Friday, November 22

Tag: Bendera

Khotbah Merdeka dalam Laknat Miskin Ekstrem
Editorial

Khotbah Merdeka dalam Laknat Miskin Ekstrem

17 Agustus 2024 Oleh: Dera Liar Alam DI DEPAN halaman rumah, kami menanam bendera tanpa diawali upacara. Pepohon berbaris, orang-orang menaikan tali, mereka menggantung spanduk kampanye, memaku pohon. Atribut robek dan lama masih terpajang di berapa titik. Seperti ingatan tanah leluhur, nyiur diterpa badai, atribut kampanye menempel di banyak sudut kota, direkat juga di dahan cengkih di tepi jalan-jalan wanua, ditancap di tiang-tiang memaki langit nan biru berawan. Puluhan tahun memikirkan kemerdekaan sambil berkhayal sepiring hidangan makan siang, nasi bercampur sayur ikan dabu-dabu pedas lilang dan sosialisasi aparatur yang melenceng dari realita. Daftar nama penerima manfaat bantuan miskin telah didrive jari tukang tulis data dan angka. Proyek kemiskinan telah jadi proposal pan...
Angin Kemarau Memanggil Ibu
Susastra

Angin Kemarau Memanggil Ibu

11 Agustus 2023 Oleh: Dera Liar Alam INGIN, angin. kemarau panjang tiupkan dedaun: anak-anak bakar petasan kemerdekaan, lalu main layangan di petak tanah tunggu jamin sertifikat negeri kaya regulasi. Dewata, manakala lepas kurungan jadi penasehat, pimpin partai, bersiul, bersabda, berfirman. Tani nelayan bercocok-tanam plastik, membawa panen tanah ke pasar timbang harga terus naik orang-orang haus lapar dalam data tukang sensus gemuk: semua dipajaki, naik turun singgah sedot sembur muntah segala caci-maki. Racun sudah di ladang di sungai di danau di laut. Bisnis plastik telah diijon dari orde silam. Hutang, di pangkunya lahir gadget dan anak-anak instan: mie mie mie, begitu mereka memanggil ibu, menggoda pelancong dengan ukulele berdawai satu, seragam. Bila longsor banjir, kampa...
<strong>Bola Menabrak Mata</strong>
Budaya, Esai

Bola Menabrak Mata

24 November 2022 Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Perempuan, kelamin yang dibola BELUM mulai pergulatan, kau sudah memilih kalah, menunjuk kaki-kaki lelah, patah. Biar saja, bendera-bendera tetap berkibar di tanah pemujanya diiring peluit panjang kebimbangan, orang-orang berlari mengejar gagasan pola, bola-bola menabrak sunyi. Bebas, bebas, bebaskan…!! Kelamin-kelamin berpasangan, bertutur pertandingan diulang tadi subuh. Matahari adalah lampu-lampu yang tidak kenal terbit-tenggelam, selalu nyala, bakar waktu. Bola-bola politik, menggelitik diusik berisik mengiris sisa-sisa harap yang miris. Kemudian, orang-orang terbanting diurusi regulasi negeri ngeri. Demokrasi katanya, urusannya investasi berdalih tukang tagih darah daging dan lendir. Darah, darah, darah, dar...