Saturday, December 21

Tag: Awan

Pemetik Belukar
Susastra

Pemetik Belukar

23 April 2024 Oleh: Dera Liar Alam SELALU semi langit simpang gunung-gunung pada ambang subuh samar nan memar. Awan-awan ditikam senyum kaku perempuan pemetik belukar. Canda pagi, kawan mengulang syair. Salam hormat. Iblis nempel di tubuh, di badan, di institusi – Bongkar, Bento. Setan besar dalam negeri. Konon, angka tiga dua adalah kode alam. Berapa halaman surat perintah penyidikan pengancaman menyasar meja kerja regulator kotor. Berapa oknum elus jidat elus dada elus paha, seterusnya: “Aman dan damai zaman dulu,” katanya mengomentari romansa reformasi bertahun lalu. Kini putusan dipetik, hanya hiruk-pikuk sesaat. Korupsi kolusi nepotisme kian menggila. Tapi kepala kuasa tiada malu rupanya. Asalkan ada makanan, ada minuman, pakaian ada. Terpakai dalam anggaran bengkak boros. C...
F R A S E  A N O M A L Y
Susastra

F R A S E A N O M A L Y

26 Mei 2023 Oleh: Daniel Kaligis IKLAN-IKLAN menggantung senja Terbakar di terik bola lampu Seperti kisah kualat pemadaman dijawab tunda Bro, sengatnya elektromagnetik Kita di bawah langit Lentera equilibrium Persinggahan kita di waktu lampau Jalan malam yang panjang dirundunglindung dedaun mangga Manakala pagi merekah di Capilano Suspension Bridge, Vancouver, holidays baru dimulai. Ingatlah kenang silam berpuluh waktu hilang: tapak kita menendang-nendang ombak di Teluk Manado penuh bebatu seakan kita bermanja angin di Waikiki Beach, Hawaii Ukulele kita petik menembang o ina ni keke Benar katamu: langit itu ada di jiwa kita Terkadang kita mengoyakcabiknya dalam dendam yang ternyata hanya menambah sayat-sayat luka di badan… Klik, Mana gambarmu yang kau beri judul: this is a pic...
Langit Beracun Jingga
Budaya, Esai

Langit Beracun Jingga

23 Oktober 2022 Oleh: Dera Liar Alam DAN, dia telah membuka semua jendela: Asap menerobos ke taman, halaman sebelah dikosongkan berminggu-minggu silam oleh orang-orang berseragam pamong. Puang memanggil sopirnya, “Sule, Sule, Sule.” Sule hampiri Puang, rautnya datar menunggu perintah. Pintu mobil putih terkuak, jendela kaca diturunkan, surat-surat berhamburan diterpa badai terbang ke langit jingga… Pertapaan kita berbatas halaman tetangga yang sudah diusir. Dan, aku membuka jendela, menunggu selentingan yang hilang, gossip, desas-desus diam, suara timba merecoki sumur sudah sepi. Sule datang dari halaman lain memotong semak, menebang pohon, mengangkat sisa pagar, memindahkan loyang bekas wadah cucian, membanting loyang ke tembok. Burung-burung bubar, Sule pulang, langit jingga ...
Semula
Susastra

Semula

03 September 2021 Oleh: Arman Yuli Prasetya Penulis adalah Penulis Tinggal di BojonegoroEditor: Parangsula Gambar: Beranda alam, di mana mata leluasa mengintai langit biru, awan, gunung, dan hutan yang kian punah… SEMULA gerimis lalu hujan turun deras sekali. Angin yang tak bisa kulihat menyentuh jejak-jejak langkah kita di tanah. Di antara rumput-rumput di deretan bangku-bangku, aku, kau dan hujan bertemu. Lalu angin berhembus. Menatap ke sana pada langit biru awan kelabu pasangan yang rela melahirkan hujan. Pada setiap kesempatan saat hujan turun. Ia senantiasa membasuh jejak-jejak kaki kita di tanah. Tanah basah, rumput basah dan harapan yang tersimpan dalam butiran hujan. Di sana pada padang sabana yang luas, betapa ingin kau tampung butiran hujan. Dan juga sebuah beranda...