Tuesday, October 8

The My Lai Massacre


22 Oktober 2022


🖇 Mengenang 22 Oktober 1955: Republik Vietnam diproklamasikan Ngo Dinh Diem di Saigon setelah ia menggulingkan Kaisar Bao Dai 🖇


Viet Cong dan simpatisan dicari, perintah komendan: orang-orang desa dikumpul bertumpuk-tumpuk, gubuk-gubuk digeledah, lalu letus memecah hening dusun, terus memberondong, gubuk dibakar, orang-orang lari menghindar disasar peluru. Menarik membaca ‘Foreign Affairs in the 1960s and 1970s’ – Library of Congress, tulisan yang — kalau tidak keliru — terbit taon 1992. Berikutnya, ‘Project MUSE’ – Sailing in the Shadow of the Vietnam War: The GDR Government and the Vietnam Bonus of the Early 1970s. – Gerd Horten – German Studies Review – Johns Hopkins University Press Volume 36, Number 3, October 2013.


Oleh: Dera Liar Alam
Editor: Parangsula


Gambar: Photo taken by United States Army photographer Ronald L. Haeberle on March 16, 1968 in the aftermath of the My Lai massacre showing mostly women and children dead on a road.


PERANG DINGIN merasuk, dalamnya ada dua kubu ideoligi berseteru — Komunis dan SEATO. Dalam pertikaian itu, Republik Vietnam di selatan berhadapan dengan Republik Demokratik Vietnam di utara. Di sana, orang-orang mengenalnya sebagai Kháng chiến chng M, yakni perang perlawanan terhadap Amerika. Pertikaian itu disebut juga sebagai Chiến tranh Vit Nam atau Perang Vietnam, menyala selama 1957 hingga 1975.

Women’s Memorial Foundation (VMF) memperkirakan sekitar sebelas ribu perempuan Vietnam melayani negara mereka selama Perang Vietnam, kemungkinan besar secara sukarela.

Medio 1968, terjadi pembantaian My Lai. Lebih dari lima ratus perempuan, laki-laki, dan anak-anak, orang-orang tua, tanpa senjata, dan tanpa ampun dibantai tentara Amerika di dusun Sorn Tinh, Vietnam Selatan. Seperti itu gambaran yang disebut saksi mata dan dituliskan sejumlah media terkait kekerasan brutal di My Lai, 16 Maret 1968.

Unidentified Vietnamese women and children before being killed in the My Lai Massacre.

Sekian lama peristiwa pembantaian ditutupi, setidaknya delapan belas bulan kalangan pemerintahan Nixon dan pejabat militer Amerika Serikat mendiamkan kejadian di My Lai. Hingga Seymor Hersh, seorang wartawan membeber peristiwa itu di majalah Life, edisi November 1969. Ternyata, ada banyak pembantaian di luar My Lai.

Sersan Michael Bernhardt, serdadu yang berada di titik peristiwa, sebagaimana dimuat pada tulisan di History, 09 November 2009 di-update 04 Oktober 2022, menyampaikan pada awak media yang mana tentara dengan senapan mesin menembaki perempuan dan anak-anak. “Saya menyaksikan mereka menembakkan peluncur granat, M79, ke sekelompok orang yang masih hidup.”

Di History disebutkan bahwa Letnan William Calley, sang komendan pasukan yang memerintahkan penembakan di sana. Beberapa tentara menolak, melawan perintah, namun, Calley – sang komendan juga menembaki perempuan, laki-laki, anak-anak. “Para ibu berlari melindungi anak-anaknya, coba berlari, dibantai. Gubuk-gubuk dibakar, siapapun yang coba lari menghindar ditembak mati.”

Pembasmian dengan code ‘Cari dan hancurkan!’ “Tentara-tentara melontar granat ke dalam gubuk-gubuk, bayi-bayi dijadikan sasaran tembak, menancapkan bayonet pada orang-orang yang berusaha lari. Tiga jam kemudian, sekitar lima ratus penduduk terbantai.” Demikian ditulis di dw.com. (*)