25 Februari 2023
Dari Syair Peziarah
Puncak Grasberg Amungme,
Mimika, Papua 1997
Oleh: Emmy Sahertian
Penulis berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika
Editor: Daniel Kaligis
Gambar: Mengintai siapa yang lewat – foto DAX
AKU membuka kelopak mataku dalam takjub. Tapi menakutkan…
Dunia asing yang digerus mesin-mesin penjagal Tanah Amungme…
…Ibuku…
Mengapa kau hempaskan aku ke sini, Landu?
Mulutku kelu tanpa aksara yang selalu mengalir bagaikan sungai Pamona yang kini menghitam dan tertimbun ampas ampas keserakahan kompeni…
Oh Nemangkawi…
Mengapa engkau membisu ketika gugusan kepala ibuku mereka belah membunuh sabda-sabda Tuhan, mengeringkan amsal-amsal dan kami berjalan tanpa jemari-jemari keperkasaan.
Suara-suara auman berdentum memenggal jiwa-jiwa yang kelu…
Oh…
Nemangkawi…
Mengapa engkau membungkam:
Di antara jerit ratap perempuan-perempuan Banti yang menangisi anak anak mereka….
Di antara todongan bedil dan asap mesiu pengantar kematian…
Dan, tubuh ibuku yang sekarat…
Lalu tarian kehidupan itu pun henti…
Maka, Lembah Tsinga pun senyap…
Landu, ke mana engkau pergi…
Mari, sentuhlah jiwaku
Kembalikan aku pada tubuhku yang perkasa itu,
Agar aku berani berderap…
Lalu kudengar desah lembutmu:
“Manisku. Lawan!!! Lawan!!! Lawan!!!”
Mantra bumi perkasamu datang melawat jiwaku yang ciut…
25 Februari 2014