19 Januari 2023
Buka gadget anda, di sana segala macam info tersaji. Skeptis, selasatu cara untuk menjauhkan anda dari kabar berita tak terverifikasi…
Oleh: Daniel Kaligis
Gambar: Sudut ibu negeri, kaca-kaca, ruang di mana siapa saja boleh membaca propaganda. Seseorang sedang membaca perkara dari jauh.
RUANG BACA meta — ruang nonton segala usia. Eutro, suatu pagi kabarkan injil mulia: soal-soal investasi, perluasan, bangunan dan gedung itu seumpama derai gelombang. Kembali, berulang, dan makin sering seiring goncangan dan angin. Dari pusat kuasa, Central Business District lagi berbenah, visi berapa tahun ke depan sudah di depan mata di ibukota negeri. Arahkan pandangan ke selatan, kuak isu investasi, MTH 27 Office Suites telah beroperasi dari tahun silam, 2022. Begitu disebut sejumlah media ibukota.
Hanya contoh saja menggambarkan geliat bisnis. Coba agak ke tengah. Suara-suara makin kuat, “Kabakaran.” Tercetus tudingan suap sejumlah perkara. Kerajaan yang ngaku demokratis kaya nutrisi mengalir di arus kebijakan politik dan hukum. Seseorang bercerita pada sahabat tentang dandanan pucat, hantu-hantu, dan kacamata.
Hukum, tanda seru, tanda tanya. Di mana keadilan berkaca? Entah percuma ajukan tanya. Skeptis menghadapi sejumlah tuduhan. Sungai, danau, samudera, air keruh. Sudut rimba, ruang baca kita sama, meta. Ingat seorang kawan, Aden. Kami bertemu berapa hari lalu, dan saling senyum. Bercerita pesta di tepi alir badai.
Aden ini lain lagi, Little Aden. Di sana ada kilang minyak besarnya, dan Madinat ash-Sha’b, pusat pemerintahan. Kota satelit tersohor Khormaksar dan Sheikh Othman, terletak di utara kota tua, dengan bandara internasional terletak di antara kedua kota satelit tersebut. Tercatat, 19 Januari 1839, British East India Company (EIC) merebut Aden. Kilang minyak dan pelabuhan tanker Little Aden dioperasikan Beyond Petroleum, dulunya British Petroleum. Data online, berikutnya Yemen Statistical Yearbook for 2017, menyebut Aden merupakan ibu kota dari Republik Demokratis Rakyat Yaman sampai penyatuan dengan Yaman Utara dan kemudian diumumkan sebagai zona perdagangan bebas.
Dari ruang baca boleh kita mengerling ke meta zaman silam.
Ribuan tahun lalu adalah Sarmatia, penyebaran bangsa itu menurut Argonautika yakni wiracarita Yunani yang ditulis Apollonius Rhodius abad ke-tiga Sebelum Masehi, menyebutkan yang mana mereka menduduki bagian barat dari daerah Skithia besar — Rusia Selatan, Ukraina, dan Balkan Utara. Pada puncak kejayaan mereka, sekitar tahun seratus Sebelum Masehi, mereka menguasai wilayah yang terbentang mulai dari Sungai Vistula sampai mulut Sungai Danube dan ke arah timur sampai Volga, berbatasan dengan pesisir Laut Hitam dan Laut Kaspia selain juga Kaukasus di sebelas selatan. Sarmatia adalah bangsa yang suka menyerang dan merebut daerah yang bukan miliknya.
Zaman itu ada seorang anak jenderal zaman pemerintahan Kaisar Valentinianus, namanya Flavius Theodosius. Gagah perkasa Theodosius padamkan serangan Sarmatia, tahun 374. Kaisar Romawi Flavius Gratianus Augustus pada 19 Januari 379 mengangkat Flavius Theodosius sebagai penguasa seluruh provinsi timur kekaisaran Romawi.
Bumi, sisa-sisa perebutan. Hari ini masih terus berebut, fatal dan purba.
Kota yang sering saya singgahi ada genangan di sejumlah titik. Hujan sebentar, sekian tempat terendam. Jalan-jalan di bangun, berapa ruas tanpa drainase. Apa itu artinya korupsi? Entah.
Terbang, landasan pacu menjauh, ilalang hijaunya samar, rumah-rumah, bangunan mengecil, gunung dan laut, pelangi di ufuk ujung senja. Orang-orang yang sama saya bertemu sekian kali, di ruang sama. Di port, di ruang tunggu. Di atas pesawat saya membaca sajak lama di notes: Nurani kerontang disambar hujan badai, lalu teduh. Kota melebar, janji yang tidak ditepati. Sepotong coretan itu ditera di Kuta, 22 Desember 2019, setahun kemudian diulangi sebagai kenangan di 19 Januari. Meta, kenang yang terendam banjir perkara.
Ruang baca meta belum terlalu lama. Şişli, kota berbatasan dengan Beşiktaş di sebelah timur, Sarıyer di sebelah utara, Eyüp dan Kağıthane di sebelah barat, serta Beyoğlu di sebelah selatan. Kota itu adalah selasatu distrik di Istanbul, Turki. Di depan kantor suratkabar Agos yang didirikannya, Hrant Dink ditembak mati, 19 Januari 2007.
Hrant Dink jurnalis Armenia-Turki. Tersangka utamanya Ogün Samast. Recep Tayyip Erdoğan, Perdana Menteri Turki, mengumumkan penangkapan Samast. Sebagaimana disampaikan kantor berita negara resmi Anatolia, penembak itu sudah mengakui perbutannya, dan dia tak menyesal.
Ogün Samast, lelaki ultra nasionalis Turki, usianya ketika itu tujuh belas. Angka itu mengingatkan kita pada putusan-putusan di ruang baca. (*)