Thursday, November 21

Anak-Anak di Pasir Panjang


12 Juli 2024


Oleh: Dera Liar Alam


TELAH mereka rekam pagi dari relung teluk, susuri Kota Lama. Ribuan tahun silam, malam remang sebab matahari kelam ditelan naga: kelok rimba, gunung, tanjung, samudera – masih mengeja titik-titik perjumpaan di Oeba, Merdeka, Bonipoi, Airmata, Lahi Lai Bissi Kopan, Solor, Tode Kisar, Fatubesi, Nefonaek, Pasir Panjang, dan di kampung-kampung sekitar di mana kawan-kawan bermain di karang, pasir, gelombang…

Pernah, bulan bulat penuh bertahta di langit, cahayanya memantul di laut, di belantara hitam. Cahaya merembes dari Tanjung, memberi jalan pada perempuan menggandeng anaknya di bayang pepohon menyusur Oebobo, mencari setapak terangnya hingga Kelapa Lima, menembus Alak, cari jejak terhapus ombak.

Ada saat air meruah, penguasa berkampanye dan menghibur: desa tangguh bencana, pulihkan diri sendiri walau terus dihempas setelah usai musim kampanye. Raja-raja kecil, kisah masa silam kerap didendangkan memuja Timor Lorosae…

Di Pasir Panjang mengenang suka, rindu di tanah seberang, di pulau-pulau nan jauh: bolelebo ita nusa lelebo, bolelebo ita nusa lelebo, malole simalole ita nusale malole, malole simalole ita nusale malole — bae sonde bae tanah Timor lebe bae…

 

(*)