Sunday, December 29

Tag: Bebas

Kopi Encer
Editorial, Susastra

Kopi Encer

26 September 2024 Teguk, encerkan otak, mindset. Berpikirlah bebas merdeka… Oleh: Dera Liar Alam MEMBACA ‘Ashenden: Or the British Agent’, dicatat penulis Inggris keturunan Irlandia, William Somerset Maugham, bikin saya menerawang Néa Pólis as Napoli, dan cairan hitam dalam cangkir, Americano. “Ashenden decodes a cable which tells him that the intended Greek had never boarded the ship; spots of dried blood on the Hairless Mexican's sleeve mean that he had killed the wrong man.” Saya berdiri jauh dari bar memandangi barisan orang-orang memesan kesenangan, raut berbagai ekspresi. Pahit nan nikmat, memerah mengelam mengering. Babad perang, serdadu mencampur air panas ke dalam espresso sebagaimana takaran yang biasa mereka konsumsi. Kawan saya suka koffië tebal pekat sehingga sendo...
Aku Menanduk Angin
Susastra

Aku Menanduk Angin

26 November 2023 — Mengenang sahabatku yang telah pergi untuk selamanya karena HIV dan AIDS — 25 November 2011 Oleh: Emmy Sahertian Penulis adalah Aktivis Berkegiatan di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika JASAD lunglai sedikit bernyawa itu rebah di pelataran hati-hati yang dermawan, berharap belas kasihan mengisi setengah nyawanya yang sudah mulai bebas terbang… Namun, mereka bilang… “Bantuan berakhir sampai di sini,” Di batas batas sunyi mencekam. Dengan sedih kulipat saja tilam;tilam kemanusiaan itu karena sudah tak terpakai lagi. Sementara tali-tali maut mengerat daging menyusut, belulang kering itu menguras habis serpihan asa yang tenggelam bersama langit kelam menghitam. Hidupnya tinggal sepelempar batu di situ. Di ranjang sempit gerah dalam erangan pilu… “Aku lelah,...
<strong>Bola Menabrak Mata</strong>
Budaya, Esai

Bola Menabrak Mata

24 November 2022 Oleh: Dera Liar Alam Editor: Parangsula Gambar: Perempuan, kelamin yang dibola BELUM mulai pergulatan, kau sudah memilih kalah, menunjuk kaki-kaki lelah, patah. Biar saja, bendera-bendera tetap berkibar di tanah pemujanya diiring peluit panjang kebimbangan, orang-orang berlari mengejar gagasan pola, bola-bola menabrak sunyi. Bebas, bebas, bebaskan…!! Kelamin-kelamin berpasangan, bertutur pertandingan diulang tadi subuh. Matahari adalah lampu-lampu yang tidak kenal terbit-tenggelam, selalu nyala, bakar waktu. Bola-bola politik, menggelitik diusik berisik mengiris sisa-sisa harap yang miris. Kemudian, orang-orang terbanting diurusi regulasi negeri ngeri. Demokrasi katanya, urusannya investasi berdalih tukang tagih darah daging dan lendir. Darah, darah, darah, dar...
The Act of Free Choice
Budaya, Susastra

The Act of Free Choice

17 Agustus 2010 Oleh: Emmy Sahertian Gambar: Freedom by Dax Di bilik sepi ini aku memilin diri Untuk bebas menentukan jalan… Tanpa sang Sakamu Dan aku mengajak aku… Aku…, aku..., aku dan aku Untuk tidak  lagi mengampu padamu  Jenderal Kuderapkan kakiku sendiri di belantara zaman Tanpa menggelantung pada jari-jari lenturmu Yang biasa menarik pelatuk pelucut  nyawa Yang membuka kerangkeng para durjana Pencoleng cita remaja negeri Lalu ku pinjam aturan ilahi ini: ACT OF FREE CHOICE Merdeka!