09 Januari 2025
Ada dua Tuhan dalam Zoroaster, yaitu Ahura Mazda (Tuhan baik) dan Angra Mainyu (Tuhan jahat). Yang baik berasal dari Tuhan yang baik; yang jahat berasal dari Tuhan jahat.
Kupikir Tuhan semacam ini sudah kadaluarsa…
Oleh: Pidar Lingi
Penulis tinggal di Poland
Gambar: The Good and Evil Angels, William Blake.
AKU sangat sering memikirkan tentang kematian; kira-kira seperti apa kehidupan setelah kematian. Aku tidak percaya Tuhan akan mengutus malaikat untuk menyiksa orang mati, kupikir Tuhan bukan psikopat sadis. Untuk merasakan sakit, tentulah harus hidup, kalau mati tentu tidak merasakan apa-apa.
Banyak orang bermoral baik, namun sepanjang hidupnya dirundung kesialan, oleh karena itu diperlukan konsep kehidupan setelah mati (akhirat) agar mereka memperoleh pembalasan yang layak.
Dulu ketika tinggal di Kraków, tepatnya di distrik Rudawa, seringkali tempat tinggalku didatangi oleh orang-orang Jehovah’s Witnesses, mereka membagikan brosur yang berisi kabar gembira yakni Kerajaan Allah. Ini mengingatkanku pada Aomame yang menjadi pengikut Sekte Saksi Jemaat ketika ia masih kecil, dalam novel IQ84. Aku sangat menikmati mengobrol dengan para saksi itu. Selalu saja arah bicaranya tentang teodisi, keadilan Tuhan. Tuhan Yang Baik mengizinkan kejahatan di dunia.
Tentu obrolan ini tiada pangkal dan ujung, kami sama-sama bingung, entah berpura-pura bingung. Saat kelas 5 SD untuk pertama kalinya aku melihat sesosok jenazah tergeletak di jalan yang ditutupi oleh daun pisang, orang mati itu tertembak di kepala, katanya ia adalah informan TNI, yang dalam bahasa Aceh disebut: cuak.
Barangkali jika aku pernah hidup di zaman seratus tahun setelah Zarathustra (nabi bangsa Persia kuno) wafat, maka akan lebih muda bagiku untuk memahaminya. Karena ada dua Tuhan dalam Zoroaster, yaitu Ahura Mazda (Tuhan baik) dan Angra Mainyu (Tuhan jahat). Yang baik berasal dari Tuhan yang baik; yang jahat berasal dari Tuhan jahat. Kupikir Tuhan semacam ini sudah kadaluarsa, yang satu menjadi merk dagang Jepang, Mazda, dan mungkin yang satu lagi jadi merk kebanggaan Korea, Hyundai.
Atau akan mudah juga memahaminya jika aku pernah menjadi murid Plato (di sebuah kehidupan masa lalu yang sudah terlupakan). Menurut Plato, tidak ada kejahatan, segala sesuatu, baik atau jahat itu berasal dari Tuhan dan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan adalah rahmat.
Ada atau tidak adanya Tuhan tidaklah bisa dijangkau oleh akal. Aku suka pemikiran agnostik ini. Namun seandainya Tuhan difiguratifkan menjadi benda-benda, aku lebih suka Tesla ketimbang Mazda dan Hyundai. Tesla berkata: “Jika Anda ingin menemukan rahasia semesta, pikirkan dalam istilah energi, frekuensi, dan vibrasi”. (*)