Thursday, July 25

Shenzhen Menggeser New York


20 April 2022


Mujizat itu turun dari langit transparansi, kemudian dalam praksis sistem mengakomodirnya dengan peran terukur dan dapat diuji. Nubuat yang tak tercatat dalam kitab agama-agama itu selasatunya tentang Shenzhen.


Oleh: T. T. Tan
Penulis tinggal di Banjarmasin
Editor: Parangsula
Gambar: Screenshot Shenzhen di tiktok bolong

MARI berkaca. Di sorga ini cemin kita bukan tembok menjulang sekelompok mindset mapan bercampur isme-isme. Maka, jangan mengaku-aku sebagai yang paling benar, karena alam dan seisi bumi akan menunjukkan fakta-fakta kebenaran dari setiap pernyataan yang berlumur dusta. Baik dari sisi kehidupan humanisme, maupun kemakmuran datang dari semesta alam dalam merealisasikan berkah-berkah-Nya kepada umat manusia yang memelihara bumi, mengelola pemerintahan, maupun fakta dari kota-kota yang berada pada kendali kebenaran transparansinya.

Di sini yang hendak saya singgung adalah — Beijing, Shanghai, Shenzhen — daftar kota yang menyaji fakta berseberang kampanye ayat yang dikumandang seakan ‘bertua’, tanpa banding. Fakta memecah bola semesta yang dalam dusta memeras menghisap cara pandang umat dengan setoran suap berkat kepada sang agung. Padahal, kota-kota itu bukan Yerusalem – Yahudi, bukan Vatican – Katholik, bukan New York atau Washington yang – Protestan, juga bukan Mekkah dan Madinah yang Islam, di mana semua kota itu diakui oleh para penghuninya sebagai kota yang diberkati Tuhan. Demikian pula penghuni kotanya mengaku ‘umat Tuhan’.

Fakta yang berbicara, dan untuk lebih afdol lagi apabila melihat langsung kondisi kota dan alam di sana dengan kehidupan masyarakatnya, dengan segala budaya, tradisi maupun tabiat atau akhlak dari para penghuninya mana yang nampak penghuni-penghuni sorga sesungguhnya.

Shenzhen, perkampungan nelayan yang kini jadi pusat teknologi dunia. Sebagaimana ditulis Djono W. Oesman di bolong.id, 17 April 2022, dalam tajuk ‘Shenzhen Kota Terkaya ke-3 Dunia, Geser New York’, disebutkan di situ bahwa tahun ini, Shenzhen bergabung dengan Beijing dan Shanghai sebagai tiga kota terkaya di dunia, menggeser New York keluar dari tiga besar untuk pertama kalinya.

Setiap kehidupan ‘benar dan betul’ jujur akan membuat telanjang kepada semua orang yang mengklaim diri dalam pembenaran-pembenaran diri mereka, dan hal-hal seperti itu merupakan prinsip hidup yang ditetapkan sebagai hukum alam bahwa kebenaran akan senantiasa terbuka, dapat diukur dapat diuji. Sementara kejahatan akan lenyap oleh transparansi.

Kota yang dulunya perkampungan nelayan itu, sekarang dikenal sebagai ‘Lembah Silikon Tiongkok’. Laksana terang cahaya menerobos kelam, segala sesuatu yang sembunyi atau disimpan di dalam kegelapan menjadi nyata.

Tilik saya sepotong pada lokasi di mana ada penutur dari rumpun Yue, terutamanya bahasa Kanton, Hakka, dan Tiochiu. Itulah Shenzhen di Guangdong, provinsi di pesisir tenggara Republik Rakyat Tiongkok. Area ini pertama jadi zona ekonomi khusus yang kemudian membawa provinsi itu sebagai penyumbang produk domestik bruto terbesar bagi ekonomi Republik Rakyat Tiongkok. Padahal di sana jumlah penduduk disebut terbanyak. “Shenzhen adalah bagian dari Greater Bay Area Guangdong-Hong Kong-Macao di China. Greater Bay Area adalah pusat ekonomi dan bisnis terintegrasi yang bertujuan untuk menghubungkan Shenzhen dengan delapan kota lain di Provinsi Guangdong, serta Hong Kong dan Makau di Tiongkok,” tulis Oesman.

Berupayalah cerdas dan jelas dalam pandangan visual untuk melihat segala sesuatu pada kegelapan yang pekat. Saya menggambarkan fenomena di Shenzhen ini seperti kita sementara menonton film, alur cerita ada di layar dalam bioskop. Ruang tanpa cahaya selain penglihatan kepada obyek yang membuat peran dari masing-masing pemain di layar itu dapat kita nikmati! Kampung nelayan menjadi Lembah Silikon itu mujizat.

Sudah terlalu tua bagi bumi untuk membiarkan anak manusia bersembunyi pada gelapnya malam dengan segala perilakunya yang merusak wajah bumi itu sendiri. Studi banding para pejabat dari negeri kita seakan menembus malam, merampoki rakyat, lalu bersenang-senang di sorga negeri seberang, sementara pelayanan dalam negeri terabaikan atau dipangkas para mafia dan maling.

Sudah waktunya bagi bumi sistem kita untuk menyatakan segala rencananya dalam memulihkan semua keadaan yang telah dirombak dan dihancurkan umat manusia.

Kiamat yang ditunggu-tunggu oleh setiap kaum dan golongan akan menghancurkan kota-kota yang mereka yakini sebagai pusat kerajaan mereka sendiri. Sorga yang menampung para penghisap dan pengkhianat rakyat. Kiamat yang mereka inginkan, maka kumandang kiamat itu juga akan datang kepada mereka sebagai para penghuninya.

Shenzhen, menjadi fakta yang mana dogma penyihir umat untuk terus menyoggok ketuhanan itu layak ditendang. Transparansi adalah senjatanya. (*)