon, mengenang seseorang yang bercerita pengalaman kegilaan manakala jatuh cinta. Berkali-kali mengalami dan terus mencinta, kisah ini tentang sajak silam yang pantulannya menjadi bayang di teluk.
Perjumpaan teks karena gambar, Jamal menulis tentang sesuatu peristiwa:
Lalu kehidupan katamu memang mesti dirayakan
Sedang di sini belum kucium bau pestaJustru muncul serupa cemas pada sisa usia
Melekat di detak hari-hari
Merambati ruang hampa ego sendiriLalu rindu sebatas runtutan kata-kata
Terbaca oleh sesiapa
Namun dengan ejaan berbedaHidup dalam realita
Adalah derita
Begitu, Jamal Rahman Iroth, 28 Januari 2019.
Menjawabnya sepotong saja, kemudian bertanya kabar:
Duhai,
Semisal rindu adalah kata
Pesta sudah berkali…
Di tiap desah huruf memecah cemas berulang-ulang
Lalu mati kita digambar dipahat dilebur pabrik-pabrik propaganda musnah. (*)